Senin, 02 Februari 2009

Model Penelitian

PROPOSAL SEBAGAI RANCANGAN PENELITIAN

Seorang peneliti yang akan melaksanakaan penelitian jelas harus mengadakan persiapan, baik Persiapan fisik, administratif maupun persiapan secara teoritis. Selain harus membuat keputusan-keputusan dalam penelitian yang salah satunya dalam bentuk proposal penelitian.

Istilah lain proposal research design dapat dimaknakan oleh beberapa ahli sebagai berikut :
Salah satu kata design adalah rencana yang dapat diartikan pola, potongan, bentuk, model tujuan dan maksud (Echol, Hasan Shadily, 1976:177)
Reseach design diartikan sebagai tahap perlakuan sebelum dan sesudah eksperimen (Campbell & Stanley, 1966)
Tahap-tahap pelaksanaan pengumpulan data dengan membagi kedalam beberapa tahap : orientation, personal development history dan perspective (Chism, 1984:52-53)
Lincoln & Guba (1985:226) mendefinsisikan proposal sebagai usaha merencanakan kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan unsurnya masing-masing.
Komponen proposal penelitian.

Lincoln & Guba (1985:224-228) mengemukana ada sepuluh komponen penelitian :
Penentuan fokus penelitian : penentuan fokus membatasi studi berupa penentuan tempat penelitian dan penentuan fokus secara efektif menetapkan kriteria inklusi-eklusi untuk menyaring informasi yang mengalir masuk.
Penentuan kesesuaian paradigma dengan fokus, belum adanya alat ukur untuk mengukur kesesuain paradigma sehingga peneliti harus mengajukan pertanyaan berdasarkan aksioma yang antara lain : 1). Apakah fenomena yang diwakili oleh kerumitan jamak itu suatu konstruksi ? 2). Apa derajat hubungan peneliti-fenomena dan apa derajat ketidakpastian yang akan diperkenalkan kedalam penelitian? 3). Apa derajat kebebasan konteksnya? 4). Apakah kiranya beralasan untuk mempersoalkan hubungan kausal konvensional itu sehubungan dengan unsur fakta yang diamati?
Penentuan kesesuaian paradigma dengan teori substantif yang membimbing studi, jika suatu teori muncul dari data, maka harapannya ialah teori itu taat asas dengan paradigma metodologis yang sesuai dengan harapannya. hal ini jadi persoalan apablila teori yang digunakan untuk diuji peneliti sehingga penelaahan kesesuaian perlu diperhitungkan dalam proposal penelitian.
Penentuan darimana dan dari siapa data dikumpulkan : penentuan tempat penelitian dan satuan kajian, kemudian merancang sampel bertujuan.
Penentuan tahap-tahap penelitian : mengetahui sesuatu yang perlu diketahui, tahap eksplorasi fokus dan tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan
Penentuan teknik penelitian : berdasarkan schedul penelitian, situasi dan penelitianya bersifat individu atau tim, serta persyaratan penggunaan yang mengacu teori dasar dan jenis teknik lain yang mungkin diperlukan.
Perencanaan pengumpulan dan pencatatan data : dapat dilihat dari dimensi ketepatan dan struktur.
Perencanaan prosedur dan pelaksanaan analisis data: analisis data telah dimulai sejak pertama tiba pada latar penelitian.
Perencanaan perlengkapan penelitian yang dapat dikelompokan kedalam lima kategori : satu, pertimbangan logistik secara keseluruhan sebelum penyelenggaraan penelitian (sponssor penelitian, jadwal penelitian rinci, pembiayaan, penelitian lembaga harus ada pengarah, tahap persiapan), Dua, pengadaan perlengkapan sebelum terjun kelapangan (pengaturan siapa yang mengsurvei pendahulu, adanya pengantian penjadwalan bergiliran, selain harus ada peneliti yang asli orang setempat selain perlengkapan penelitian) ketiga, perencanaan perlengkapan sewatu berada dilapangan, keempat, penyiapan logistik sesudah kegiatan lapangan dan kelima perencanaan logistik mengakhiri dan menutup.
Perencanaan untuk pemeriksaan keabsahan data, dengan menjawab beberapa pertanyaan lanjutan :
Sejauhmanakah hubungan dalam rangka memenuhi perpanjangan keikutsertaan telah berlangsung?
Bagaimanakah mengatur kegiatan wawancara atau pengamatan dari yang longgar-terbuka makin menjadi tertutup-terstruktur?
Bagaimanakah triangulasi dilakukan? dengan metode? dengan sumber? dengan beberapa peneliti?
bagaimanakah pelaksanaan diskusi sejawat? siapakah yang akan berperan serta?
Hal apakah yang akan dilakukan dalam menangani kasus negatif sehingga dapat dijelaskan dari segi fenomena yang diamati?
Kecukupan bahan apakah yang akan dikumpulkan?bagaimanakah hal itu dapat dicapai? kapan dan siapakah yang akan memanfaatkannya?
Bagaimanakah teknis pelaksanaan pengecekan anggota sewaktu para peneliti kembali kelapangan penelitian? diadakan beberapa kali dan bagaimana pelaksanaannya yang terakhir?
Bagaimanakah menyiapkan uraian rinci itu? informasi apakah yang dapat dikumpulkan untuk mengsintesiskan dalam uraian rinci itu?
Bagaimana merencanakan dan melaksanakan penjajakan auditing seperti kegiatan pemeriksaan keabasahan data terakhir guna memeriksa kriteria ketergantungan dan kepastian?
Diposkan oleh Ahmad Kurnia El-Qorni di 9/08/2008 08:54:00 AM 0 komentar Link ke posting ini  
Label: proposal 
Kamis, 2008 September 04
Rencana Kerja Penulisan Proposal Skripsi

#1“Printer yang jebol gara-gara ngeprint terlalu banyak, hardisk yang ikut-ikutan jebol, sulit ketemu dosen, dicorat-coret dan dikasih catatan disana-sini hingga ditolak bimbingan sampai 2 bulan tanpa alasan.”

Sering kali dirasakan setiap mahasiswa yang lagi menyusun skripsi.

#2 “Menulis skripsi itu mudah. Betul sekali jika ada yang memiliki pendapat itu. Mengapa mudah? Karena prinsip tulis menulis karya ilmiah relatif sama dengan prinsip ketika kita belajar mengarang di SD. Hanya saja penulisan skripsi menuntut persyaratan keakuratan dan pengolahan data yang relatif ketat, di mana untuk memenuhinya...sang mahasiswa dituntut untuk rajin browsing dan belajar baik dari perpustakaan, internet, atau sumber lain. Selain itu, secara teknis tidak ada masalah lain.”

Ada juga yang berani bilang seperti itu... 

Na sekarang kita ikuti yang kedua supaya tidak yang terjadi pengalaman seperti yang pertama. Saran saya hendaknya penulis menggunakan jadwal penulisan proposal/skripsi. Sangat baik jika jadwal tersebut juga diberikan kepada dosen pembimbing, dengan begitu akan sama-sama tahu dan akan mengondisikan semua kegiatan berlangsung dengan baik dan lancar.

Di bawah ini contoh jadwal proposal. Silahkan dimodifikasi sendiri sesuai dengan selera.

RENCANA KERJA PENULISAN PROPOSAL SKRIPSI
Bulan     
Minggu ke    
Kegiatan yang dikerjakan    
Realisasi

    
I    
Menentukan topik    


II    
Menentukan topik    


III    
Konsultasi topik    


IV    
Revisi topik dan penulisan latar belakang    


    
I    
Merumuskan masalah dan tujuan penelitian    


II    
Merumuskan Hipotesis (jika ada)
Merumuskan Manfaat penelitian teoritis;
praktis     


III    
Konsultasi Hipotesis (jika ada) dan Manfaat penelitian teoritis dan praktis    


IV    
Menulis Asumsi Penelitian (jika diperlukan);
Menulis Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian; dan Definisi Istilah atau Definisi Operasional (jika diperlukan)    


    
I    
Konsultasi Asumsi Penelitian, Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian; dan Definisi Istilah atau Definisi Operasional     


II    
Merancang kepustakaan
Merumuskan Metodologi penelitian    


III    
Konsultasi kepustakaan dan Metodologi penelitian    


IV    
Menulis pustaka acuan    


    
I    
Draf proposal siap diseminarkan    


II    
Seminar Proposal    


III    
Merevisi proposal     


IV    
proposal yang telah direvisi siap ditindaklanjuti    







Diposkan oleh Ahmad Kurnia El-Qorni di 9/04/2008 02:03:00 PM 0 komentar Link ke posting ini  
Label: proposal 
Proposal Penelitian Pengembangan

Kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual. Dalam hal ini, kegiatan pengembangan ditekankan pada pemanfaatan teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian untuk memecahkan masalah.

Skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil kerja pengembangan menuntut format dan sistematika yang berbeda dengan skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil penelitian, karena karakteristik kegiatan pengembangan dan kegiatan penelitian tersebut berbeda. 

Kegiatan penelitian pada dasarnya berupaya mencari jawaban terhadap suatu permasalahan, sedangkan kegiatan pengembangan berupaya menerapkan temuan atau teori untuk memecahkan suatu permasalahan

Format Proposal Penelitian Pengembangan 

1. Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah mengungkapkan konteks pengembangan projek dalam masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, uraian perlu diawali dengan identifikasi kesenjangan-kesenjangan yang ada antara kondisi nyata dengan kondisi ideal, serta dampak yang ditimbulkanoleh kesenjangan-kesenjangan itu. Berbagai alternatif untuk mengatasi kesenjangan itu perlu dipaparkan secara singkat disertai dengan identifikasi faktor penghambat dan pendukungnya. Alternatif yang ditawarkan sebagai pemecah masalah beserta rasionalnya dikemukakan pada bagian akhir dari paparan latar belakang masalah. 

2. Rumusan Masalah

Sebagai penegasan dari apa yang telah dibahas dalam latar belakang masalah, pada bagian ini perlu dikemukakan rumusan spesifik dari masalah yang hendak dipecahkan. Rumusan masalah pengembangan projek hendaknya dikemukakan secara singkat, padat, jelas, dan diungkapkan dengan kalimat pernyataan, bukan dalam bentuk kalimat pertanyaan seperti dalam rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah hendaknya disertai dengan alternatif pemecahan yang ditawarkan serta rasional mengapa alternatif itu yang dipilih sebagai cara pemecahan yang paling tepat terhadap masalah yang ada.

3. Tujuan Pengembangan

Tujuan pengembangan dirumuskan bertolak dari masalah yang ingin dipecahkan dengan menggunakan alternatif yang telah dipilih. Arahkan rumusan tujuan pengembangan ke pencapaian kondisi ideal seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah.

4. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Bagian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran lengkap tentang karakteristik produk yang diharapkan dari kegiatan pengembangan. Karakteristik produk mencakup semua identitas penting yang dapat digunakan untuk membedakan satu produk dengan produk lain-nya.

Produk yang dimaksud dapat berupa kurikulum, modul, paket pembelajaran, buku teks, alat evaluasi, model, atau produk lain yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah pelatihan, pembelajaran, atau pendidikan. Setiap produk memiliki spesifikasi yang berbeda dengan produk lainnya, misalnya kurikulum bahasa Inggris memiliki spesifikasi yang berbeda jika dibandingkan dengan kurikulum bidang studi lainnya, meskipun di dalamnya dapat ditemukan komponen yang sama.

5. Pentingnya Pengembangan 

Bagian ini sering dikacaukan dengan tujuan pengembangan. Tujuan pengembangan mengungkapkan upaya pencapaian kondisi yang ideal, sedangkan pentingnya pengembangan mengungkapkan argumentasi mengapa perlu ada pengubahan kondisi nyata ke kondisi ideal. Dengan kata lain, pentingnya pengembangan mengungkapkan mengapa masalah yang ada perlu dan mendesak untuk dipecahkan.

Dalam bagian ini diharapkan juga terungkap kaitan antara urgensi pemecahan masalah dengan konteks permasalahan yang lebih luas. Pengkaitan ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa pemecahan suatu masalah yang konteksnya mikro benar-benar dapat memberi sumbangan bagi pemecahan masalah lain yang konteksnya lebih luas.

6. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi dalam pengembangan merupakan landasan pijak untuk menentukan karakteristik produk yang dihasilkan dan pembenaran pemilihan model serta prosedur pengembangannya. Asumsi hendaknya diangkat dari teori-teori yang teruji sahih, pandangan ahli, atau data empiris yang relevan dengan masalah yang hendak dipecahkan dengan menggunakan produk yang akan dikembangkan. 

Keterbatasan pegembangan mengungkapkan keterbatasan dari produk yang dihasilkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, khususnya untuk konteks masalah yang lebih luas. Paparan ini dimaksudkan agar produk yang dihasilkan dari kegiatan pengembangan ini disikapi hati-hati oleh pengguna sesuai dengan asumsi yang menjadi pijakannya dan kondisi pendukung yang perlu tersedia dalam memanfaatkannya. 


7. Definisi Istilah

Pada bagian ini dikemukakan definisi istilah-istilah yang khas digunakan dalam pengembangan produk yang diinginkan, baik dari sisi model dan prosedur yang digunakan dalam pengembangan ataupun dari sisi produk yang dihasilkan. Istilah-istilah yang perlu diberi batasan hanya yang memiliki peluang ditafsirkan berbeda oleh pembaca atau pemakai produk. Batasan istilah-istilah tersebut harus dirumuskan seoperasional mungkin. Makin operasional rumusan batasan istilah makin kecil peluang istilah itu ditafsirkan berbeda oleh pembaca atau pemakai. 

8. Sistematika Penulisan

Paparan pada bagian ini dimaksudkan untuk menunjukkan cara pengorganisasian keseluruhan skripsi, tesis, dan disertasi, baik untuk Bagian I, yang memuat kajian analitis, atau-pun Bagian II, yang memuat produk yang dihasilkan dari kegiatan pengembangan.

9. Landasan Teori

Bab ini dimaksudkan untuk mengungkapkan kerangka acuan komperhensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi atau dalam mengembangkan produk yang diharapkan. Kerangka acuan disusun berdasarkan kajian berbagai aspek teoretik dan empiris yang terkait dengan permasalahan dan upaya yang akan ditempuh untuk memecahkannya. Uraian-uraian dalam bab ini diharapkan menjadi landasan teoretik mengapa masalah itu perlu dipecahkan dan mengapa cara pengembangan produk tersebut dipilih

Kajian teoretik mengenai model dan prosedur yang akan digunakan dalam pengembangan juga perlu dikemukakan dalam bagian ini, terutama dalam rangka memberikan pembenaran terhadap produk yang akan dikembangkan.

Di samping itu, bagian ini juga dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya lain yang mungkin sudah pernah ditempuh oleh ahli lain untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan demikian, upaya pengembangan yang akan dilakukan memiliki landasan empiris yang mantap.


10. Metode Pengembangan

Metode Pengembangan hendaknya memuat butir-butir (1) model pengembangan, (2) prosedur pengembangan, dan (3) uji coba produk. Dalam butir uji coba produk perlu diungkapkan (a) desain uji coba, (b) subjek uji coba, (c) jenis data, (d) instrumen pengumpulan data, dan (e) teknik analisis data. 


a. Model Pengembangan

Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoretik. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, yaitu menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model konseptual adalah model yang bersifat analitis yang memerikan komponen-komponen produk yang akan dikembangkan serta keterkaitan antarkomponen (misalnya model pengembangan rancangan pengajaran Dick dan Carey, 1985). Model teoretik adalah model yang menunjukkan hubungan perubahan antar peristiwa.

Dalam bagian ini perlu dikemukakan secara singkat struktur model yang digunakan sebagai dasar pengembangan produk. Apabila model yang digunakan merupakan adaptasi dari model yang sudah ada, maka pemilihannya perlu disertai dengan alasan, komponen-komponen yang disesuaikan, serta kekuatan dan kelemahan model itu.

Apabila model yang digunakan dikembangkan sendiri, maka informasi yang lengkap mengenai setiap komponen dan kaitan antarkomponen dari model itu perlu dipaparkan. Perlu diperhatikan bahwa uraian model diupayakan seoperasional mungkin sebagai acuan dalam pengembangan produk. 


b. Prosedur Pengembangan

Bagian ini memaparkan langkah-langkah prosedural yang ditempuh oleh pengembangan dalam membuat produk. Prosedur pengembangan berbeda dengan model pengembangan. Apabila model pengembangannya adalah prosedural, maka prosedur pengembangannya tinggal mengikuti langkah-langkah seperti yang terlihat dalam modelnya. Model pengembangan juga bisa berupa konseptual atau teoretik. Kedua model ini tidak secara langsung memberi petunjuk tentang bagaimana langkah prosedural yang dilalui sampai ke produk yang dispesifikasi. Oleh karena itu, perlu dikemukakan lagi langkah proseduralnya.


c. Uji coba produk 

Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan/atau daya tarik dari produk yang dihasilkan. 

Dalam bagian ini secara berurutan perlu dikemukakan desain uji coba, subyek uji coba, jenis data, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data. 


1) Desain Uji Coba 

Secara lengkap, uji coba produk pengembangan biasanya dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu uji perseorangan, uji kelompok kecil, dan uji lapangan. Dalam kegiatan pengembangan, pengembang mungkin hanya melewati dan berhenti pada tahap uji perseorangan, atau dilanjutkan dan berhenti sampai tahap uji kelompok kecil, atau sampai uji lapangan. Hal ini sangat tergantung pada urgensi dan data yang dibutuhkan melalui uji coba itu. 

Desain uji coba produk bisa menggunakan desain yang biasa dipakai dalam penelitian kuantitatif, yaitu desain deskriptif atau eksperimental. Yang perlu diperhatikan adalah ketepatan memilih desain untuk tahapan tertentu (perseorangan, kelompok kecil, atau lapangan) agar data yang dibutuhkan untuk memperbaiki produk dapat diperoleh secara lengkap. 


2) Subjek Uji Coba 

Karakteristik subjek uji coba perlu diidentifikasi secara jelas dan lengkap, termasuk cara pemilihan subjek uji coba itu. Subjek uji coba produk bisa terdiri dari ahli di bidang isi produk , ahli di bidang perancangan produk, dan/atau sasaran pemakai produk. Subjek uji coba yang ahli di bidang isi produk dapat memiliki kualifikasi keahlian tingkat S1 (untuk skripsi), S2 (untuk tesis), dan S3 (untuk disertasi). Yang penting setiap subjek uji coba yang dilibatkan harus disertai identifikasi karekteristiknya secara jelas dan lengkap, tetapi terbatas dalam kaitannya dengan produk yang dikembangkan. 

Teknik pemilihan subjek uji coba juga perlu dikemukakan agak rinci, apakah menggunakan teknik rambang, rumpun, atau teknik lainnya yang sesuai. 


3) Jenis Data

Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan/atau daya tarik dari produk yang dihasilkan. Dalam konteks ini sering pengembang tidak bermaksud mengumpulkan data secara lengkap yang mencakup ketiganya. Bisa saja, sesuai dengan kebutuhan pengembangan, pengembang hanya melakukan uji coba untuk melihat daya tarik dari suatu produk, atau hanya untuk melihat tingkat efisiensinya, atau keduanya. Keputusan ini tergantung pada pemecahan masalah yang telah ditetapkan di Bab I: apakah pada keefektifan, efisiensi, daya tarik, atau ketiganya. 

Penekanan pada efisiensi suatu pemecahan masalah akan membutuhkan data tentang efisiensi produk yang dikembangkan. Begitu pula halnya dengan penekanan pada keefektifan atau daya tarik. Atas dasar ini, maka jenis data yang perlu dikumpulkan harus disesuaikan dengan informasi apa yang dibutuhkan tentang produk yang dikembangkan itu.

Paparan mengenai jenis data yang dikumpulkan hendaknya dikaitkan dengan desain dan pemilihan subjek uji coba. Jenis data tertentu, bagaimanapun juga, akan menuntut desain tertentu dan subjek uji coba tertentu. Misalnya, pengumpulan data mengenai kecermatan isi dapat dilakukan secara perseorangan dari ahli isi, atau secara kelompok dalam bentuk seminar kecil, atau seminar yang lebih luas yang melibatkan ahli isi, ahli desain, dan sasaran pemakai produk.


4) Instrumen Pengumpulan Data

Bagian ini mengemukakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data seperti yang sudah dikemukakan dalam butir sebelumnya. Jika mengunakan instrumen yang sudah ada, maka perlu ada uraian mengenai karakteristik instrumen itu, terutama mengenai keshahihan dan keterandalannya. Apabila instrumen yang digunakan dikembangkan sendiri, maka prosedur pengembangannya juga perlu dijelaskan. 


5) Teknik Analisis Data

Teknik dan prosedur analisis yang digunakan untuk menganali-sis data uji coba dikemukakan dalam bagian ini dan disertai alasannya. Apabila teknik analisis yang digunakan sudah cukup dikenal, maka uraian tidak perlu rinci sekali. Akan tetapi, apabila teknik tersebut belum banyak dikenal, maka uraian perlu lebih rinci. 


11. Daftar Rujukan

Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. 

Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi:

1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik,

2. tahun penerbitan 

3. judul, termasuk subjudul

4. kota tempat penerbitan, dan

5. nama penerbit.
Diposkan oleh Ahmad Kurnia El-Qorni di 9/04/2008 01:54:00 PM 0 komentar Link ke posting ini  
Label: proposal 
Proposal Penelitian Kajian Pustaka

Telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru dan atau untuk keperluan baru. 

Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlukan sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang sudah ada, sehingga kerangka teori baru dapat dikembangkan, atau sebagai dasar pemecahan masalah. 


Format Proposal Kajian Pustaka

1. Latar Belakang Masalah

Bagian ini berisi uraian atau gambaran umum yang dapat diperoleh dari koran, majalah, buku, jurnal, laporan penelitian, seminar, atau keadaan lapangan mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

Gambaran umum ini dapat bersifat mendukung atau menunjang pendapat peneliti atau pun bersifat tidak mendukung atau menolak harapan peneliti. Selain itu juga dipaparkan uraian pemantapan terhadap pemahaman masalah, misalnya mengapa masalah yang dikemukakan dipandang menarik, penting, dan perlu ditelaah. 

2. Rumusan Masalah

Bagian ini merupakan pengembangan dari uraian latar belakang masalah yang menunjukkan bahwa masalah yang akan ditelaah memang belum terjawab atau belum dipecahkan secara memuaskan. Uraian tersebut didukung berbagai publikasi yang berhubungan dengan masalah yang dikaji, yang mencakup aspek yang dikaji, konsep-konsep yang berkaitan dengan hal yang akan ditulis, dan teori yang melandasi kajian. Pembahasan ini hanya berisi uraian yang memang relevan dengan masalah yang akan dikaji serta disajikan secara sistematis dan terpadu.

Selanjutnya dituliskan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui telaah pustaka (dalam bentuk kalimat tanya), yang memuat variabel/hubungan antarvariabel yang akan dikaji. Kata tanya yang digunakan berupa apa, mengapa, bagaimana, sejauh mana, kapan, siapa, dan sebagainya bergantung pada ruang lingkup masalah yang akan dibahas.

3. Tujuan Penelitian

Bagian ini memberikan gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh adalah mengkaji kehidupan orang-orang yang terkenal dalam suatu bidang studi untuk mengetahui pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana usaha mereka untuk meneliti dan menemukan apa yang sekarang dianggap sebagai hal yang biasa saja.

4. Kegunaan Penelitian

Bagian ini memberikan gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh adalah mengkaji kehidupan orang-orang yang terkenal dalam suatu bidang studi untuk mengetahui pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana usaha mereka untuk meneliti dan menemukan apa yang sekarang dianggap sebagai hal yang biasa saja. 

5. Metode Kajian 

Metode kajian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini dapat dimuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar atau fakta-fakta yang dipandang benar tanpa adanya verifikasi dan keterbatasan, yaitu aspek-aspek tertentu yang dijadikan kerangka berpikir. Selanjutnya dilakukan analisis masalah dan variabel yang terdapat dalam judul kajian. Analisis masalah menghasilkan variabel dan hubungan antarvariabel. Selanjutnya dilakukan analisis variabel dengan mengajukan pertanyaan mengenai masing-masing variabel dan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antarvariabel. Analisis ini diperlukan untuk menyusun alur berpikir dalam memecahkan masalah.

Perlu ditekankan bahwa tulisan tentang metode kajian hendaknya didasarkan atas kajian teori dan khasanah ilmu, yaitu paradigma, teori, konsep, prinsip,hukum, postulat, dan asumsi keilmuan yang relevan dengan masalah yang dibahas. 

6. Definisi Istilah

Bagian ini memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan agar terdapat kesamaan penafsiran dan terhindar dari kekaburan. Bagian ini juga memberikan keterangan rinci pada bagian-bagian yang memerlukan uraian, misalnya alat peraga, sekolah, alat ukur, lokasi atau tempat, nilai, sikap, penghasilan, keadaan atau kondisi, keadaan sosial ekonomi, status, dan sebagainya. 

7. Daftar Rujukan

Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. 

Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi:

1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik,

2. tahun penerbitan 

3. judul, termasuk subjudul

4. kota tempat penerbitan, dan

5. nama penerbit. 

Diposkan oleh Ahmad Kurnia El-Qorni di 9/04/2008 01:51:00 PM 0 komentar Link ke posting ini  
Label: proposal 
Proposal Penelitian Kuantitatif (Skripsi)
Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan. 
Format Proposal Penelitian Kuantitatif 
1. Latar Belakang Masalah 
Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. (lihat pendahuluan )
2. Rumusan Masalah 
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika?. (Tips membuat rumusan masalah ) 
3. Tujuan Penelitian 
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika. 
4. Hipotesis Penelitian (jika ada) 
Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kluantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu subbab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian kuantitatif. Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis, hipotesis penelitian dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah, maka di dalam latar belakang masalah sudah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang relevan dalam bentuknya yang ringkas. 
Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel, melainkan telah ditunjukan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu. Contoh: Ada hubungan positif antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika. 
Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Siswa SMP yang tingkat kecerdasannya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dalam matapelajaran Matematika dibandingkan dengan yang tingkat kecerdasannya sedang. Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, (c) dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris. 
5. Kegunaan Penelitian 
Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan. 
6. Asumsi Penelitian (jika diperlukan) 
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau metodologis. Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian. 
7. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 
Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. Dalam bagian ini dapat juga dipaparkan penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta indikator-indikatornya. Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Namun, keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang diinginkan. 
8. Definisi Istilah atau Definisi Operasional 
Definisi istilah atau definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan akan timbul perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna seandainya penegasan istilah tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi istilah lebih dititikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti. 
Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan diteliti. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatui variabel. Contoh definisi operasional dari variabel “prestasi aritmatika” adalah kompetensi dalam bidang aritmatika yang meliputi menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan desimal. Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya konsep atau konstruk yang diselidiki akan memudahkan pengukurannya. Di samping itu, penyusunan definisi operasional memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. (Lihat Glossary) 
9. Metode Penelitian 
Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data. 
a. Rancangan Penelitian 
Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survai, atau penelitian historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut. (Lihat beberapa kesalahan dalam desain penelitiian) 
b. Populasi dan Sampel 
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel. 
c. Instrumen penelitian 
Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, terutama disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban untuk melaporkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan. Untuk alat dan bahan harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai. 
Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan Bahan. 
d. Pengumpulan Data 
Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data, perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian. 
e. Analisis Data 
Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrikdan statistik nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis sejenis dalam statistik nonparametrik. Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu. 
Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows. 

(lihat analisis )
10. Landasan 
Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dipaparkan dalam Landasan Teori atau Kajian Pustaka. Untuk tesis dan disertasi, teori yang dikaji tidak hanya teori yang mendukung, tetapi juga teori yang bertentangan dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian pustaka memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan Bab I. 
Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap hasil penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri. Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian. Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi, berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti. 
11. Daftar Rujukan 
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, 2. tahun penerbitan 3. judul, termasuk subjudul 4. kota tempat penerbitan, dan 5. nama penerbit. 

(Lihat Contoh cara membuat rujukan)
Diposkan oleh Ahmad Kurnia El-Qorni di 9/04/2008 01:49:00 PM 0 komentar Link ke posting ini  
Label: proposal 
Proposal Penelitian Kualitatif (Skripsi)

Penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistic-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. 

Ciri-ciri penelitian kualitatif mewarnai sifat dan bentuk laporannya. Oleh karena itu, laporan penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan cirri-ciri naturalistic yang penuh keotentikan.

Format Proposal Penelitian Kualitatif 

1. Konteks Penelitian atau Latar Belakang

Bagian ini memuat uraian tentang latar belakang penelitian, untuk maksud apa peelitian ini dilakukan, dan apa/siapa yang mengarahkan penelitian. (Lihat juga membuat pendahuluan skripsi ) 

2. Fokus Penelitian atau Rumusan Masalah

Fokus penelitian memuat rincian pernyataan tentang cakupan atau topik-topik pokok yang akan diungkap/digali dalam penelitian ini. Apabila digunakan istilah rumusan masalah, fokus penelitian berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui gambaran apa yang akan diungkapkan di lapangan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus didukung oleh alasan-alasan mengapa hal tersebut ditampilkan.

Alasan-alasan ini harus dikemukakan secara jelas, sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang holistik, induktif, dan naturalistik yang berarti dekat sekali dengan gejala yang diteliti. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan setelah diadakan studi pendahuluan di lapangan

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini, sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan. 

4. Landasan Teori

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. 

5. Kegunaan Penelitian 

Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.

6. Metode Penelitian

Bab ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang menyangkut pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian. 


a. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada bagian II peneliti perlu menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dan menyertakan alasan-alasan singkat mengapa pendekatan ini digunakan. Selain itu juga dikemukakan orientasi teoretik, yaitu landasan berfikir untuk memahami makna suatu gejala, misalnya fenomenologis, interaksi simbolik, kebudayaan, etnometodologis, atau kritik seni (hermeneutik). Peneliti juga perlu mengemukakan jenis penelitian yang digunakan apakah etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif, ekologis, partisipatoris, penelitian tindakan, atau penelitian kelas. 


b. Kehadiran Peneliti

Dalam bagian ini perlu disebutkan bahwa peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Instrumen selain manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti ini harus dilukiskan secara eksplisit dalam laopran penelitian. Perlu dijelaskan apakah peran peneliti sebagai partisipan penuh, pengamat partisipan, atau pengamat penuh. Di samping itu perlu disebutkan apakah kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan.


c. Lokasi Penelitian

Uraian lokasi penelitian diisi dengan identifikasi karakteristik lokasi dan alasan memilih lokasi serta bagaimana peneliti memasuki lokasi tersebut. Lokasi hendaknya diuraikan secara jelas, misalnya letak geografis, bangunan fisik (jika perlu disertakan peta lokasi), struktur organisasi, program, dan suasana sehari-hari. Pemilihan lokasi harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemenarikan, keunikan, dan kesesuaian dengan topik yang dipilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan menemukan hal-hal yang bermakna dan baru. Peneliti kurang tepat jika megutarakan alasan-alasan seperti dekat dengan rumah peneliti, peneliti pernah bekerja di situ, atau peneliti telah mengenal orang-orang kunci.


d. Sumber Data

Pada bagian ini dilaporkan jenis data, sumber data, da teknik penjaringan data dengan keterangan yang memadai. Uraian tersebut meliputi data apa saja yang dikumpulkan, bagaimana karakteristiknya, siapa yang dijadikan subjek dan informan penelitian, bagaimana ciri-ciri subjek dan informan itu, dan dengan cara bagaimana data dijaring, sehingga kredibilitasnya dapat dijamin. Misalnya data dijaring dari informan yang dipilih dengan teknik bola salju (snowball sampling).

Istilah pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif harus digunakan dengan penuh kehati-hatian. Dalam penelitian kualitatif tujuan pengambilan sampel adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin, bukan untuk melakukan rampatan (generalisasi). Pengambilan sampel dikenakan pada situasi, subjek, informan, dan waktu.


e. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam bagian ini diuraikan teknik pengumpulan data yang digunakan, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Terdapat dua dimensi rekaman data: fidelitas da struktur. Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata dari lapangan disajikan (rekaman audio atau video memiliki fidelitas tinggi, sedangkan catatan lapangan memiliki fidelitas kurang). Dimensi struktur menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Hal-hal yang menyangkut jenis rekaman, format ringkasan rekaman data, dan prosedur perekaman diuraikan pada bagian ini. Selain itu dikemukakan cara-cara untuk memastikan keabsahan data dengan triangulasi dan waktu yang diperlukan dalam pengumpulan data.


f. Analisis Data

Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain, analisis taksonomis, analisis komponensial, dan analisis tema. Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan statistik nonparametrik, logika, etika, atau estetika. Dalam uraian tentang analisis data ini supaya diberikan contoh yang operasional, misalnya matriks dan logika. (lihat analisis )


g. Pengecekan Keabsahan Temuan

Bagian ini memuat uraian tentang usaha-usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan temuannya. Agar diperoleh temuan dan interpretasi yang absah, maka perlu diteliti kredibilitasnya dengan mengunakan teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi(menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, teori), pembahasan sejawat, analisis kasus negatif, pelacakan kesesuaian hasil, dan pengecekan anggota. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan dapat-tidaknya ditransfer ke latar lain (transferrability), ketergantungan pada konteksnya (dependability), dan dapat-tidaknya dikonfirmasikan kepada sumbernya (confirmability) .


h. Tahap-tahap Penelitian

Bagian ini menguraikann proses pelaksanaan penelitian mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya, sampai pada penulisan laporan 

7. Daftar Rujukan

Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. 

Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi:

1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik,

2. tahun penerbitan 

3. judul, termasuk subjudul

4. kota tempat penerbitan, dan

5. nama penerbit.

Cara Membuat Rujukan Skripsi 

Seringkali mahasiswa masih kebingungan dalam membuat daftar rujukan pada penelitiannya. Berikut ini cara membuat rujukan beserta contoh-contoh sumber rujukan yang dipakai dalam penelitian. diantara caranya adalah: 1) mulailah dengan studi-studi di bidang anda yang paling akhir yang dimuat dalam terbitan-terbitan terbaru dan kemudian bekerjalah mundur ke terbitan-terbitan sebelumnya. 2) Bacalah abstrak atau ringkasan suatu laporan terlebih dahulu untuk menetapkan apakah laporan itu relevan dengan masalah anda atau tidak. 3) Sebelum membuat catatan, baca jelajahilah (skim) laporan tersebut dengan cepat guna mengetahui bagian-bagian yang ada kaitannya dengan masalah anda. 4) Buatlah catatan langsung pada kartu catatan, karena kartu lebih mudah diseleksi dan disusun dari pada lembaran kertas, amplop dan sebagainya. 5) Tulislah referensi bibliografi secara lengkap untuk setiap karya. 6) Untuk memudahkan pemilihan dan penyusunan, jangan memasukkan lebih dari satu referensi pada setiap kartu. 7) Jangan lupa memberi tanda bagian mana yang merupakan kutipan langsung dari pengarang dan bagian mana yang merupakan susunan kata anda sendiri

Berikut ini beberapa contoh cara membuat rujukan yang berasal dari beberapa sumber, diantaranya: buku, jurnal, majalah, koran, dan lain-lain.

(1) Rujukan dari Buku

Ibrahim, Hamadah. 1987. Al-ittijahat al-mu’ashirah fi tadris al-lughah al-arabiyyah wa al-lughat al-hayyah al-ukhra li ghairi al-nathiqin biha. Al-Qahirah: Dar al-fikr al-arabi.


(2) Artikel dalam jurnal

Mahjudin, Aliudin. 2002. Liga Arab antara Harapan dan Kenyataan. Al-Hadharah: Bahasa, Sastra dan Budaya Arab, 2(1): 69-78.


(3) Artikel dalam Majalah atau Koran

Suryadarma. 1990. Prosesor dan Interface: Komunikasi Data. Info Komputer, IV (4): 46-48. Huda, M. 13 November, 1991. Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering. Jawa Pos, hlm. 6.


(4) Rujukan dari Koran Tanpa Penulis

Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.


(5) Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah Tanpa Penulis dan Tanpa Lembaga

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.


(6) Rujukan dari Lembaga yang Ditulis Atas Nama Lembaga Tersebut

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(7) Rujukan Berupa Karya Terjemahan

Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. Tanpa Tahun. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan Oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.


(8) Rujukan Berupa Skripsi, Tesis, atau Disertasi

Murtadho, Nurul. 1991. Silabus Matakuliah Keterampilan Berbicara Dengan Pendekatan Komunikatif untuk Mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Arab JPBA FPBS IKIP Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana IKIP Malang.


(9) Rujukan Berupa Makalah Seminar, Penataran atau Lokakarya

Azhari, Abd. Rauf Dato’ Haji Hassa. 2004. Kebolehgunaan dan Kesesuaian Laman Web Arab dalam Penguasaan Bahasa Arab di Kalangan Penutur Melayu. Makalah disajikan dalam Seminar Internasional Pemanfaatan Self Access Center dan Internet untuk Pembelajaran Bahasa Arab di Era Global, Jurusan Sastra Arab FS UM, Malang, 27 Oktober 2004.


(10) Rujukan dari Internet

Al-afghani, Said. 2003. Al-Mujaz fi Qawaid al-Lughah al-Arabiyyah, (Online) (http://www.manarcom.com, diakses 17 Desember 2004). 

Diposkan oleh Ahmad Kurnia El-Qorni di 9/04/2008 01:43:00 PM 0 komentar Link ke posting ini  
Label: proposal 
Sample Proposal (English)

All research reports use roughly the same format. It doesn't matter whether you've done a customer satisfaction survey, an employee opinion survey, a health care survey, or a marketing research survey. All have the same basic structure and format. The rationale is that readers of research reports (i.e., decision makers, funders, etc.) will know exactly where to find the information they are looking for, regardless of the individual report.

Once you've learned the basic rules for research proposal and report writing, you can apply them to any research discipline. The same rules apply to writing a proposal, a thesis, a dissertation, or any business research report.

The most commonly used style for writing research reports is called "APA" and the rules are described in the Publication Manual of the American Psychological Association. Any library or bookstore will have it readily available. The style guide contains hundreds of rules for grammar, layout, and syntax. This paper will cover the most important ones.

Avoid the use of first person pronouns. Refer to yourself or the research team in third person. Instead of saying "I will ..." or "We will ...", say something like "The researcher will ..." or "The research team will ...".

A suggestion: Never present a draft (rough) copy of your proposal, thesis, dissertation, or research paper...even if asked. A paper that looks like a draft, will interpreted as such, and you can expect extensive and liberal modifications. Take the time to put your paper in perfect APA format before showing it to anyone else. The payoff will be great since it will then be perceived as a final paper, and there will be far fewer changes.

Chapter 1 INTRODUCTION

1.1. Background

The researcher has chosen to study the language usage in the Philippines because the country is the classic example of local language policy. For over five hundred years this interference affected language usage in all sectors of life. The Philippine became an American territory on the day the Treaty of Paris was signed. The first and perhaps the master stroke in the plan to use education as an instrument of colonial policy, was the decision to use English as the medium of instruction. With American textbooks, Filipinos started learning not only a new language but also a new way of life, alien to their traditions. Based on Ethnological Databases in 1980, 52% of Filipinos in the Philippines claim to speak English as a second language. If accurate, this makes the Philippines one of the largest English speaking countries in the world. The use of English in almost every domain of Philippine life gave birth to a new variety of English, called Philippine English. Due to the multi-dialectical attribute of the Philippine, substrata varieties of Philippine English also exist (Agana, 1999).

Having lived and worked in the Philippines for a period of nearly eight nearly eight years, the researcher was constantly aware of the problems arising from this special situation. This personal experience will be invaluable in guiding the consideration of the issues and the proposals the researcher intends to make, based on this study, for future language policy. 

1.2. Statement of the Problem

The present language and educational situation serves as an impetus for the researcher to study the influences of the English language in the Philippines by tracing its presence and influences from the early 1800’s to the present by looking at the language and educational policies and programs formulated and implemented across the generations. In other words, the problem here deals with the historical development of English used in the Philippines and Filipino, the national language of the Philippines.

The problems to be discussed in this research are:

1. Why is English used as the medium of instruction in all schools and universities?

2. What is the importance of English usage in educational system in relation to student's social life and future opportunities?

To answer these questions, the writer embarked on an intensive research work geared towards the ample fulfillment of these answers and several outlying questions.

1.3. Objectives of the Study

The general objectives of this study are:

to analyze how American-English affects language policies and programs of the Philippines in terms of educational system; 

to analyze how American-English affection was institutionalized in the educational system.

The special objectives of this study are:

to look at educational and language policies and see up to what extent these language policies and programs in educational system are influenced by English presence in Philippine society; 

to find out the present status of the English language among Filipinos, as the result of bilingual educational system from 1974 until 1980s.

1.4. Significance of the Study

This study is particularly important because debates as to the reinstatement of English as the sole media of instruction in Philippine schools and universities are presently taking center stage given the steadily worsening performance of students in national entrance examinations and professional licensing exams given in English. Not a few blame the current Bilingual Education Policy of the Department of Education, which they contend only serves to confuse students given its dual aim of promoting both English and Filipino. Those who purposely diminish English importance in the country are to go against what the rest of the world is doing.

This research is connected with social development of tile Philippines in relation to the usage of English and development of Filipino (Tagalog) language since this language is still developing. The researcher hopes to give light on these points, to investigate the influences American - English has over the country's language policies and why it is constantly mired in Philippine language controversies, and also how to develop better language policies in bilingual education system.

1.5. Definition of Key Terms
Language Planning- Deliberate language change; changes in the system of language code or speaking or both that are planned by organizations that are established for such purpose or given a mandate to fulfill such purposes. 
Bilingual Education - Simultaneous teaching of two more language dialects or vernaculars. In case of the Philippines, English and Pilipino / Filipino are to be taught in schools and colleges. Experiments were done in 1960- 1966 and proved the value of adequately trained teachers, carefully prepared materials, and excellent supervision. This study disproved notion that the teaching or use of three languages simultaneously would confuse children. (Rubin, J and Jernudd, B.(eds) 1975).
Pilipino/Filipino- Pilipino is the national language of the Philippines, an artificial language in development. From Pilippino a new language shall be developed, which will be called later as Filipino. Pilipino will then be replaced by Filipino as the national language. Pilipino is derived from Tagalog. Tagalog became the basis of the Pilipino language.
Tagalog- was the dialect spoken in the eight united Philippine provinces during Spanish colonial rule. It is the lingua franca of Manila and its neighboring provinces and is understood in almost of the part of Luzon. Manila is the seat of the Government; became the basis of Pilipino/Filipino. No other dialect is widely spoken or understood. It also dominates the Philippine cultural lifestyle. (www.angelfire.com/aka/RJPA/ Directory/ecolinguistics.html) 27.2.2006.

Chapter 2 REVIEW OF LITERATURE

The writer has extensively covered studies and works of both Filipino and other foreign authorship in preparing for this study. The following works contributed and helped the researcher a great deal in this present study. 

Regarding the early presence of American-English in the Philippines, the researcher obtained references from Cuesta (1958). Cuesta gave an account of the English language during the American Regime. It was stated that as early as 1903, the American government began sending Filipino students to American colleges and upon their return they were assigned to teach in public schools. She likewise delved into me major phases of the English language which proved difficult for Filipinos. These phases included pronunciation, grammar, rhetoric, style and idioms.

On the present Bilingual Education Policy (BEP), scholarly works have been written by authors like Pascasio (1973), Bonifacio (1977), Ramos (1990), Otanes, Sevilla, Gonzalez, Segovia and Sibayan (1988).

Gonzalez and Sibayan (1988) for instance, made a comprehensive study regarding the scholastic achievements nationwide after eleven years of the Bilingual Education Policy’s implementation. Also teacher competence and proficiency was measured through a battery of tests. 

Sibayan and Gonzalez’s study revealed that: 1) almost all adults (administration, faculty and parents), except for the Pilipino faculty, were non-committal towards the BEP and were not favorably disposed to the expanded use of Pilipino; 2) Pilipino teachers in general, when compared with the rest of the faculty, fare badly and are not significantly better in Pilipino than their peers, and 3). Tagalog students enjoy a real advantage over non-Tagalogs. It is recommended by the survey team that compensatory education be given to students from minority groups to mitigate this inequality. 

In a similar study to Sibayan and Gonzalez’s, Segovia (1988) investigated the BEP’s implementation in the tertiary level. Segovia and her team concluded that based on their findings, tertiary level administrators, teachers, professors, and students perceive Pilipino to be the language of unity and/or national identity; however, one can be a nationalist even without the facility for communication in Pilipino. The respondents perceive English as a language of socio-economic mobility, educational advancement and international understanding.

Sevilla’s (1988) study gave the writer an idea of the awareness levels regarding the BEP among parents and among government and non-government organizations. Sevilla’s study provided the basis for the writer’s report on English’ presence and utilization in the government and business scenes. 

Of valuable assistance are the works of Fishman, Pascasio and Bowen on bilingualism included in Sibayan and Gonzalez’s edited work “Language Planning and the Building of a National Language” (1977).

Works related to the researcher’s topic are quite numerous. However, the above mentioned works provided the bulk of the materials used by the researcher in writing this study.

Chapters 3 RESEARCH METHODOLOGY

3.1. Research Framework

The framework from this study is a historical research which is based on the chronological events. This research is synthesized, abstracted and explored from theories and scientific thinking in order to solve the problem.

3.2. Research Method

In preparation for this study the researcher will trace the introduction of American English in the Philippines, using a historical approach. From there the researcher will consider the status of American English in the country at present, taking careful note of the gradual integration of American English into Philippine society, particularly education. It is the educational system which is the main channel through which language policies are carried out.

Historical research has been defined as the systematic and objective location, evaluation and synthesis of evidence in order to establish facts and draw conclusions about past events (Borg, 1963). It qualifies as a scientific endeavor from the standpoint of its subscription to the same principles and the same general scholarship that characterizes all scientific research.

The values of historical research have been categorized by Hill and Garber (1950) as follows:

It enables solutions to contemporary problems to be sought in the past;

It throws light on present and future trends;

It stresses the relative importance and the effects of the various interactions that are to be found within all cultures;

It allows for the revolution of data in relation to selected hypothesis, theories and generalizations that are presently held about the past.

There are drawbacks to historical research. It is an attempt to reconstruct a previous age using data from the personal experiences of others, from documents and records. Researchers have to contend with inadequate information so that their reconstructions tend to be sketches rather than portraits. 

Ultimately, historical research is concerned with a broad view of the conditions and not necessarily the specifics which bring them about, even though such a synthesis is rarely achieved without intense debate or controversy, especially on matters of detail. Despite these drawbacks, the ability of history to employ the past to predict the future, and to use the present to explain the past, gives it a dual and unique quality which makes it especially useful for all sorts of scholarly study and research.

Indeed the particular value of historical research in the field of education is unquestioned. It can yield insights into some educational problems that could not be achieved by any other means. Furthermore, it can help to establish a sound basis for further progress and change, and show how and why educational theories and practices developed. It enables educationalists to use former practices to evaluate newer, emerging ones and it can contribute to fuller understanding of the relationship between politics and education. These elements are always interrelated. 

Historical research may be structured by a flexible sequence of stages beginning with the selection and evaluation of a problem or area of study. Then follows the definition of the problem in more precise terms, the selection of sources of data, collection, classification and processing of the data, and, finally, the evaluation and synthesis of the data into a balanced and objective account of the subject under investigation. The principle difference between the method of historical research and other research method used in education is highlighted by Borg:

“In historical research, it is especially important that the student carefully defines his problem and appraises its appropriateness before committing too fully. Many problems are not adaptable to historical research methods and cannot be adequately treated using this approach.” (Borg, 1963)

Once a topic has been selected and its potential and significance for historical research evaluated, the next stage is to define it more precisely, or delimit it so that a more potent analysis will result. Too broad or too vague a statement can result in the final report lacking direction or impact “Research must be a penetrating analysis of a limited problem, rather than the superficial examination of a broad area. The weapon of research is the rifle not the shotgun” (Best, 1970). Gottschalk (1951) recommends that four questions be asked in identifying a topic:

Where do the events take place?

Who are the people involved?

When do the events occur?

What kinds of human activity are involved?

As Travers (1969) suggests, the scope of a topic can be modified by adjusting the focus of any one of the four categories; the geographical area involved can be increased or decreased; more or fewer people can be included in the topic; the time span involved can be increased or decreased; and the human activity category can be broadened or narrowed. 

The student must exercise strict self-control in his study of historical documents or he will find himself collecting much information that is interesting but is not related to his area of inquiry (Hockett, 1955).

This research approach is qualitative, which means the following:

(The researcher) captures and discovers meaning once he becomes immersed in the data.

Concepts are in the form of themes, motifs, generalizations, and taxonomies. 

Measures are created in an ad hoc manner and are often specific to the individual setting or researcher. 

Data are in the form of words from documents, observations, and transcripts. 

Theory can be causal or non causal and is often inductive. 

Research procedures are particular and replication is very rare. 

Analysis proceeds by extracting themes or generalizations from evidence and organizing data to present a coherent, consistent picture (Neuman, 1994).

It is historical and chronological, putting all the historical data in chronological order. Due to limited sources, most of the research done for this work will be based on a survey of the published works of noted Philippine and foreign linguists, language planners, and educators.

3.3. Research Data

One of the principal differences between historical research and other forms of research is that historical research must deal with data that already exists.

“History is not science of direct observation, like chemistry or physics. The historian like the geologist interprets past events by the traces they have left; he deals with the evidence of man’s past acts and thought. But the historian, no less than scientist, must utilize evidence resulting on reliable observation. The difference in procedure is due to the fact that the historian usually does not make his own observations, and that those upon whose observations he must depend are, or were, often if not usually untrained observers. Historical method is...a process supplementary to observations, a process by which the historian attempts to test the truthfulness of the reports of observations made by others” (Hockett, 1955). 

3.4. Research Instruments

Sources of data may be classified into two main groups: primary sources, which are the life blood of historical research; and secondary sources, which may be used in the absence of, or to supplement, primary data. 

Primary sources of data have been described as those items that are original to the problem under study. Category two includes not only written and oral testimony given by actual participants or witnesses, but also the participants themselves. Whether or not these sources were meant for the intent purpose of passing on information is irrelevant. If a source is, intentionally or unintentionally, capable of transmitting a first-hand account of an event, it is considered a source of primary data. 

Secondary sources are those that do not bear a direct physical relationship to the event being studied. This includes third person accounts etc. Best (1970) points out those secondary sources are of limited worth because of the errors that result when information is passed on from one person to another. The importance of using primary sources where possible cannot be stressed enough. The value, too, of secondary sources should not be minimized. 

The review of the literature in other forms of educational research is regarded as a preparatory stage to gathering data and serves to acquaint researchers with previous research on the topics they are studying (Travers, 1969). The function of the review of the literature in historical research is different in that it provides the data for research; the researchers’ acceptance or otherwise of their hypotheses will depend on their selection of information from the review and the interpretation they put on it. Borg (1963) has identified other differences: one is that the historical researcher will have to peruse longer documents than the empirical researcher who normally studies articles very much more succinct and precise. And one final point document in education often consists of unpublished material and is therefore less accessible than reports of empirical studies in professional journals.

3.5. Scope and Research Location

3.5.1. Scope

The scope of this research is the influence of American-English on Philippine language planning and policy. The research work done on this work is primarily concerned itself with the investigation of these influences of American-English on Philippine language policies as implemented in the educational system and the effects thereof.

This study also gives a brief account of the still existing Philippine language controversy and the “entrenchment and assimilation” of American-English in Philippine Media, Government and the society as a whole.

It would be most ideal to be able to report on the actual processes that take place in the formulation. Planning and implementation of language policies and interviewing members of the Philippine language Cultivation Council and/or of the Language Planning Board could have been carried out. However due to time and resource constraints, and their unavailability for an audience, this remains to be an ideal. 

3.5.2. Research Location 

The research location was inhabitants of Manila, Dagupan City, Baguio City, and Ilocos region. The researcher met and interviewed them. The researcher will elaborate this topic later in the dissertation. 

3.6. Data Collection Technique

Data and information gathered from records and documents must be carefully evaluated so as to attest their worth for the purpose of the particular study. Evaluation of historical data and information is often referred to historical criticism and the reliable data yielded by the process are known as historical evidence. Historical evidence has thus been described as that body of validated facts and information which can be accepted as trustworthy. Historical criticism is usually undertaken in two stages: first, the authenticity of the source is appraised; and second, the accuracy or worth of the data is evaluated. These two processes are known as external and internal criticism respectively. 

External criticism is concerned with establishing the authenticity or genuineness of data. It authenticates the document (or other source) itself rather than the information it contains. It therefore sets out to uncover frauds, forgeries, hoaxes, inventions or distortions. 

After the document authenticity has been established, the next task is to evaluate the accuracy and worth of the data contained therein. This presents a more difficult problem than external criticism does. The credibility of the author of the documents has to be established. A number of factors must be taken into account, that is 1) whether they were trained observers of the events, 2) kinds of their relationships to the events, 3) to what extent they were under pressure, from fear or vanity, to distort or omit facts, 4) what the intents of the authors of the documents were, 5) to what extent they were experts at recording those particular events, 6) they were too antagonistic or too sympathetic to give true picture, 7) how long after the event they recorded their account, and 8) whether they are in agreement with other independent witnesses. 

A particular problem that arises from these questions is that of bias. There are three generally recognized sources of bias: those arising from the subject being interviewed, those arising from themselves as researchers and those arising from the subject-researcher interaction (Travers, 1969).

3.6.1. Data Collected from People

The researcher met people in Dagupan City and distributed questionnaires, and the respondents answered and the researcher collected the data in 1987. The discussion oh this topic will be discussed further in the dissertation. 

3.6.2. Data Collected from Documents

The researcher collected documents from Philippine Government archives, and various bureaus. The discussion on these documents will be elaborated in the dissertation.

Bibliography 

Alzona, E. 1932. History of Education in the Philippines: 1965-1930. 1st ed. Manila: University of the Philippines Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar