Kalau dilihat sepintas, anak penyandang autis itu tidak berbeda dengan anakanak
lain, tapi kala dia ber-interaksi dengan teman2 nya, baru akan terlihat
"keunikan" anak itu. Dari cara berbicara maupun cara berkomunikasi sangat
berbeda dengan anak-anak lain seusianya.
Kebanyakan dari anak penyandang autis itu:
Walaupun tidak bisu, tapi terlambat "berbicara",
Walaupun tidak tuli, tapi tidak biasa "mendengar",
Walaupun tidak suka bertatap mata, tapi tetap "melihat",
Saya katakan “kebanyakan” karena tidak semua illustrasi yang saya tulis di atas
itu ada pada anak-anak autis.
Yang pasti autisme itu bukan penyakit, tapi berupa "gangguan perkembangan".
Autisme atau biasa disebut ASD (Autistic Spectrum Disorder) adalah gangguan
perkembangan fungsi otak yang komplex dan sangat bervariasi (spektrum).
Biasanya gangguan perkembangan ini meliputi cara berkomunikasi, ber-interaksi
sosial dan kemampuan ber-imajinasi. Dari data para ahli diketahui penyandang
ASD anak lelaki lebih banyak (empat kali lebih banyak) dibanding penyandang
ASD anak perempuan.
Sengaja saya sebut sebagai "penyandang" bukan "penderita" karena memang
Autisme dipercaya adalah bukan suatu penyakit seperti penyakit flu, pusing atau
sejenisnya yang bisa dengan mudah sembuh dengan obat tertentu.
Secara sekilas, penyandang autis bisa terlihat seperti anak dengan
keterbelakangan mental. Tapi sebenarnya sangat berbeda. Diagnosa yang akurat
dapat membantu para dokter/ahli menentukan terapi apa yang tepat. Selain itu
perlu diketahui bahwa Autis itu adalah Spektrum Autis. Karena "spektrum"
maka jenis/ciri penyandang autis itu ada banyak, untuk gampangnya sering
orang menyebutnya sebagai autis yang "sangat berat", "berat", "agak berat",
"ringan", "agak ringan", dan "sangat ringan"...... Walaupun sebenarnya banyak
ahli mengatakan bahwa penggunaan istilah berat/parah dan ringan/tidak parah
bisa menyesatkan. Istilah berat/parah tentu akan membuat orang tua merasa
frustrasi dan sebaliknya jika dikatakan ringan, maka orang tua akan merasa
senang dan lengah serta berhenti berusaha karena merasa anaknya akan sembuh
sendiri.
Pada kenyataannya, baik ringan ataupun berat, tanpa penanganan terpadu dan
intensif, penyandang autisme sulit untuk mandiri dan hidup normal seperti
layaknya anak/orang kebanyakan. Ini yang membuat orang tua akan merasa
seperti di "samber geledek" saat pertama menerima diagnosa bahwa anaknya
positif autistik. Apalagi kesadaran masyarakat kita untuk menerima "perbedaan"
masih sangat kurang. Ditambah pemerintah juga yang belum terlalu "aware"
akan anak dengan kebutuhan khusus seperti ini. Sekolah juga belum semua mau
menerima anak-anak penyandang autisme dengan tangan terbuka. Maka bisa
dibayangkan "perjuangan" yang harus dilalui oleh para orang tua anak
penyandang autis ini.
Seperti apa sih ciri-ciri anak autis itu?
Sejak lahir sampai umur 24 - 30 bulan anak-anak penyandang autis umumnya
terlihat normal. Setelah itu orang tua akan melihat adanya keterlambatan
berbicara dan keanehan dalam berinter-aksi dengan teman2nya. Suka dengan
benda2 yang berputar, tidak bisa memainkan mainan dengan benar. Sebenarnya
Autisme adalah kombinasi dari beberapa kelainan perkembangan otak. Ada
beberapa kelainan yang paling menonjol dari anak autis :
1. Komunikasi: Kemampuan berbahasa anak umumnya mengalami
keterlambatan atau sama sekali tidak bisa berbicara. Kalau pun bisa
berbicara, seringkali tidak bisa menggunakan kata-kata dengan benar
atau dengan arti yang lazim digunakan.
2. Bersosialisai (berteman): Sulit berteman, dalam arti tidak bisa melakukan
inter-aksi seperti layaknya anak-anak dengan teman sebaya. Lebih suka
sendiri.
3. Indra: Sangat sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan,
penciuman, dan rasa (lidah) mulai dari yang ringan sampai yang berat.
4. Bermain: Tidak spontan/reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam
bermain.
5. Perilaku: Ada yang sangat pasif (pendiam) tapi ada juga yang sangat aktif
(hyperaktif). Kadang2 marah tanpa alasan yang masuk akal (tantrum).
Sangat menaruh perhatian pada satu benda yang disukai (obsesi). Dapat
sangat agresif pada orang lain atau dirinya sendiri. Sangat suka rutinitas
dan akan sulit untuk merubah kegiatan rutin anak-anak autis.
Apa sih penyebabnya?
Sampai saat ini, belum ada yang dapat menyimpulkan penyebab pastinya. Para Ahli
masih terus dalam tahap menyelidiki apakah penyebab yang sebenarnya dari
gangguan perkembangan anak ini. Beberapa teori yang didasari beberapa penelitian
ilmiah telah dikemukakan untuk mencari penyebab dan proses terjadinya autis. Ada
yang menyebutkan bahwa autisme disebabkan oleh kombinasi makanan yang salah
atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun (logam berat) yang
mengakibatkan kerusakan pada usus besar. Ada juga beberapa ahli yang
menyebutkan penyebab autis adalah Genetik (heriditer), teori kelebihan Opioid,
teori Gluten-Casein (celiac), teori Zat darah penyerang kuman ke Myelin Protein
Basis dasar, teori infeksi karena virus Vaksinasi (MMR dan Thimerosal/bahan
pengawet dari merkuri), teori Sekretin, teori kelainan saluran cerna (Leaky Gut),
teori paparan Aspartame, teori kekurangan Vitamin, mineral nutrisi tertentu dan
teori orphanin Protein. Karena banyak faktor yang dicurigai maka para ahli
menyebutkan sebagai multifaktoral (banyak faktor).
Gimana sih cara penanganannya?
Terapi dan stimulasi mana yang paling tepat? Pada kenyataannya tiap individu
autis adalah unik dan berbeda (tidak ada yang persis sama antara satu dengan
lainnya). Oleh karena itu terapi juga harus bersifat individual dan disesuaikan
dengan umur, fase perkembangan dan gejala yang ditemukan. Kata seorang
dokter anak terkenal: "tidak ada metode yang 100% paling baik untuk semua
anak". Para terapis yang menggunakan berbagai metode berlainan harus bekerja
sama dengan baik. Bila kasus tidak mengalami kemajuan dengan satu metode
terapi, harus dilakukan terapi kombinasi atau dicari cara terapi lain. Contoh
terapi-terapi yang biasa diberikan adalah Terapi ABA (Applied Behaviour
Analysis), SI/OT (Sensory Integration/Occupational Therapy), BT (Biomedical
Treatment), Floortime-DIR Treatment, RDI, dan masih banyak lagi.
Itu dari segi terapi, dan bagaimana dengan obat-obatan? Karena penyebab autis
belum diketahui dengan pasti, maka obat biasanya hanya ditujukan untuk
menghilangkan gejala yang sangat mengganggu, misalnya hyperaktif atau selfinjurious
yang sangat berbahaya karena anak mencoba melakukan hal yang
menyakiti atau merusak diri sendiri dengan membenturkan kepala ke
tembok/lantai. Tapi itu pun harus atas petunjuk dokter.
Yang perlu diperhatikan
1. Khusus dalam penanganan autis ini, kerja sama antara dokter, terapis,
dan orang tua sangat penting demi kemajuan anak.
2. Diagnosa dini dan peran aktif orang tua dapat mempermudah penanganan
anak penyandang autisme.
Ciri dan mitos autisme
Bunga Rampai online
Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autisme. Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya. Dikarenakan banyaknya perilaku autisme juga disebabkan oleh adanya kelainan kelainan lain (bukan autis) sehingga tes klinis dapat pula dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
Karena karakteristik dari penyandang autisme ini banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autisme. Dokter ahli / praktisi profesional yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan / training mengenai autisme akan mengalami kesulitan dalam men-diagnosa autisme. Kadang kadang dokter ahli / praktisi profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu melakukan diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat menjurus pada kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak dari kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autis dapat terlihat seperti anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autisme dengan yang lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat.
Seperti apakah anak yang terkena autisme?
Sejak lahir sampai dengan umur 24 - 30 bulan anak anak yang terkena autisme umumnya terlihat normal. Setelah itu orang tua mulai melihat perubahan seperti keterlambatan berbicara, bermain dan berteman (bersosialisasi). Autisme adalah kombinasi dari beberapa kelainan perkembangan otak. Kemampuan dan perilaku dibawah ini adalah beberapa kelainan yang disebabkan oleh autisme.
Komunikasi:
Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat.
Bersosialisasi (berteman)
Lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri daripada dengan orang lain. Tidak tertarik untuk berteman. Tidak bereaksi terhadap isyarat isyarat dalam bersosialisasi atau berteman seperti misalnya tidak menatap mata lawan bicaranya atau tersenyum.
Kelainan penginderaan
Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat.
Bermain
Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura.
Perilaku
Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam). Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Seringkali sulit mengubah rutinitas sehari hari.
kembali keatas
Mitos mengenai Autisme
Mitos-1 : Anak dengan kelainan autisme tidak pernah memandang mata lawan bicara-nya.
Banyak anak penyandang autisme ternyata dapat melakukan kontak mata tapi kontak mata tersebut mungkin dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat dan sedikit berbeda dengan anak anak yang normal. Banyak diantaranya dapat bertatap muka, tersenyum dan meng-ekspresikan komunikasi non-verbal (bahasa tubuh) dengan baik.
Mitos-2 : Anak dengan kelainan autisme adalah anak jenius
Mitos yang menyatakan didalam anak penyandang autis tersembunyi kemampuan jenius mungkin dapat terjadi karena berbedanya kemampuan yang di-tunjukkan oleh anak penyandang autisme. Mereka dapat menunjukkan kemampuan fisik yang baik tetapi tidak dapat berbicara. Seorang anak autis dapat mengingat tanggal ulang tahun dari semua teman sekelasnya akan tetapi mengalami kesulitan kapan harus menggunakan kata 'kamu' atau 'saya'. Anak autis dapat membaca dengan artikulasi yang baik tetapi tidak dapat mengerti apa yang baru mereka baca. Anak autis dapat mempunyai IQ yang sangat tinggi. Sebagian besar anak autis menunjukkan keterlambatan dalam beberapa hal yang menggunakan ataupun memerlukan proses mental. Persentasi anak autis yang mempunyai intelegensi diatas normal ataupun dibawah normal adalah sangat kecil.
Mitos-3 : Anak dengan kelainan autisme tidak berbicara
Banyak anak penyandang autis dapat mempunyai kemampuan berbahasa dengan baik. Sebagian besar dari mereka dapat berkomunikasi dengan menggunakan simbol, gambar, komputer ataupun peralatan elektronik.
Mitos-4 : Anak dengan kelainan autisme tidak dapat menunjukkan kasih sayang
Barangkali mitos yang paling berlebihan adalah menganggap anak penyandang autisme tidak dapat menerima ataupun memberikan kasih sayang. Kita mengetahui bahwa stimulasi sensor anak autis diproses dengan cara yang berbeda dengan anak normal sehingga mengakibatkan anak autis mengalami kesulitan dalam meng-ekspresikan kasih sayang dengan cara yang lazim dilakukan oleh anak normal. Anak autis dapat memberikan dan menerima kasih sayang dengan cara mereka sendiri, kadangkala anggota keluarga ataupun teman mereka harus sabar menunggu dan belajar untuk dapat mengerti dan menghargai kemampuan anak autis yang terbatas dalam berhubungan dengan orang lain.
Mitos - mitos lainnya :
Autisme adalah akibat salah asuhan orang tua
Anak autis adalah anak yang tidak disiplin dan tidak dapat diatur dan ini hanyalah kelainan perilaku.
Kebanyakan orang autis berpendidikan dan ahli terkemuka dalam bidang ilmu pengetahuan dan bidang lainnya seperti digambarkan dengan sangat bagus dalam film 'Rain Man' yang diperankan oleh Dustin Hoffman.
Anak autis adalah anak anak tanpa perasaan dan emosi
Anak autis tidak menyukai daya tarik fisik
Anak autis tidak tersenyum
Anak Autis tidak menginginkan teman
Anak autis dapat berbicara jika mereka mau
Autisme adalah ketidak mampuan emosional
Bunga Rampai online
Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autisme. Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya. Dikarenakan banyaknya perilaku autisme juga disebabkan oleh adanya kelainan kelainan lain (bukan autis) sehingga tes klinis dapat pula dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
Karena karakteristik dari penyandang autisme ini banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autisme. Dokter ahli / praktisi profesional yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan / training mengenai autisme akan mengalami kesulitan dalam men-diagnosa autisme. Kadang kadang dokter ahli / praktisi profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu melakukan diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat menjurus pada kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak dari kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autis dapat terlihat seperti anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autisme dengan yang lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat.
Seperti apakah anak yang terkena autisme?
Sejak lahir sampai dengan umur 24 - 30 bulan anak anak yang terkena autisme umumnya terlihat normal. Setelah itu orang tua mulai melihat perubahan seperti keterlambatan berbicara, bermain dan berteman (bersosialisasi). Autisme adalah kombinasi dari beberapa kelainan perkembangan otak. Kemampuan dan perilaku dibawah ini adalah beberapa kelainan yang disebabkan oleh autisme.
Komunikasi:
Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat.
Bersosialisasi (berteman)
Lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri daripada dengan orang lain. Tidak tertarik untuk berteman. Tidak bereaksi terhadap isyarat isyarat dalam bersosialisasi atau berteman seperti misalnya tidak menatap mata lawan bicaranya atau tersenyum.
Kelainan penginderaan
Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat.
Bermain
Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura.
Perilaku
Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam). Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Seringkali sulit mengubah rutinitas sehari hari.
kembali keatas
Mitos mengenai Autisme
Mitos-1 : Anak dengan kelainan autisme tidak pernah memandang mata lawan bicara-nya.
Banyak anak penyandang autisme ternyata dapat melakukan kontak mata tapi kontak mata tersebut mungkin dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat dan sedikit berbeda dengan anak anak yang normal. Banyak diantaranya dapat bertatap muka, tersenyum dan meng-ekspresikan komunikasi non-verbal (bahasa tubuh) dengan baik.
Mitos-2 : Anak dengan kelainan autisme adalah anak jenius
Mitos yang menyatakan didalam anak penyandang autis tersembunyi kemampuan jenius mungkin dapat terjadi karena berbedanya kemampuan yang di-tunjukkan oleh anak penyandang autisme. Mereka dapat menunjukkan kemampuan fisik yang baik tetapi tidak dapat berbicara. Seorang anak autis dapat mengingat tanggal ulang tahun dari semua teman sekelasnya akan tetapi mengalami kesulitan kapan harus menggunakan kata 'kamu' atau 'saya'. Anak autis dapat membaca dengan artikulasi yang baik tetapi tidak dapat mengerti apa yang baru mereka baca. Anak autis dapat mempunyai IQ yang sangat tinggi. Sebagian besar anak autis menunjukkan keterlambatan dalam beberapa hal yang menggunakan ataupun memerlukan proses mental. Persentasi anak autis yang mempunyai intelegensi diatas normal ataupun dibawah normal adalah sangat kecil.
Mitos-3 : Anak dengan kelainan autisme tidak berbicara
Banyak anak penyandang autis dapat mempunyai kemampuan berbahasa dengan baik. Sebagian besar dari mereka dapat berkomunikasi dengan menggunakan simbol, gambar, komputer ataupun peralatan elektronik.
Mitos-4 : Anak dengan kelainan autisme tidak dapat menunjukkan kasih sayang
Barangkali mitos yang paling berlebihan adalah menganggap anak penyandang autisme tidak dapat menerima ataupun memberikan kasih sayang. Kita mengetahui bahwa stimulasi sensor anak autis diproses dengan cara yang berbeda dengan anak normal sehingga mengakibatkan anak autis mengalami kesulitan dalam meng-ekspresikan kasih sayang dengan cara yang lazim dilakukan oleh anak normal. Anak autis dapat memberikan dan menerima kasih sayang dengan cara mereka sendiri, kadangkala anggota keluarga ataupun teman mereka harus sabar menunggu dan belajar untuk dapat mengerti dan menghargai kemampuan anak autis yang terbatas dalam berhubungan dengan orang lain.
Mitos - mitos lainnya :
Autisme adalah akibat salah asuhan orang tua
Anak autis adalah anak yang tidak disiplin dan tidak dapat diatur dan ini hanyalah kelainan perilaku.
Kebanyakan orang autis berpendidikan dan ahli terkemuka dalam bidang ilmu pengetahuan dan bidang lainnya seperti digambarkan dengan sangat bagus dalam film 'Rain Man' yang diperankan oleh Dustin Hoffman.
Anak autis adalah anak anak tanpa perasaan dan emosi
Anak autis tidak menyukai daya tarik fisik
Anak autis tidak tersenyum
Anak Autis tidak menginginkan teman
Anak autis dapat berbicara jika mereka mau
Autisme adalah ketidak mampuan emosional
Diagnosa Autisme
Bunga Rampai online
Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autisme. Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya. Dikarenakan banyaknya perilaku autisme juga disebabkan oleh adanya kelainan kelainan lain (bukan autisme) sehingga tes klinis dapat pula dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
Karena karakteristik dari penyandang autisme ini banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autisme. Dokter ahli / praktisi profesional yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan / training mengenai autisme akan mengalami kesulitan dalam men-diagnosa autisme. Kadang kadang dokter ahli / praktisi profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu melakukan diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat menjurus pada kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak dari kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autisme dapat terlihat seperti anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autisme dengan yang lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat
Autism Treatment Evaluation Checklist (ATEC)
Kami lampirkan check-list yang di-buat oleh Dr. Bernard Rimland dan Stephen M. Edelson dan dipublikasikan oleh Autism Research Institute (ARI). Form ini masih mengunakan bahasa Inggris dan digunakan untuk mengukur efek dari pengobatan yang telah dilakukan terhadap penyandang autisme.
ATEC checklist ( gif.files 222 KBites ) atau dalam bentuk pdf file (320 Kbites) Perlu beberapa menit untuk dapat melihat form ini (download ke browser anda) dan dapat di-print menggunakan kertas A4.
Kutipan dari tulisan Dr. Hardiono D. Pusponegoro Spa(K)
Apapun diagnosisnya, semua sepakat bahwa tugas dokter terpenting adalah menemukan anak-anak kecil yang sudah mulai menunjukkan beberapa gejala perilaku yang tidak lazim. Orang tua juga sangat berperan dan dapat membantu dengan melaporkan kecurigaan adanya gangguan perilaku. Penolakan kenyataan oleh orang tua dan keluarga, atau dokter yang menganggap bahwa suatu penyimpangan perilaku adalah "tidak apa-apa" akan sangat merugikan anak karena keterlambatan intervensi. Bila memang ada penyimpangan perkembangan, mungkin kita tidak bisa memberi label diagnosis, namun terapi dan stimulasi harus segera dimulai dan tidak boleh menunggu. Makin dini intervensi dilakukan, makin baik hasilnya.
Bunga Rampai online
Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autisme. Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya. Dikarenakan banyaknya perilaku autisme juga disebabkan oleh adanya kelainan kelainan lain (bukan autisme) sehingga tes klinis dapat pula dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
Karena karakteristik dari penyandang autisme ini banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autisme. Dokter ahli / praktisi profesional yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan / training mengenai autisme akan mengalami kesulitan dalam men-diagnosa autisme. Kadang kadang dokter ahli / praktisi profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu melakukan diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat menjurus pada kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak dari kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autisme dapat terlihat seperti anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autisme dengan yang lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat
Autism Treatment Evaluation Checklist (ATEC)
Kami lampirkan check-list yang di-buat oleh Dr. Bernard Rimland dan Stephen M. Edelson dan dipublikasikan oleh Autism Research Institute (ARI). Form ini masih mengunakan bahasa Inggris dan digunakan untuk mengukur efek dari pengobatan yang telah dilakukan terhadap penyandang autisme.
ATEC checklist ( gif.files 222 KBites ) atau dalam bentuk pdf file (320 Kbites) Perlu beberapa menit untuk dapat melihat form ini (download ke browser anda) dan dapat di-print menggunakan kertas A4.
Kutipan dari tulisan Dr. Hardiono D. Pusponegoro Spa(K)
Apapun diagnosisnya, semua sepakat bahwa tugas dokter terpenting adalah menemukan anak-anak kecil yang sudah mulai menunjukkan beberapa gejala perilaku yang tidak lazim. Orang tua juga sangat berperan dan dapat membantu dengan melaporkan kecurigaan adanya gangguan perilaku. Penolakan kenyataan oleh orang tua dan keluarga, atau dokter yang menganggap bahwa suatu penyimpangan perilaku adalah "tidak apa-apa" akan sangat merugikan anak karena keterlambatan intervensi. Bila memang ada penyimpangan perkembangan, mungkin kita tidak bisa memberi label diagnosis, namun terapi dan stimulasi harus segera dimulai dan tidak boleh menunggu. Makin dini intervensi dilakukan, makin baik hasilnya.
Penyebab autisme
Bunga Rampai online
Jumlah anak yang terkena autisme makin bertambah. Di Canada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40 persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 di-simpulkan terdapat 9 kasus autis per-harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut diatas sangat mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia.
Sebagai contoh, perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada kemunkinan penyebab autisme yang disebabkan oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris Andrew Wakefield, Bernard Rimland dari Amerika mengadakan penelitian mengenai hubungan antara vaksinasi terutama MMR (measles, mumps rubella ) dan autisme. Penelitian lainnya membantah hasil penyelidikan tersebut tetapi beberapa orang tua anak penyandang autisme tidak puas dengan bantahan tersebut. Jeane Smith (USA) bersaksi didepan kongres Amerika : kelainan autis dinegeri ini sudah menjadi epidemi - saya dan banyak orang tua anak penderta autisme percaya bahwa anak mereka yang terkena autisme disebabkan oleh reaksi dari vaksinasi.
Banyak pula ahli melakukan penelitian dan menyatakan bahwa bibit autisme telah ada jauh hari sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil pengamatan beberapa keluarga melalui gen autisme. Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika bahwa korelasi antara autisme dan cacat lahir yang disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20 hari pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya, Minshew menemukan bahwa pada anak yang terkena autisme bagian otak yang mengendalikan pusat memory dan emosi menjadi lebih kecil dari pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi pada semester ketiga saat kehamilan atau pada saat kelahiran bayi.
Karin Nelson, ahli neorology Amerika mengadakan menyelidiki terhadap protein otak dari contoh darah bayi yang baru lahir. Empat sampel protein dari bayi normal mempunyai kadar protein yang kecil tetapi empat sampel berikutnya mempunyai kadar protein tinggi yang kemudian ditemukan bahwa bayi dengan kadar protein otak tinggi ini berkembang menjadi autisme dan keterbelakangan mental. Nelson menyimpulkan autisme terjadi sebelum kelahiran bayi.
Saat ini, para peneliti dan orang tua anak penyandang autisme boleh merasa lega mengingat perhatian dari negara besar di dunia mengenai kelainan autisme menjadi sangat serius. Sebelumnya, kelainan autisme hanya dianggap sebagai akibat dari perlakuan orang tua yang otoriter terhadap anaknya. Disamping itu, kemajuan teknologi memungkinkan untuk melakukan penelitian mengenai penyebab autisme secara genetik dan metabolik. Pada bulan Mei 2000 para peneliti di Amerika menemukan adanya tumpukan protein didalam otak bayi yang baru lahir yang kemudian bayi tersebut berkembang menjadi anak autisme. Temuan ini mungkin dapat menjadi kunci dalam menemukan penyebab utama autisme sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahannya.
Bunga Rampai online
Jumlah anak yang terkena autisme makin bertambah. Di Canada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40 persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 di-simpulkan terdapat 9 kasus autis per-harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut diatas sangat mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia.
Sebagai contoh, perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada kemunkinan penyebab autisme yang disebabkan oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris Andrew Wakefield, Bernard Rimland dari Amerika mengadakan penelitian mengenai hubungan antara vaksinasi terutama MMR (measles, mumps rubella ) dan autisme. Penelitian lainnya membantah hasil penyelidikan tersebut tetapi beberapa orang tua anak penyandang autisme tidak puas dengan bantahan tersebut. Jeane Smith (USA) bersaksi didepan kongres Amerika : kelainan autis dinegeri ini sudah menjadi epidemi - saya dan banyak orang tua anak penderta autisme percaya bahwa anak mereka yang terkena autisme disebabkan oleh reaksi dari vaksinasi.
Banyak pula ahli melakukan penelitian dan menyatakan bahwa bibit autisme telah ada jauh hari sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil pengamatan beberapa keluarga melalui gen autisme. Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika bahwa korelasi antara autisme dan cacat lahir yang disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20 hari pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya, Minshew menemukan bahwa pada anak yang terkena autisme bagian otak yang mengendalikan pusat memory dan emosi menjadi lebih kecil dari pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi pada semester ketiga saat kehamilan atau pada saat kelahiran bayi.
Karin Nelson, ahli neorology Amerika mengadakan menyelidiki terhadap protein otak dari contoh darah bayi yang baru lahir. Empat sampel protein dari bayi normal mempunyai kadar protein yang kecil tetapi empat sampel berikutnya mempunyai kadar protein tinggi yang kemudian ditemukan bahwa bayi dengan kadar protein otak tinggi ini berkembang menjadi autisme dan keterbelakangan mental. Nelson menyimpulkan autisme terjadi sebelum kelahiran bayi.
Saat ini, para peneliti dan orang tua anak penyandang autisme boleh merasa lega mengingat perhatian dari negara besar di dunia mengenai kelainan autisme menjadi sangat serius. Sebelumnya, kelainan autisme hanya dianggap sebagai akibat dari perlakuan orang tua yang otoriter terhadap anaknya. Disamping itu, kemajuan teknologi memungkinkan untuk melakukan penelitian mengenai penyebab autisme secara genetik dan metabolik. Pada bulan Mei 2000 para peneliti di Amerika menemukan adanya tumpukan protein didalam otak bayi yang baru lahir yang kemudian bayi tersebut berkembang menjadi anak autisme. Temuan ini mungkin dapat menjadi kunci dalam menemukan penyebab utama autisme sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahannya.
Jenis Autisme
Bunga Rampai online
Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan jenis autisme adalah standar Amerika DSM revisi keempat (Diagnostic and Statistical Manual) yang memuat kriteria yang harus dipenuhi dalam melakukan diagnosa autisme. Diagnosa ini hanya dapat dilakukan oleh tim dokter / praktisi ahli bersadarkan pengamatan seksama terhadap perilaku anak autisme dan disertai konsultasi dengan orang tua anak.
Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi kategory / jenis autisme mengingat tidak ada / jarang ditemukan antara satu dan lain penyandang autisme yang mempunyai gejala yang sama. Setiap penyandang autisme mempunyai ke-'khas'-annya sendiri sendiri. Dengan kata lain ada 1001 jenis atau mungkin satu juta satu jenis autisme di dunia ini yang tidak dapat diperinci satu persatu. Istilah yang lazim dipakai saat ini oleh para ahli adalah 'kelainan spektrum autisme' atau ASD (Autism Spectrum Disorder).
Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam kategori PDD mempunyai persamaan dalam hal kekurang mampuan bersosialisasi dan berkomunikasi akan tetapi tingkat kelainan-nya (spektrum-nya) berbeda satu dengan lainnya.
Seperti dikatakan oleh Ibu Dra Dyah Puspita (psikolog) quote - karena begitu banyaknya jenis / ciri penyandang autisme, sehingga lebih berupa rangkaian dari kelabu muda sekali hingga kelabu tua sekali... (banyak nuansa-nya) . Penggunaan istilah autisme berat/parah dan autisme ringan dapat menyesatkan karena jika dikatakan berat/parah orang tua dapat merasa frustasi dan berhenti berusaha karena merasa tidak ada gunanya lagi. Sebaliknya jika dikatakan ringan/tidak parah maka orang tua merasa senang dan juga dapat berhenti berusaha karena merasa anaknya akan sembuh sendiri. Pada kenyataannya, baik ringan ataupun berat, tanpa penanganan terpadu dan intensif, penyandang autisme sulit mandiri - unquote.
Agar dapat membantu melihat beberapa kelompok besar spektrum autisme yang ada, dapat dilihat dari kategori utama dibawah ini:
Kelainan Autis
Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Sampai dengan umur 3 tahun mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam bermain dan mempunyai perilaku, minat dan aktifitas yang unik (aneh).
Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam bersosialisasi dan mempunyai minat dan aktifitas yang terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam kemampuan berbicara. Kecerdasannya berada pada tingkat normal atau diatas normal.
PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified)
Atau biasa disebut Autis yang tidak umum dimana diagnosis PDD-NOS dapat dilakukan jika anak tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-IV) akan tetapi terdapat ketidakmampuan pada beberapa perilakunya.
Kelainan Rett
Ketidakmampuan yang semakin hari semakin parah (progresif). Sampai saat ini diketahui hanya menimpa anak perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik- khususnya kehilangan kemampuan menggunakan tangan yang kemudian berganti menjadi pergerakan tangan yang berulang ulang dimulai pada umur 1 hingga 4 tahun.
Kelainan Disintegrasi Masa Kanak-kanak
Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2 tahun kemudian kehilangan kemampuan yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik.
Kutipan dari tulisan Dr. Hardiono D. Pusponegoro SpA(K)
"Klasifikasi autisme ditentukan berdasarkan kesepakatan para dokter dan dituangkan dalam Diagnostic and Statistical Manual IV (DSM-IV) atau International Classification of Diseases 9 dan 10 (ICD-9 dan ICD-10). Dalam klasifikasi tersebut, diagnosis autisme harus memenuhi syarat tertentu. Bila tidak memenuhi semua kriteria diagnosis, digolongkan dalam PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorders not otherwise specified). Akhir-akhir ini, banyak ditemukan kasus-kasus yang masih sangat kecil dengan gejala yang tidak khas. Khusus untuk kasus-kasus ini, kriteria DSM-IV atau ICD-9-10 sulit diterapkan. Beberapa peneliti mencoba membuat klasifikasi khusus untuk anak yang masih kecil dengan fokus pada tahapan perkembangan anak, disebut sebagai Diagnostic Classification: 0-3 (DC 0-3). Walaupun klasifikasi ini belum diterima secara menyeluruh, ada baiknya kita mempelajarinya. Dalam DC 0-3, ada beberapa klasifikasi untuk anak-anak yang menunjukkan gejala mirip sekali dengan autisme misalnya Regulatory Disorder dan Disorders of Relating and Communicating dengan MSDD (Multisystem Developmental Disorder) sebagai salah satu contoh. Sebagian anak ini akan berkembang menjadi autisme, namun banyak di antaranya yang sangat responsif terhadap terapi dan berkembang menjadi anak yang normal. "
Pertanyaan seputar MSDD (Multisystem Developmental Disorder)
Dalam klasifikasi DSM IV tidak ada istilah MSDD. Hanya Gangguan Autistik
untuk yang memenuhi kriteria dan PDD NOS (Pervasive Developmental Disorders Not Otherwise Specified) untuk yang tidak memenuhi kriteria.
Klasifikasi yang menyebut tentang MSDD dibuat oleh sekelompok peneliti yang
disebut sebagai klasifikasi 0-3 (Diagnostic Classification:0-3).
DC:0-3 berpendapat bahwa ada kasus-kasus dimana gangguan interaksi dan
komunikasi terjadi sekunder terhadap kesulitan pemrosesan input sensoris,
sehingga kasus-kasus ini lebih fleksibel dan memberi respons yang baik
terhadap intervensi dini. Gangguan prosesing menyebabkan gangguan
komprehensi/ pengertian, dan kesanggupan melakukan ekspresi atau aksi.
Istilah MSDD menggambarkan bahwa anak mengalami gangguan sensoris multipel
dan interaksi sensori-motor.
MSDD ditandai oleh berbagai gejala:
Gangguan bermakna, tetapi tidak lengkap dalam kesanggupan untuk
melakukan dan mempertahankan hubungan emosional dan sosial dengan pengasuh.
Gangguan bermakna dalam melakukan, mempertahankan atau mengembangkan
komunikasi.
Gangguan bermakna dalam auditory processing.
Gangguan bermakna dalam prosesing berbagai sensasi lain atau perencanaan gerakan.
Ada 3 pola MSDD:
Pola A: Anak tidak mempunyai tujuan dan tidak mengadakan hubungan untuk
sebagian besar waktunya. Mereka menunjukkan kesulitan yang menonjol dalam
perencanaan gerak, sehingga tidak memperlihatkan suatu mimik yang sederhana
sekalipun.
Pola B: Anak-anak ini memperlihatkan pola hubungan yang intermiten. Mereka
dapat menunjukkan mimik yang sesuai sekali-sekali.
Pola C: Anak-anak ini memperlihatkan hubungan yang lebih konsisten.
Jadi bila berpegang pada DSM-IV hanya ada Gangguan Autistik dan PDD-NOS,
Kalau berpegang pada DC:0-3 ada MSDD dengan 3 pola, pola A paling berat, B
lebih ringan, C paling ringan.
Kesimpulannya, gangguan autistik dan PDD-NOS merupakan gangguan primer
sedangkan MSDD merupakan gangguan sekunder. Gangguan sekunder tentunya lebih
mudah diatasi.
Mengapa pusing benar dengan diagnosis atau label? Yg penting adalah
menentukan gangguan yang ada dan berusaha mengatasi gangguan tersebut.
Bunga Rampai online
Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan jenis autisme adalah standar Amerika DSM revisi keempat (Diagnostic and Statistical Manual) yang memuat kriteria yang harus dipenuhi dalam melakukan diagnosa autisme. Diagnosa ini hanya dapat dilakukan oleh tim dokter / praktisi ahli bersadarkan pengamatan seksama terhadap perilaku anak autisme dan disertai konsultasi dengan orang tua anak.
Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi kategory / jenis autisme mengingat tidak ada / jarang ditemukan antara satu dan lain penyandang autisme yang mempunyai gejala yang sama. Setiap penyandang autisme mempunyai ke-'khas'-annya sendiri sendiri. Dengan kata lain ada 1001 jenis atau mungkin satu juta satu jenis autisme di dunia ini yang tidak dapat diperinci satu persatu. Istilah yang lazim dipakai saat ini oleh para ahli adalah 'kelainan spektrum autisme' atau ASD (Autism Spectrum Disorder).
Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam kategori PDD mempunyai persamaan dalam hal kekurang mampuan bersosialisasi dan berkomunikasi akan tetapi tingkat kelainan-nya (spektrum-nya) berbeda satu dengan lainnya.
Seperti dikatakan oleh Ibu Dra Dyah Puspita (psikolog) quote - karena begitu banyaknya jenis / ciri penyandang autisme, sehingga lebih berupa rangkaian dari kelabu muda sekali hingga kelabu tua sekali... (banyak nuansa-nya) . Penggunaan istilah autisme berat/parah dan autisme ringan dapat menyesatkan karena jika dikatakan berat/parah orang tua dapat merasa frustasi dan berhenti berusaha karena merasa tidak ada gunanya lagi. Sebaliknya jika dikatakan ringan/tidak parah maka orang tua merasa senang dan juga dapat berhenti berusaha karena merasa anaknya akan sembuh sendiri. Pada kenyataannya, baik ringan ataupun berat, tanpa penanganan terpadu dan intensif, penyandang autisme sulit mandiri - unquote.
Agar dapat membantu melihat beberapa kelompok besar spektrum autisme yang ada, dapat dilihat dari kategori utama dibawah ini:
Kelainan Autis
Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Sampai dengan umur 3 tahun mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam bermain dan mempunyai perilaku, minat dan aktifitas yang unik (aneh).
Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam bersosialisasi dan mempunyai minat dan aktifitas yang terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam kemampuan berbicara. Kecerdasannya berada pada tingkat normal atau diatas normal.
PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified)
Atau biasa disebut Autis yang tidak umum dimana diagnosis PDD-NOS dapat dilakukan jika anak tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-IV) akan tetapi terdapat ketidakmampuan pada beberapa perilakunya.
Kelainan Rett
Ketidakmampuan yang semakin hari semakin parah (progresif). Sampai saat ini diketahui hanya menimpa anak perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik- khususnya kehilangan kemampuan menggunakan tangan yang kemudian berganti menjadi pergerakan tangan yang berulang ulang dimulai pada umur 1 hingga 4 tahun.
Kelainan Disintegrasi Masa Kanak-kanak
Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2 tahun kemudian kehilangan kemampuan yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik.
Kutipan dari tulisan Dr. Hardiono D. Pusponegoro SpA(K)
"Klasifikasi autisme ditentukan berdasarkan kesepakatan para dokter dan dituangkan dalam Diagnostic and Statistical Manual IV (DSM-IV) atau International Classification of Diseases 9 dan 10 (ICD-9 dan ICD-10). Dalam klasifikasi tersebut, diagnosis autisme harus memenuhi syarat tertentu. Bila tidak memenuhi semua kriteria diagnosis, digolongkan dalam PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorders not otherwise specified). Akhir-akhir ini, banyak ditemukan kasus-kasus yang masih sangat kecil dengan gejala yang tidak khas. Khusus untuk kasus-kasus ini, kriteria DSM-IV atau ICD-9-10 sulit diterapkan. Beberapa peneliti mencoba membuat klasifikasi khusus untuk anak yang masih kecil dengan fokus pada tahapan perkembangan anak, disebut sebagai Diagnostic Classification: 0-3 (DC 0-3). Walaupun klasifikasi ini belum diterima secara menyeluruh, ada baiknya kita mempelajarinya. Dalam DC 0-3, ada beberapa klasifikasi untuk anak-anak yang menunjukkan gejala mirip sekali dengan autisme misalnya Regulatory Disorder dan Disorders of Relating and Communicating dengan MSDD (Multisystem Developmental Disorder) sebagai salah satu contoh. Sebagian anak ini akan berkembang menjadi autisme, namun banyak di antaranya yang sangat responsif terhadap terapi dan berkembang menjadi anak yang normal. "
Pertanyaan seputar MSDD (Multisystem Developmental Disorder)
Dalam klasifikasi DSM IV tidak ada istilah MSDD. Hanya Gangguan Autistik
untuk yang memenuhi kriteria dan PDD NOS (Pervasive Developmental Disorders Not Otherwise Specified) untuk yang tidak memenuhi kriteria.
Klasifikasi yang menyebut tentang MSDD dibuat oleh sekelompok peneliti yang
disebut sebagai klasifikasi 0-3 (Diagnostic Classification:0-3).
DC:0-3 berpendapat bahwa ada kasus-kasus dimana gangguan interaksi dan
komunikasi terjadi sekunder terhadap kesulitan pemrosesan input sensoris,
sehingga kasus-kasus ini lebih fleksibel dan memberi respons yang baik
terhadap intervensi dini. Gangguan prosesing menyebabkan gangguan
komprehensi/ pengertian, dan kesanggupan melakukan ekspresi atau aksi.
Istilah MSDD menggambarkan bahwa anak mengalami gangguan sensoris multipel
dan interaksi sensori-motor.
MSDD ditandai oleh berbagai gejala:
Gangguan bermakna, tetapi tidak lengkap dalam kesanggupan untuk
melakukan dan mempertahankan hubungan emosional dan sosial dengan pengasuh.
Gangguan bermakna dalam melakukan, mempertahankan atau mengembangkan
komunikasi.
Gangguan bermakna dalam auditory processing.
Gangguan bermakna dalam prosesing berbagai sensasi lain atau perencanaan gerakan.
Ada 3 pola MSDD:
Pola A: Anak tidak mempunyai tujuan dan tidak mengadakan hubungan untuk
sebagian besar waktunya. Mereka menunjukkan kesulitan yang menonjol dalam
perencanaan gerak, sehingga tidak memperlihatkan suatu mimik yang sederhana
sekalipun.
Pola B: Anak-anak ini memperlihatkan pola hubungan yang intermiten. Mereka
dapat menunjukkan mimik yang sesuai sekali-sekali.
Pola C: Anak-anak ini memperlihatkan hubungan yang lebih konsisten.
Jadi bila berpegang pada DSM-IV hanya ada Gangguan Autistik dan PDD-NOS,
Kalau berpegang pada DC:0-3 ada MSDD dengan 3 pola, pola A paling berat, B
lebih ringan, C paling ringan.
Kesimpulannya, gangguan autistik dan PDD-NOS merupakan gangguan primer
sedangkan MSDD merupakan gangguan sekunder. Gangguan sekunder tentunya lebih
mudah diatasi.
Mengapa pusing benar dengan diagnosis atau label? Yg penting adalah
menentukan gangguan yang ada dan berusaha mengatasi gangguan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar