Senin, 02 Februari 2009

PSI KEPRIBADIAN

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Kamis, 18 Desember 2008 

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DAN KESEHATAN MENTAL

ORANG YANG BERIMAN


A. PENDAHULUAN

Pembahasan tentang Psikologi selalu menarik dan luas, karena berhubungan langsung dengan manusia sebagai objek kajiannya. Ketertarikan akan psikologi ini karena banyak memberikan andil dalam membangun peradaban manusia karena semakin maju peradaban manusia maka semakin komplek permasalahan yang dihadapi sebagai ekses langsung dari kemajuan tersebut.

Upaya pendalaman dan penemuan teori baru sebagai jawaban terhadap masalah yang timbul dalam hubungannya dengan psikologi akan memperkaya psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dibuktikan dengan peran psikologi dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul terutama permasalahan yang berhubungan lansung dengan jiwa dan sikap manusia.

Salah satu kajian dalam psikologi yang sangat urgen dewasa ini adalah kesehatan mental. Kesehatan sebagai kebutuhan utama sederetan kebutuhan manusia lainnya kini menjadi sebuah “kekayaan’ yang mahal yang selalu dicari sekarang ini.

Kebutuhan ini sangat berdasar karena melalui psikologi dapat ditemukan jalan keluar dari permasalahan rumit yang berhubungan dengan perasaan, pikiran, sikap dan tingkah laku.

Dalam kaitan dengan itulah makalah ini akan mengangkat sekelumit yang berhubungan dengan psikologi kepribadian dan kesehatan mental, pengertian, tanda-tanda dan gangguan kesehatan mental serta terapinya.

Namun demikian ini masih memerlukan saran dan kritik guna kesempurnaan tulisan ini.



B. PEMBAHASAN 

1. Psikologi Kepribadian

Psikologi kepribadian ini, sama halnya dengan bidang-bidang psikologi yang lainnya seperti psikologi perkembangan, psikologi umum, psikologi sosial, psikologi pendidikan, dan psikologi industri, memberikan sumbangan yang berharga bagi pemahaman kita tentang manusia melalui kerangka kerja psikologi yang ilmiah, yakni dengan menggunakan konsep-konsep yang mengarah langsung yang terbuka bagi pengujian empiris serta menggunakan metode-metode yang sebisa mungkin dapat dipercaya (valid) dan memiliki ketepatan. 

Yang membedakan psikologi kepribadian dari bidang-bidang psikologi lainnya itu adalah usahanya untuk mensintesiskan dan mengintegrasikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam bidang-bidang psikologi lain tersebut. Sebagai contoh, dalam psikologi umum dipelajari struktur-struktur dasar atau proses-proses yang mendasari ingatan atau pengamatan yang dilakukan individu. Dalam psikologi perkembangan dipelajari proses-proses perkembangan psikofisik individu berikut faktor-faktor tertentu yang menyertai atau mempengaruhinya, dan seterusnya. Sementara itu di lain pihak, psikologi kepribadian mengambil dan menyatukan apa-apa yang dipelajari oleh psikologi umum dan psikologi perkembangan tersebut sebagai bahan penelaahan lebih lanjut.

Dalam psikologi kepribadian dipelajari bagaimana kaitan antara ingatan atau pengamatan dengan perkembangan, bagaimana kaitan antara pengamatan dengan penyesuaian diri pada individu, dan seterusnya. Peneliti kepribadian berusaha memformulasi konsep-konsep atau rumusan-rumusan teoretis yang bisa menguraikan dan menerangkan relasi dari prinsip-prinsip yang diambil dan disatukannya. Pendek kata, semua faktor yang menentukan atau mempengaruhi tingkah laku manusia merupakan objek penelitian dan pemahaman para ahli psikologi kepribadian.

a. Pengertian Psikologi Kepribadian

Kata kepribadian berasal dari kata Personality (bhs. Inggeris) yang berasal dari kata Persona (bhs. Latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Hal itu dilakukan oleh karena terdapat ciriciri yang khas yang hanya dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik, ataupun yang kurang baik. Misalnya untuk membawakan kepribadian yang angkara murka, serakah, dan sebagainya sering ditopengkan dengan gambar raksasa, sedang untuk perilaku yang baik, budi luhur, suka menolong, berani berkorban, dan sebagainya ditopengkan dengan seorang ksatria, dan sebagainya.(Agus Sujanto, 2001: 10)

Sementara ada pendapat bahwa sebenarnya manusia itu di dalam kehidupannya sehari-hari tidak selalu membawakan dirinya sebagaimana adanya, melainkan selalu menggunakan tutup muka, maksudnya adalah untuk menutupi kelemahannya, atau ciri-cirinya yang khas supaya tindakannya itu dapat diterima oleh masyarakatnya.

Di dalam kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat, kebanyakan orang hanya akaa menunjukkan keadaanya yang baik-baik saja dan untuk itu maka dipakailah topeng, atau persona itu. Dengan topeng itu kadang kadang orang akan mendapatkan kedudukan, penghasilan atau prestise yang lebih daripada bila tanpa topeng tsb. sekalipun ia terpaksa harus bet­tindak, berbicara atau berbuat yang bukan saja tidak sesuai dengan dirinya sendiri, melainkan kadang-kadang sama sekali bertentangan dengan hake­kat kepribadiannya sendiri.

Dalam masalah ini Agus Sujanto mengutip pendapat G.W. Allport, bahwa Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjusment to his environment. Artinya Personality itu adalah suatu organisasi psichophysis yang dinamis daripada seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuai­kan diri dengan lingkungannya. (Agus Sujanto, 2001: 10)

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa : Personality itu merupakan suatu kebulatan, kebulatan itu bersifat kompleks, kompleksnya itu disebabkan uleh karena banyaknya faktor-faktor dalam dan faktor-faktor luar yang ikut menentukan kepribadian itu. Paduan antara faktor-faktor dalam dan faktor-faktor luar itu menimbulkan gambaran yang unik. Artinya tidak ada dua individu yang benar-benar identik antara yang seorang dengan yang lain.

Kemudian dapat juga disimpulkan bahwa kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik. Walaupun ada sebagian besar tingkah laku yang sama antara yang seorang dengan yang lain, namun yang benar-benar identik tidak pernah ada sejak adanya manusia. Sebagian besar yang identik itulah yang dipelajari oleh tipologi, sedang ketidaksamaannya itulah yang dipelajari oleh psikologi kepribadian .
Sasaran Psikologi Kepribadian

Sasaran yang pertama dari psikologi kepribadian itu tidak lain adalah memperoleh informasi mengenai tingkah laku manusia. Karya-karya sastra, sejarah, dan agama boleh jadi bisa menyumbangkan informasi yang berharga mengenai tingkah laku manusia. Tetapi bagaimanapun, kita perlu membedakan informasi tentang manusia yang disampaikan ketiganya dengan informasi yang diperoleh melalui upaya ilmiah, dalam hal psikologi kepribadian. Pada saat yang sama, sungguhpun upaya itu itu tidak memberikan jawaban yang lengkap tentang manusia, kita perlu menggunakan informasi yang ilmiah tentang manusia secara efektif dengan maksud agar kita bisa memperoleh manfaat dari padanya sambil tetap memelihara perspektif yang jelas dalam batasan metode-metode ilmiah.

Sasaran selanjutnya dari psikologi kepribadian adalah mendorong individu-individu agar bisa hidup secara penuh dan memuaskan. Sasaran yang terakhir ini bisa dicapai melalui kegiatan terapan atau praktek sepeti psikoterapi dan program-program bimbingan, latihan dan belajar yang efektif, juga melalui perubahan lingkungan psikologis sedemikian rupa agar individu-individu itu mampu mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya secara optimal.

Teori Kepribadian dan Fungsinya

Teori kepribadian, sama halnya dengan teori-teori lain yang terdapat dalam psikologi, merupakan salah satu bagian yang amat penting dan tidak bisa diabaikan kegunaannya. Dapat dikatakan bahwa, tanpa adanya teori kepribadian, upaya ilmiah untuk memahami tingkah laku manusia sulit dilaksanakan.

Sebelum sampai kepada pembahasan mengenai fungsi atau kegunaan teori kepribadian, terlebih dahulu perlu disinggung batasan dari teori kepribadian itu sendiri. Hall dan Lindzey (1970) mengemukakan batasannya, bahwa yang dimaksud dengan teori kepribadian itu adalah sekumpulan anggapan atau konsep-konsep yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia. Perlu pula disinggung di sini, bahwa di antara para ahli psikologi, khususnya psikologi kepribadian, terdapat kesepakatan mengenai bagaimana seharusnya suatu teori kepribadian disusun atau dikembangkan. Hall dan Lindzey (1970) serta Pervin (1975), contohnya, sependapat bahwa teori kepribadian seharusnya disusun sedemikian rupa yang memungkinkan para pemakainya bisa menggunakan teori kepribadian tersebut untuk keperluan empiris atau tujuan praktis. Di lain pihak, para ahli psikologi kepribadian cenderung mengembangkan sistem yang berbeda dari apa yang disebut teori kepribadian. Dalam buku ini pun, sebagaimana telah disinggung dalam Kata Pengantar, kita akan membahas tiga teori kepribadian utama yang satu sama lain berbeda, yakni teori kepribadian psikoanalisa , teori kepribadian behaviorisme, dan teori kepribadian humanistik. Maka yang menjadi tujuan makalah ini adalah untuk bisa menghadirkan gambaran-gambaran dari ketiga teori kepribadian yang berbeda itu berikut posisi dan peranannya rnasing-masing dalam keseluruhan sistem psikologi. Diharapkan dengan membaca buku ini pembaca bisa memahami perbedaan-perbedaan maupun persamaan-persamaan di antara ketiga teori kepribadian tersebut. Bagaimanapun, perlu ditekankan di sini bahwa ketiga teori kepribadian yang akan dibahas ini, dan teori-teori kepribadian lain mana pun, memiliki fungsi yang sama.

Fungsi pertama yang harus dimiliki oleh setiap teori kepribadian adalah fungsi deskriptif (menguraikan atau menerangkan). Fungsi deskriptif ini menjadikan suatu teori kepribadian bisa mengorganisasi dan menerangkan tingkah laku atau kejadian-kejadian yang dialami individu secara sistematis. Tanpa memiliki fungsi deskriptif, sebagai contoh, sulitlah untuk menerangkan mengapa si Didi yang berusia 5 tahun lebih dekat kepada ibunya ketimbang kepada ayahnya. Sebaliknya, berdasarkan teori yang menerangkan (memitiki fungsi deskriptif), bahwa kedekatan emosional kepada ibu itu umum terdapat pada anak usia tertentu, maka kita akan bisa menerangkan tingkah laku si Didi lebih mudah. Kita boleh jadi kurang teliti, tetapi dengan fungsi prediktif teori yang kita gunakan, kita akan konsisten dalam menerangkan dan membuat pemahaman tentang tingkah laku si Didi ataupun anak-anak lain seusianya. Pendek kata, teori kepribadian yang baik adalah teori yang mampu menerangkan tingkah laku secara konsisten dan menafsirkannya.

Teori kepribadian tidak hanya harus dapat menerangkan tingkah laku atau kejadian-kejadian yang telah dan sedang muncul, melainkan juga harus bisa meramalkan tingkah laku, kejadian-kejadian, atau akibat akibat yang belum muncul pada diri individu. Dengan demikian, fungsi kedua yang harus dimiliki oleh teori kepribadian adalah fungsi prediktif (meramalkan). Ini ditujukan agar konsep-konsep teori bisa diuji secara empiris dengan kemungkinan diterima atau ditolak. Untuk jelasnya kita bisa melanjutkan contoh tingkah laku si Didi. Dengan fungsi prediktifnya, teori kepribadian akan bisa meramalkan perubahan-perubahan yang spesifik yang mungkin terjadi pada si Didi sebagai akibat perlakuan orang tuanya; apa yang terjadi apabila ibu si Didi mendorong anaknya untuk terus-menerus dekat dengan ibunya; apa yang akan terjadi apabila ayah si Didi menghambat kedekatan si Didi kepada ibunya; dan seterusnya. Teori kepribadian yang baik tidak hanya bisa meramalkan secara umum, tetapi juga harus disusun sedemikian rupa agar bisa diuji ketepatannya secara empiris. Pendek kata, teori kepribadian yang baik secara langsung akan merangsang diadakannya penelitian.



a. Kesehatan Mental

i. Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental (mental health) terkait dengan (1) bagaimana kita memikirkan, merasakan dan melakuhan berbagai situasi kehidupan yang kita hadapi sehari-hari; (2) bagairnana kita memandang diri sendiri, kehidupan sendiri, dan orang lain; dan (3) bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan.(Samsu Yusuf: 2004: 19)

Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental adalah penting bagi setiap fase kehidupan. kesehatan mental meliputi upaya-upaya mengatasi stress, berhubungan dengan orang lain, dan mengambil keputusan.

Sedangkan Hasan Langgulung (1983:214) mengemukakan bahwa kesehatan mental seseorang adalah keadaan psikologinya secara umum, sedang kesehatan mental yang wajar adalah keadaan terpadu dari berbagai tenaga seseorang yang menyebabkan ia menggunakan dan mengeksploitasikannya sebaik-baiknya yang selanjutnya menyebabkan ia mewujudkan dirinya atau mewujudkan kemanusiannya.

Terkait dengan pengertian kesehatan mental ini, Zakiyah Darajat (1975) mengemukalan, bahwa kesehatan mental merupakan “Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya”. Kesehatan mental dapat juga diartikan sebagai “Suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan perkembangan orang lain”.

Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama lain, sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan bimbang serta tcrhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).

Dapat diartikan juga bahwa kesehatan mental adalalah : (1) terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, (2) dapat menyesuaikan diri, (3) dapat memanfaatkan segala potensi yang ada semaksimal mungkin, dan (4) membawa kepada kehahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.


ii. Karakteristik Mental yang Sehat

Pengertian di atas menunjukkan pula karakteristik mental yang sehat, yaitu sebagai berikut :

1. Terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa dan penyakit jiwa. 

Zakiyah Darajat (1975) mengemukakan tentang perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu :

a. Yang neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psikose tidak

b. Yang neurose, kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya, sedangkan yang kena psikose kepribadiannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi,dan dorongan-dorongannya) sangat terganggu, tidak ada integrasi, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan

2. Dapat Menyesuaikan Diri

Penyesuaian diri (self adjusment) merupakan proses untuk: memperoleh/memenuhi kehutuhan (Needs satisfaction), dan mcngatasi stress,konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu. 

Seseorang dapat dikatakan memiliki penycsuaian diri yang normal manakala dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengan nortna agama.

3. Memanfaatkan Potensi Semaksimal Mungkin

Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif bagi pengembangan kulitas dirinya. Pemanfaattan diri itu seperti dalam kegiatan-kegiatan belajar (dirumah, disekolah atau dilingkungan masyarakat) bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi dan berolah raga.

4. Tercapai Kebahagiaan Pribadi dan Orang lain

Orang yang sehat mentalnya menampilkan prilaku atau responnya terhadap situasi dalam rangka memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain. Dia mempunyai prinsip bahwa tidak akan mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirinya sendiri, atau tidak mencari keuntungan diri sendiri diatas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya ditujukan untuk mencapai kebahagiaan bersama


iii. Beberapa Prinsip Kesehatan Mental

Dalam merumuskan prinsip-prinsip mental hygiene, perlu merujuk kepada hakikat dan kriteria kesehatan mental, kondisi-kondisi yang mempengaruhi atau menentukan hubungan antara kesehatan mentalatau kepribadian dengan aspek-aspek lainnya yang beragam.Prinsip-prinsip itu didasari atas kepada beberapa kategori :

1. Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada hakikat manusia

a. Kesehatan mental dan penyesuaian diri terguntuug kepada kondisi jasmani yang baik dan integritas organisme

b. Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka perilaku individu harus sesuai dengan hakikat kemanusiaanya, sebagai makhluk yang memiliki moral, intelektual, agama, emosional dan sosial.

c. Dalam mencapai dan memelihara kesehatan mental dan penyesuain diri, perlu memperluas pengetahuan atau tilikan tentang diri sendiri.

d. Dalam pencapaian dan memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri, perlu memperluas pengetahuan atau tilikan tentang diri sendiri.

e. Kesehatan mental memerlukan konsep diri (self concept) pengetahuan dan sikap terhadap konsidi fisik, psikis diri sendiri) secara sehat, yang meliputi peneimaan diri dan penghargaan terhadap status diri sendiri secara realistik atau ajar.

f Untuk pncapaian kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka tilikan atau pemahaman diri (self insight) dan penerimaan diri (self acceptance) perlu disertai dengan upaya-upaya perbaikan diri (seft-improvement) dan perwujudan diri (self-realization).

g. Kestabilan mental dan penyesualan diri yang balk dapat dicapai dengan pengembangan moral yang luhur dalam dirt sendirt, seperti: sikap adil, hati-hati, keteguhan hati, semangat, integritas pribadi, rendah hati, dan kejujuran.

h. Pencapaian clan pcmcliharaan kesehatan mental dan pcnvesuaian dirt bergantung kepada penanaman dan pengembangan kebiasaan yang baik (good habits).

i. Kestabilan mental dan penyesualan diri mcnunrnt adanva auhrpliGililur, yaitu Kemampuan meklkulcan perubaham sesuai dengan keadaan (kondisi lingkungan) dan kepribadiam.

j. Kesehatan mental dan penyesualan diri memerlukan adanya usaha yang terus menerus untuk mencapai kematangan dalam berpikir, mengatnbil keputusan, mengekspresikan emosi, dan melakukan tindakan.

k. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai dengan belajar mengatasi konflik dau frustrasi serta ketegangan-ketegangan secara efektif.


2. Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada hubungan manusia dengan lingkungan

a. Kesehatan mental dan penyesuaian diri terguntuug kepada hubungan antar pribadi yang harmonis, terutama dalam kehidupan keluarga.

b. Penyesuaian yang baik dan ketenangan batin tergantung kepada kepuasan dalam bekerja.

c. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dicapai dengan sikap yang realistis, termasuk penerimaan terhadap kenyataan secara sehat dan objektif.

3. Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada hubungan manusia dengan tuhan

a. Kestabilan mental tercapai dengan perkembangan kesadaran seseorang terhadap sesuatu yang lebih luhur dari pada dirinya sendiri tempat ia bergantung kepada-Nya.

b. Kesehatan mental dan ketenangan batin (eqnanimity) dicapai dengan kegiatan yang tetap dan teratur dalam hubungan manusia dengan Tuhan, seperti melalui sholat dan berdoa.

d. Kesimpulan

1. Personality atau kepribadian itu merupakan suatu kebulatan, kebulatan itu bersifat kompleks, kompleksnya itu disebabkan oleh karena banyaknya faktor-faktor dalam dan faktor-faktor luar yang ikut menentukan kepribadian itu. Paduan antara faktor-faktor dalam dan faktor-faktor luar itu menimbulkan gambaran yang unik. Artinya tidak ada dua individu yang benar-benar identik antara yang seorang dengan yang lain

2. Kesehatan Mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan bahagia dunia dan akhirat.

3. Tanda-tanda kesehatan mental adalah :

i. Pengakuan seseorang akan keterbatasan dan kekurangan diri secara realitis

ii. Kesanggupan menikmati hubungan sosial

iii. Kejayaan dan eksis dalam dunia kerja

iv. Semangat dan gairah hidup

v. Kecakapan dalam menghadapi kegagalan dan kekecewaan

vi. Pandangan hidup psikologikal yang luas

vii. Kemampuan memenuhi kebutuhan diri

viii. Sikap yang didasari pemikiran filosofi




DAFTAR BACAAN


Sujanto, Agus, dkk, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara, 2001


Yusuf, Samsu, Mental Hygiene: perkembangan kesehatan mental dalam kajian psikologi dan agama, Bandung: Pustaka Bani Qurays, 2004


Jaya, Yahya, Spritualisasi Islam Dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental, Jakarta: Ruhama, 1994


———, Peranan Taubat dan Maaf dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Ruhama, 1995


Kuswara, E, Teori-teori Kepribadian, Bandung: Eresco, 1991


Burhanuddin, Yusak, Kesehatan Mental, Bandung: Pustaka Setia, 1999


Jaelani, AF, Penyucian Jiwa (Tazkiat al-Nafs) dan Kesehatan Mental, Jakarta: Amzah, 2001


Darajat, Zakiyah, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 1975


Langgulung, Hasan, Teori-teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986


Tidak ada komentar:

Posting Komentar