for everyone
Pengertian psikologi, menurut asal katanya psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Psyche dan Logos. Psyche berarti jiwa, sukma dan roh, sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan atau studi. Jadi pengertian psikologi secara harfiah adalah ilmu tentang jiwa. Woodwoth dan Marquis mengemukakan “psychology is the scientific study of the individual activities in relation to environment”. Istilah psikologi digunakan pertama kali oleh seorang ahli berkebangsan Jerman yang bernama Philip Melancchton pada tahun 1530,
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia karena ilmu pengetahuan menghendaki objeknya dapat diamati, dicatat dan diukur, jiwa dipandang terlalu abstrak, dan jiwa hanyalah salah satu aspek kehidupan individu. Psikologi dapat disebut sebagai ilmu yang mandiri karena memenuhi syara berikut:
1) Secara sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah
2) Memiliki struktur kelimuan yang jelas
3) Memiliki objek formal dan material
4) Menggunakan metode ilmiah seperti eksperimen, observasi, case history, test and measurement
5) Memliki terminologi khusus seperti bakat, motivasi, inteligensi, kepribadian
6) Dapat diaplikasikan dalam berbagai adegan kehidupan
psikologi dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain misalnya filsafat, sosiologi, fisiologi, antrpologi, biologi. Pengaruh ilmu tersebut terhadap psikologi dapat dalam bentuk landasan epistimologi dan metode yang digunakan.
Sumbangan Psikologi terhadap pendidikan dan bimbingan-konseling, subjek dan objek pendidikan adalah manusia (individu) psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan dan bagaimana membantu individu agar dapat berkembang secara optimal melalui layanan bimbingan dan konseling. Psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan memahami kejiwaan seseorang. Psikologi juga merupakan suatu disiplin ilmu berobyek formal perilaku manusia, yang berkembang pesat sesuai dengan perkembangan perilaku manusia dalam berbagai latar.
Ilmu psikologi itu sendiri juga berkembang dalam dua cabang, antara lain sebagai berikut:
Psikologi umum: mempelajari gejala psikis pada manusia seperti motivasi, intelegensi, minat dan sebagainya.
Psikologi terapan: mempelajari gejala psikis manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai dengan tujuannya. Psikologi terapan meliputi psikologi pendidikan, psikologi belajar, psikologi komunikasi dan sebagainya.
Beberapa teori psikologi yang mempengaruhi langsung penerapan Teknologi Pendidikan:
Tingkah laku yang diperkuat lebih besar kemungkinannya untuk muncul kembali
Penguatan yang positif cenderung lebih berhasil dari yang negatif
Mengulang segera sesudah mempelajari sesuatu, mengurangi kemungkinan untuk melupakan
Belajar lebih sering terjadi bila tugas yang diberikan berarti bagi subyek, serta dalam batas kemampuannya
Pemberian bantuan yang terlalu banyak menyebabkan berkembangnya rasa tidak mampu, dll.
Aplikasi Psikologi Pendidikan dalam Teknologi Pendidikan adalah yang menyangkut dengan aspek-aspek perilaku dalam ruang lingkup belajar mengajar. Secara psikologis, manusia adalah mahluk individual namun juga sebagai makhluk social dengan kata lain manusia itu sebagai makhluk yang unik. Maka dari itu kajian psikologi pendidikan dalam Kurikulum seharusnya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaan serta karakteristik-karakteristik individu lainnya. Dan strategi belajar seperti itu terdapat dalam kajian ilmu Teknologi Pendidikan.
Di dalam Teknologi Pendidikan diajarkan tentang berbagai teori seperti behavioristik dan kognitif. behavioristik sendiri untuk mengetahui sejauh mana respon atau rangsang yang di alami oleh objek. Maka dari pada itu rangsangan awal tidak boleh hilang, dan harus diteruskan dengan rangsangan yang dapat membuat si objek merespon. Untuk merangsang si objek agar mau belajar, maka dibutuhkanlah ilmu psikologi pendidikan. Begitu juga Dengan adanya teori kognitif, kita dapat mengetahui keadaan psikis si objek, perasaan objek yang mempengaruhi bagaimana dan apa yang ia pelajari. Karena pada dasarnya, teori kognitif lebih memfokuskan pada proses belajar untuk mengerti dunia yang membutuhkan psikologi yang kuat.
Intinya bahwa pengaplikasian psikologi pendidikan terhadap teknologi pendidikan sangat erat karena dalam membuat strategi belajar dan untuk mengetahui tehnik belajar yang baik maka terlabih dahulu kita harus mengerti ilmu jiwa, dalam hal ini adalah psikologi pendidikan.
KOLOGI UMUM
1. PENGERTIAN
(a) Pengertian psikologi, menurut asal katanya psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Psyche dan Logos. Psyche berarti jiwa, sukma dan roh, sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan atau studi. Jadi pengertian psikologi secara harfiah adalah ilmu tentang jiwa. Woodwoth dan Marquis mengemukakan “psychology is the scientific study of the individual activities in relation to environment”. Istilah psikologi digunakan pertama kali oleh seorang ahli berkebangsan Jerman yang bernama Philip Melancchton pada tahun 1530.
(b) Psikologi sebagai ilmu, Istilah psikologi sebagai ilmu jiwa tidak digunakan lagi sejak tahun 1878 yang dipelapori oleh J.B Watson sebagai ilmu yang mempelajari perilaku karena ilmu pengetahuan menghendaki objeknya dapat diamati, dicatat dan diukur, jiwa dipandang terlalu abstrak, dan jiwa hanyalah salah satu aspek kehidupan individu. Psikologi dapat disebut sebagai ilmu yang mandiri karena memenuhi syara berikut: 1) secara sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, 2) memiliki struktur kelimuan yang jelas, 3) memiliki objek formal dan material, 4) menggunakan metode ilmiah seperti eksperimen, observasi, case history, test and measurement, 4) memliki terminologi khusus seperti bakat, motivasi, inteligensi, kepribadian, dan 5) dapat diaplikasikan dalam berbagai adegan kehidupan.
2. PEMBAGIAN PSIKOLOGI
Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya :
Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.
Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)
Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.
Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan
3. OBJEK PSIKOLOGI
Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
4. SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
Sejarah singkat psikologi, sejak zaman filsuf-filsuf besar seperti Socrates (469-399 SM) telah berkembang filsafat mental yang membahas secara jelas persoalan “jiwaraga”. Rene Descartes (1596-1650) mengemukakan bahwa manusia memiliki dimensi jiwa dan raga yang tidak dapat dipisahkan. Pada awal abad XIX psikologi mengalami kemajuan yang cukup pesat, Gustaf Tehodore Fechner (1801-1650) dan Ernest Heinrich Weber (1795-1878) menemukan suatu hukum penginderaan melalaui eksperimen yang dipublikasikan pada tahun 1860 dalam buku Element of Pschology. Puncaknya adalah ketika Wilhem Wund (1832-1920) pada tahun 1979 mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig Jerman dan peristiwa ini menandai psikologi sebagai ilmu mandiri.Tahun 1883 berdiri laboratorium serupa di Uiversitas John Hopkins. Tahun 1890 terbit buku The Priciples of Psychology karangan William James (1842-1910) yang setahun kemudian menjadi profesro psikologi dan sejak itu hampir semua universitas di Amerika memiliki fakultas yang mandiri. Di Indonesia perkembangan psikologi dimulai pada tahun 1953 yang dipelopori oleh Slamet Iman Santoso dengan mendirikan lembaga pendidikan psikologi pertama yang mandiri dan pada tahun 1960 lembaga tersebut sejajar dengan fakultas-fakultas lain di Universitas Indonesia dan kemudian dikembangkan di UNPAD dan UGM. Belakangan ini kemajuan psikologi semakin pesat, ini terbukti dengan bermunculannya tokoh-tokoh baru, misalnya BF Skinner (pendekatan behavioristik), Maslow (teori aktualisasi diri) Roger Wolcott (teori belahan otak), Albert Bandura (social learning teory), Daniel Goleman (kecerdasan emosi), Howard Gadner (multiple intelligences) dan sebagainya.
5. TUJUAN MEMPELAJARI PSIKOLOGI
Dapat memiliki tiga kemampuan dasar:
Understanding : memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip psikilogi yang umumnya mendasari tingkah laku.
Predicting: Berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya, diharapkan mampu mendeteksi permasalahan-permasalahan psikologis yang terjadi di lapangan pendidikan.
Controlling : mampu menguasai dirinya dan terampil mengatasi permasalahan kependidikan dengan Psikologis.
6. HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN DISIPLIN ILMU LAIN
Prilaku manusia tidak hanya dipelajari oleh psikologi, tetapi juga oleh Antropologi, Kedokteran, Sosiologi, manajemen dan beberapa cabang Linguistik. Semua ini dikelompokan kedalam keluarga besar “Ilmu-Ilmu Prilaku” (Behavioral Sciences). Yang membedakan Psikologi dari ilmu-ilmu prilaku lain adalah : bahwa psikologi lebih menaruh perhatian pada prilaku manusia sebagai individu, sedang antropologi, sosiologi dan manajemen lebih pada prilaku manusia sebagai kelompok. Kedokteran memang menaruh perhatian pada prilaku individu, tetapi lebih menekan gejala-gejala fisik dan Psikologi lebih pada gejala-gejala mental.
Di pihak lain, Psikologi juga dipandang sebagai Ilmu Biososial karena baik aspek-aspek sosial perilaku organisme maupun aspek-aspek Fisiologis atau Biologis terjadinya prilaku mendapat perhatian yang sama besarnya.
Sejak awal perkembangannya Psikologi banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain. Telah diakui bahwa psikologi berinduk kepada Filsafat, khususnya filsafat mental. Namun dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu (Beta) seperti Fisika, Kimia dan Biologi memberikan andil yang cukup besar baik dalam aspek metodologi maupun topik-topik kajian. Sulit untuk merinci pengaruh tersebut satu persatu. Berikut ini sekedar gambaran umum dari pengaruh ilmu-ilmu lain serta cabang-cabang Psikologi yang lahir dari singgungan tersebut diatas.
Dibawah ini adalah pengaruh ilmu-ilmu lain terhadap Psikologi dan cabang-cabang yang ditimbulkannya :
ILMU-ILMU LAIN PSIKOLOGI
Fisika PsikoFisika
Kimia Neurokemis Perilaku
Biologi Psikologi
Matematika Psikologi Kuantitatif
Kedokteran Psikologi Klinis/Psikoterapi
Sosiologi Psikologi Sosial
Antropologi Psikologi Lintas Budaya
Pendagogi Psikologi Pendidikan/
Psikologi Sekolah/
Psikologi Intruksional
FILSAFAT ILMU DAN ALIRAN PSIKOLOGI MODERN
Ditulis pada 12 Januari 2009 oleh wangmuba
Perkembangan psikologi sejak berinduk pada filsafat hingga perkembangannya kini memunculkan banyak aliran. Pembuka pintu bagi kemunculan banyak aliran dalam dunia Psikologi dimulai dengan jasa Wilhelm Wundt yang terkenal dengan strukturalismenya. Aliran-aliran psikologi modern yang kemudian muncul adalah behaviorisme dengan tokohnya John Watson, Gestalt dengan tokohnya Max Wertheimer, humanisme dengan tokohnya Maslow, kognitif dengan tokohnya George Miller, dan psikoanalitik dengan tokohnya Sigmund Freud.
A. Wilhelm Wundt dan Strukturalisme.
Wilhelm Wundt seorang bangsa Jerman, lahir di Neckarau dekat kota Mannhein. Wilhelm Wundt (1832-1920), pada mulanya ia mempelajari fisiologi karena ia memang sangat tertarik dengan ilmu pengetahuan tersebut, tetapi karena ayahnya meninggal dan ia harus berusaha mencari hidup sendiri, maka akhirnya ia melanjutkan ke Fakultas Kedokteran di Universitas Heidelberg dan memperoleh gelar dokter pada tahun 1856, kemudian mengajar fisiologi selama 17 tahun pada Universitas Heidelberg, Jerman sampai pada tahun 1874. Dalam universitas itu telah ada tanda-tanda bahwa Wundt cenderung untuk berpindah haluan dari ahli fisiologi menjadi ahli psikologi karena sejak awal karirnya, dia telah memperlihatkan minat yang besar sekali terhadap proses mental. Pada waktu itu, psikologi belum merupakan bidang tersendiri. Pokok bahasannya masih satu dengan filsafat. Hal yang merupakan ambisi Wundt saat itu ialah memperkembangkan psikologi sedemikian rupa sehingga mempunyai identitas sendiri. Dengan adanya tujuan ini, maka dia mengambil langkah dengan meninggalkan Universitas Heidelberg dan menerima jabatan sebagai Ketua Bagian Filsafat di Universitas Leipzig, Jerman. Empat tahun kemudian, tahun 1879, Wundt mendirikan laboratorium psikologi eksperimen yang pertama di dunia dan karenanya ia sering dianggap sebagai bapak psikologi empiris, hal ini merupakan satu kehormatan yang luar biasa bagi psikologi, lain daripada itu ialah Wundt dipandang sebagai orang yang paling berjasa dalam perkembangan psikologi, karena dia pula yang berhasil dapat melepaskan psikologi dari lingkungan filsafat, sehingga psikologi dapat dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Wundt sangat yakin bahwa tugas utama seorang psikolog adalah meneliti serta mempelajari proses dasar manusia, yaitu berupa pengalaman langsung, kombinasi-kombinasinya, dan hubungan-hubungannya.
Bagaimana psikolog dapat mempelajari proses dasar kesadaran ini ? Wundt dan pengikut-pengikutnya telah mengembangkan satu metode yang dinamakan introspeksi analitik (analytic introspection), yaitu suatu bentuk formal dari observasi yang dilakukan diri sendiri. Titchener (1892), seorang murid Wundt, yang diserahi tanggung jawab terhadap laboratorium psikologi yang masih baru di Universitas Cornell, Amerika Serikat, terus menyebarluaskan pandangan Wundt dan kemudian menjadi pemimpin satu gerakan yang disebut Strukturalisme. Strukturalisme ini meyakini hal-hal berikut :
1.Psikolog seharusnya mempelajari kesadaran manusia, terutama aspek pengindraannya.
2.Psikolog seharusnya menggunakan metode introspeksi analitis yang nyata di dalam laboratorium.
3.Psikolog seharusnya menganalisis proses mental ke dalam elemen sedemikian rupa, sehingga dapat menemukan kombinasi-kombinasinya serta hubungan satu sama lain. Dengan analisis seperti itu juga akan dapat diketahui tempat dimana struktur saling berhubungan dalam system syaraf.
Adapun pokok-pokok ajaran Wundt dalam psikologi yaitu :
1) Wundt berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang bersendi pada pengelaman, merupakan Erfahrungswissenshaft, dan harus dikembangkan terlepas dari pengaruh metaphysika. Maka dari itu psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala-gejala kesadaran.
2) Dalam laporan psikologi metode intropeksi harus dikesampingkan.Metode yang harus dipergunakan adalah metode eksperimen, suatu metode yang secara luas dipergunakan dalam lapangan ilmu pengetahuan alam. Ia berpendapat bahwa eksperimen mempunyai faedah yang besar dalam lapangan psikologi, dan ia menentukan lapangan dimana eksperimen dapat dilakukan. Ia adalah orang yang merumuskan syarat-syarat eksperimen. Adapun syarat-syarat itu ialah :
§ Si penyelidik secara sengaja harus dapat menetapkan sendiri saat dan tempat penyelidikan dilakukan.
§ Eksperimen mengenai suatu obyek ataupun berbagai obyek harus dapat diulang-ulang dalam keadaan yang sama.
§ Si penyelidik harus dapat mengubah segala faktor yang bersangkutan dengan eksperimen menurut kehendaknya sendiri.
§ Si penyelidik harus dapat memusatkan perhatiannya dan dapat mengamati segala gejala yang diselidiki dan segala proses di dalam eksperimen.
3) Dalam melakukan analisa gejala-kejiwaan Wundt mempergunakan metode analistis sentetis. Ia berkeyakinan, bahwa hidup kejiwaan itu merupakan suatu kebulatan, suatu totalitet. Namun demikian Wundt berpendapat bahwa untuk dapat menyelami dan memahami sebaik-baiknya mengenai proses kejiwaan yang sebenarnya, maka didalam penyelidikan orang harus bahwa hidup kejiwaan itu dapat diuraikan menjadi unsur-unsur.
4) Gejala jiwa tersusun atas dasar elemen tunggal (perasaan / dan ataupun tanggapan) dengan cara berasosiasi dan appersepsi. Bila kesadaran itu bersifat pasif, maka tersusunnya elemen itu terjadi secara asosiasi. Wundt membedakan empat macam asosiasi yaitu asosiasi fusi, asosiasi assimilasi, asosiasi komplikasi dan asosiasi ingatan.
5) Tinjauannya terhadap jiwa bersifat totalitet. Menurut Wundt gejala tersusun bukanlah jumlah daripada unsur-unsurnya. Gejala tersusun terbentuk dari unsur-unsur dengan cara syntesa kreatif yaitu suatu sinthesa, daripada unsur-unsur yang menimbulkan suatu bentuk kesatuan itu, terdapat sifat-sifat yang tidak terdapat pada unsur-unsurnya.
6) Ajaran Wundt bersifat voluntaristis, artinya mengakui kemajuan sebagai salah satu faktor utama dalam menentukan kehidupan kejiwaan dan perbuatan manusia.
B. William James dan Fungsionalisme
Pada akhir abad 19 di Amerika dan Eropa muncul satu aliran psikologi yang sifat dan coraknya berbeda dengan aliran-aliran psikologi sebelumnya. Bila aliran psikologi pada pertengahan abad 19 dan sebelumnya meninjau hidup kejiwaan dari segi susanan dan isinya, maka aliran baru ini meninjau kejiwaan dari segi fungsinya. Aliran ini meninjau peristiwa kejiwaan sebagai sesuatu yang dinamis. Hidup kejiwaan berusaha untuk menyesuaikan diri terhadap dunia sekitar. Karena tinjauannya yang demikian itu, maka aliran baru ini dinamakan Fungsionalisme. Berbeda dengan psikoanalisa, maupun psikologi analytis, yang berpusat kepada seorang tokoh, maka fungsionalisme memiliki macam-macam tokoh antara lain Willian James, John Dewey, J.R.Anggell dan James Mc.Keen Cattell .
William James (1842-1910) adalah salah satu psikolog Amerika yang cukup terkenal. Ia mengajarkan filsafat dan psikologi di Universitas Harvard selama 35 tahun. Dia sangat menentang strukturalis, karena menurutnya aliran ini sangat dangkal, tidak murni dan kurang dapat dipercaya kebenarannya. Kesadaran menurut James bersifat unik dan sangat pribadi, terus-menerus berubah, muncul setiap saat, dan selektif sekali ketika harus memilih dari sekian banyak rangsang yang mengenai seseorang. Yang paling menonjol dan utama ialah, bahwa kesadaran ini mampu membuat manusia menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Pengikut fungsionalisme meyakini hal-hal berikut :
1.Psikolog seharusnya meneliti secara mendalam bagaimana proses-proses mental ini berfungsi, dan juga mengenai topik lainnya.
2.Mereka seharusnya menggunakan introspeksi informal, yaitu observasi terhadap diri sendiri serta laporan diri, serta metode obyektif, yaitu yang dapat terbebas dari prasangka, seperti misalnya elsperimen.
3.Psikologi, sebagai ilmu pengetahuan, seharusnya dapat diterapkan di dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya dalam pendidikan, hukum, ataupun perusahaan.
Berikut ini dikemukakan ciri-ciri lain daripada fungsionalisme yang berhubungan dengan penyusunan ilmunya atau metodologi yang dipergunakannya yaitu :
a) Ajaran fungsionalisme pada umumnya bersifat empiris tetapi kurang sistematis. Teori-teori fungsionalisme disusun dari penyelidikan-penyelidikan empiris, terutama dari hasil eksperimen, hukum-hukum yang tersusun terutama berdasarkan penganalisaan kuantitatif.
b) Pandangan para ahli fungsionalisme bersifat colectis. Mereka tidak ragu-ragu mengambil istilah dari aliran lama maupun baru dan sering juga mengambil pendapat dari aliran-aliran yang saling bertentangan.
c) Fungsionalisme lebih cenderung pada sifat kontinuitas daripada diskontinuitas. Dalam meninjau kehidupan kejiwaan fungsionalisme cenderung memperhatikan pada dimensi yang berkenaan dengan proses dan kurang memperhatikan dimensi yang berhubungan dengan situasi.
d) Kaum fungsionalisme adalah kaum eksperimentalis. Fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang disusun dari hasil-hasil eksperimen. Maka dari itu seorang fungsionalisme adalah seorang colectis yang kritis.
Karena masalah-masalah dasar sangat banyak, maka psikolog yang tergabung di dalam aliran fungsionalisme, berpisah untuk menentukan caranya sendiri. Pada akhirnya, di Amerika Serikat, fungsionalisme digantikan oleh Behaviorisme. Banyak asumsi-asumsi dari aliran fungsional yang dapat bertahan, dan dimasukkan ke dalam pendekatan lainnya yang dikenal sebagai Psikologi Kognitif.
C. John Broadus Watson dan Behaviorisme.
John B. Watson lahir pada tahun 1878 dan meninggal tahun 1958. Ia menamatkan pendidikannya dalam bidang psikologi hewan, di Universitas Chicago, di bawah asuhan seorang professor dari aliran fungsionalis. Watson adalah pendiri Behaviorisme. Pada tahun 1908 ia pindah dari Universitas Chicago ke Universitas John Hopkins di Kota Baltimore untuk menjabat guru besar dalam psikologi. Disini ia memimpin laboratorium psikologi dan penyelidikan mula-mula juga mengenai psikologi hewan, akan tetapi akhirnya juga menyelidiki perbuatan-perbuatan manusia.
Watson memberikan batasan tentang psikologi sebagai ilmu tentang perbuatan manusia. Watson tidak puas terhadap strukturalisme dan fungsionalisme dengan keluhan-keluhan sebagai berikut : bahwa fakta mengenai kesadaran tidak mungkin dapat dites dan direproduksi kembali oleh para pengamat, sekalipun sudah sangat terlatih. Psikologi Wundt dipandang sebagai psikologi filsafat, belum merupakan psikologi positif. Psikologi positif tidak mungkin dapat menyelidiki kesadaran, sebab kesadaran merupakan sesuatu yang tidak nampak, sedangkan psikologi positif hanya menyelidiki sesuatu yang nampak dengan metode yang obyektif. Behaviorisme tidak dapat menerima kesadaran sebagai obyek psikologi. Kesadaran dipandangnya sebagai obyek filsafat. Maka dari itu Watson tidak pernah membicarakan pengamatan, fantasi, ingatan, kemauan dan sebagainya. Watson dengan mempergunakan metode analysa berusaha mendapatkan unsur-unsur yang terkecil dari segala macam perbuatan manusia. Dalam ilmu psikologi, Watson hanya mengakui metode observasi dan eksperimen sebagai metode yang paling obyektif. Watson tidak mengakui pembawaan. Ia mempunyai keyakinan yang kuat bahwa pembawaan psikis itu tidak ada. Manusia lahir dengan sifat-sifat sama. Mereka menjadi berbeda-beda wataknya karena pengaruh pendidikan dan lingkungan yang berbeda. Pandangan ini yang menyebabkan ajaran Watson dengan cepatnya berkembang di Amerika, karena ajaran itu sesuai dengan pandangan hidup bangas Amerika, bahwa manusia lahir didunia dengan hak yang sama .
Behaviorisme mempelajari organisme sebagai suatu kebulatan. Aliran ini tidak lagi membedakan aktivita rohani dan jasmani. Manusia dipandang sebagai suatu kebulatan. Maka dari itu peristiwa pencerapan dan perbuatan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Aliran behaviorisme menguraikan keyakinannya sebagai berikut :
1.Psikolog seharusnya mempelajari kejadian-kejadian yang terjadi di sekeliling (rangsangan/stimulus) dan perilaku yang dapat diamati (respon).
2.Terhadap perilaku, kemampuan, dan sifat, faktor pengalaman mempunyai pengaruh yang lebih penting dibandingkan dengan faktor keturunan. Dengan demikian, belajar merupakan topik utama untuk dipelajari.
3.Introspeksi sebaiknya ditinggalkan saja dan digantikan dengan metode obyektif (misalnya eksperimen, observasi, dan tes berulang-ulang).
4.Psikolog seharusnya bertujuan untuk dapat membuat deskripsi, penjelasan, peramalan ke masa depan, dan pengendalian perilaku sehari-hari.
5.Sebaiknya perilaku makhluk sederhana juga diteliti, karena makhluk-makhluk sederhana ini mudah diteliti dan dipahami, bila dibandingkan dengan manusia.
Aliran behaviorisme memiliki 4 ciri atau azas pokok yaitu :
a) Obyek psikologi adalah perbuatan hukum kesadaran ;
Bagi behaviorisme psikologi adalah ilmu tentang perbuatan manusia. Perbuatan adalah perbuatan lahir yaitu perbuatan yang dapat diamati dengan pancar indera. Dengan demikian pengalaman batin ditiadakan. Orang mencari hubungan rangsang rai luar dengan reaksi individu yang nampak dalam bentuk perbuatan.
b) Segala macam perbuatan dapat dikembalikan kepada gerak reflex ;
Seperti halnya dengan psikologi elemen maka behaviorisme berusaha mendapatkan unsur perbuatan yang paling sederhana. Unsur-unsur yang dicari itu bukan unsur kesadaran maupun kehidupan psikis, tetapi unsur dari perbuatan. Behaviorisme berkesimpulan bahwa unsur yang tersederhana dari perbuatan baik perbuatan manusia maupun hewan adalah reflex.
c) Menolak metode introspeksi
Behaviorisme berusaha membentuk psikologi positif dan obyektif. Maka dari itu para ahli behaviorisme berusaha mempergunakan metode-metode yang dianggap obyektif dan menolak metode yang dipandang bersifat tidak obyektif. Karena introspeksi dipandang sebagai metode yang tidak obyektif, maka mereka tidak dapat menyetujui penggunaan metode itu dalam lapangan psikologi. Bagi meteka metode yang benar-benar obyektif adalah metode eksperimen.
d) Behaviorisme tidak mengakui dasar dan pembawaan
Menurut behaviorisme manusia lahir tidak dengan pembawaan. Tingkah laku perbuatan manusia semata-mata terbentuk karena manusia berhubungan dengan dunia luar. Manusia berkembang karena semata-mata terbentuk oleh pengaruh lingkungan.
Landasan Filosofik (Filsafat Ilmu).
Landasan filosofik dari aliran behaviorisme sangat dipengaruhi oleh positivisme. Positivisme digunakan pertama kali oleh Saint Simon. Positivisme berakar pada empirisme. Prinsip filosofik tentang positivisme dikembangkan pertama kali oleh empirist Inggris Francis Bacon (sekitar 1600). Tesis positivisme adalah bahwa satu-satunya pengetahuan yang valid dan fakta-fakta sajalah yang mungkin dapat menjadi obyek pengetahuan. Dengan demikian, positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek di belakang fakta, menolak segala penggunaan metoda di luar yang digunakan untuk menelaah fakta. Ontologi positivisme hanya mengakui sesuatu sebagai nyata dan benar bila sesuatu itu dapat diamati dengan indera kita. Positivisme menolak yang dinyatakan sebagai fakta tetapi tidak diamati oleh siapapun dan tidak dapat diulang kembali. Sesuatu akan diterima sebagai fakta bila dapat dideskripsikan secara inderawi. Apa yang di hati dan ada di pikiran, bila tidak dapat dideskripsikan dalam perilaku, tidak dapat ditampilkan dalam gejala yang teramati, tidak dapat diterima sebagai fakta, maka tidak dapat diterima sebagai dasar untuk membuktikan bahwa sesuatu itu benar. Apa yang di hati harus ditampilkan dalam ekspresi marah, senang atau lainnya yang dapat diamati. Ontologi pada positivisme sejalan dengan dasar pemikiran yang digunakan oleh pendekatan behaviorisme (perilaku) yang ada pada psikologi. Pada pendekatan ini, perilaku merupakan kegiatan organisme yang dapat diamati. Dengan pendekatan perilaku, seorang ahli psikologi mempelajari individu dengan cara mengamati perilakunya dan bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuh.
Pendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal dalam psikologi mulai diungkapkan oleh seorang ahli psikologi Amerika John B. Watson pada awal tahun 1900-an. Introspeksi mengacu pada observasi dan pencatatan pribadi yang cermat mengenai persepsi dan perasaannya sendiri. Watson berpendapat bahwa introspeksi merupakan pendekatan yang tidak ada gunanya. Alasannya ialah jika psikologi dianggap sebagai suatu ilmu, maka datanya harus dapat diamati dan diukur. Watson mempertahankan pendapatnya bahwa hanya dengan mempelajari apa yang dilakukan manusia-yaitu perilaku mereka-memungkinkan psikologi menjadi ilmu yang obyektif.
Behaviorisme, sebutan bagi aliran yang dianut Watson, turut berperan dalam pengembangan bentuk psikologi selama awal pertengahan abad ini, dan cabang perkembangannya yaitu psikologi stimulus-response (rangsangan-tanggapan) masih tetap berpengaruh. Hal ini terutama karena hasil jerih payah seorang ahli psikologi dari Harvard, B.F.Skinner. Psikologi Stimulus-Response (S-R) mempelajari rangsangan yang menimbulkan respon dalam bentuk perilaku, mempelajari ganjaran dan hukuman yang mempertahankan adanya respon itu, dan mempelajari perubahan perilaku yang ditimbulkan karena adanya perubahan pola ganjaran dan hukuman.
Telaah aksiologi terhadap aliran behaviorisme yang menempatkan faktor belajar sebagai konsep yang penting akan dapat didekati dengan teori moral imperatif dari Immanuel Kant. Immanuel Kant mengemukakan bahwa manusia berkewajiban melaksanakan moral imperatif. Pada satu sisi, dengan moral imperatif, manusia masing-masing bertindak baik, bukan karena ada paksaan, melainkan karena sadar bahwa tindakan tidak baik orang lain adalah mungkin merugikan kita dimana disini terlihat pentingnya aspek belajar dalam kehidupan manusia. Pada sisi lain, dengan moral imperatif tersebut, semua orang menjadi saling mengakui otonominya. Dilihat dari sisi rekayasawan, teori moral ini lebih mengaksentuasikan pada kewajiban dan otonomi serta tanggung jawab rekayasawan.
D. Max Wertheimer dan Psikologi Gestalt
Sementara Behaviorisme berkembang pesat di Amerika Serikat, maka di negara Jerman muncul aliran yang dinamakan Psikologi Gestalt (arti kata Gestalt, dalam bahasa Jerman, ialah bentuk, pola, atau struktur). Para psikolog Gestalt yakin bahwa pengalaman seseorang mempunyai kualitas kesatuan dan struktur. Aliran Gestalt ini muncul juga karena ketidakpuasan terhadap aliran strukturalis, khususnya karena strukturalis mengabaikan arti pengalaman seseorang yang kompleks, bahkan dijadikan elemen yang disederhanakan. Aliran psikologi Gestalt mempunyai banyak tokoh terkemuka, antara lain Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, dan Max Wertheimer.
Kata Gestalt sudah ada sebelum Wertheimer dan kawan-kawan menggunakannya sebagai nama. Palland (dari Belanda) mengatakan bahwa pengertian Gestalt sudah pernah dikemukakan pada jaman Yunani Kuno, Menurut Palland : Plato dalam uraiannya mengenai ilmu pasti (matematika), telah menunjukkan bahwa dalam kesatuan bentuk terdapat bagian-bagian atau sifat-sifat yang tidak terdapat (tidak dapat terlihat) pada bagian-bagiannya. Lalu ahli filsafat Jerman (Goethe & Shiller) sudah sering menggunakan istilah Gestalt, demikian juga dengan Wundt sendiri menggunakan telah menggunakan Gestalt sebagai satu asas yang ia namakan asas sintesa kreatif.
Sebenarnya benih psikologi Gestalt pertama kali dimunculkan oleh Christian von Ehrenfels (Orang Austria) yang pada tahun 1890 menulis suatu karangan/artikel disuatu majalah dengan menggunakan pengertian Gestalt yaitu bahwa di dalam pengamatan terhadap pengamatan terjadi peristiwa Gestalt . Mulai saat itulah istilah/pengertian Gestalt disebarluaskan.
Aliran psikologi Gestalt ini nampaknya merupakan aliran yang cukup kuat dan padu. Falsafah yang dikemukakannya sangat mempengaruhi bentuk psikologi di Jerman, yang kelak juga akan terasa pengaruhnya pada psikologi di Amerika Serikat (terutama dalam penelitian mengenai persepsi). Hal itu nampak dari kedua aliran psikologi modern yang sejaman, yaitu aliran Humanisme dan aliran Kognitif.
Landasan Filosofik (Filsafat Ilmu)
Telaah filosofik psikologi Gestalt dapat didekati dengan fenomenologi. Heidegger adalah juga seorang fenomenolog. Fenomenologi memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah psikologi. Heidegger adalah murid Edmund Husserl (1859-1938), pendiri fenomenologi modern. Husserl adalah murid Carl Stumpf, salah seorang tokoh psikologi eksperimental “baru” yang muncul di Jerman pada akhir pertengahan abad XIX. Kohler dan Koffka bersama Wertheimer yang mendirikan psikologi Gestalt adalah juga murid Stumpf, dan mereka menggunakan fenomenologi sebagai metode untuk menganalisis gejala psikologis.
Fenomenologi adalah deskripsi tentang data (secara harafiah disebut the givens:yang diberi) tentang pengalaman langsung). Fenomenologi berusaha memahami dan bukan menerangkan gejala-gejala. Van Kaam merumuskannya sebagai metode dalam psikologi yang berusaha untuk menyingkapkan dan menjelaskan gejala-gejala tingkah laku sebagaimana gejala-gejala tingkah laku tersebut mengungkapkan dirinya secara langsung dalam pengalaman. Fenomenologi kadang-kadang dipandang sebagai suatu metode pelengkap untuk setiap ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan mulai dengan mengamati apa yang dialami secara langsung.
Ide tentang fenomenologi diungkapkan secara indah pada buku Kohler (1974) yang berjudul Gestalt Psychology, sebagai berikut : Tampaknya ada satu titik tolak untuk psikologi, bahkan untuk semua ilmu pengetahuan, yakni dunia sebagaimana kita alami apa adanya, secara naïf dan tidak secara kritis. Kenaifan itu bisa hilang manakala kita melangkah terus.Masalah-masalah mungkin timbul yang mula-mula sama sekali tertutup dari pandangan kita. Untuk memecahkannya, mungkin perlu merancang konsep-konsep yang sepertinya hanya sedikit berhubungan dengan pengalaman utama yang bersifat langsung. Walaupun demikian, seluruh perkembangan harus mulai dengan suatu gambaran dunia yang naïf. Sumber ini adalah perlu karena tidak ada dasar lain yang menjadi titik tolak ilmu pengetahuan.
Salah seorang di antara fenomenolog kontemporer yang paling fasih dan paling ulung adalah Erwin Straus. Sebuah pembahasan ilmiah dan ringkas tentang fenomenologi oleh salah seorang pendukung utamanya dari kalangan psikolog di Amerika Serikat dapat ditemukan dalam karya MacLeod.
Fenomenologi sebagaimana terdapat dalam karya para psikolog Gestalt dan Erwin Starus, pertama kali telah dipakai untuk meneliti gejala-gejala dari proses-proses psikologis seperti persepsi, belajar, ingatan, pikiran, dan perasaan, tetapi tidak digunakan untk meneliti kepribadian. Sebaliknya, psikologi eksistensial telah menggunakan fenomenologi untuk menjelaskan gejala-gejala yang kerapkali dipandang sebagai wilayah bidang kepribadian. Psikologi eksistensial dapat dirumuskan sebagai ilmu pengetahuan empiris tentang eksistensi manusia yang menggunakan metode analisis fenomenologis.
Telaah aksiologi terhadap aliran psikologi Gestalt dapat didekati melalui teori keadilan. Terdapat 2 prinsip teori keadilan, menurut Rawls, yaitu :
1) bahwa setiap orang memiliki persamaan hak atas kebebasan yang sangat luas hingga kompatibel dengan hak kebebasan orang lain;
2) ketidaksamaan sosial dan ekonomi ditata sedemikian sehingga keduanya (sosial dan ekonomi) :
a) menjadi bermanfaat bagi setiap orang sesuai harapan yang patut, dan
b) memberi peluang yang sama bagi semua untuk segala posisi dan jabatan
E. Sigmund Freud dan Teori Psikoanalitik
Pendekatan psikoanalitik terhadap psikologi berpusat pada proses –proses bawah sadar yang mempengaruhi perilaku kita. Pelopor teori psikodinamika yang paling terkenal adalah Sigmund Freud.
Sigmund Freud (1856-1939) adalah seorang dokter berkebangsaan Vienna yang mengkhususkan diri untuk mempelajari gangguan kejiwaan, terutama gangguan jiwa neurotik, yaitu gangguan kejiwaan dimana penderita akan memperlihatkan kecemasan yang berlebihan, mudah lelah, insomnia, depresi, kelumpuhan, dan gejala-gejala lainnya yang berhubungan dengan adanya konflik dan tekanan jiwa. Teori Freud ini dikenal dengan teori Psikoanalitik, yaitu teori pemikiran Freud mengenai kepribadian, abnormalitas, dan perawatan penderita. Aliran psikoanalitik disini tidak menampakkan adanya kemiripan dengan teori yang sudah dibicarakan sebelumnya, karena pada dasarnya Freud sendiri tidak pernah bertujuan mempengaruhi psikologi untuk keperluan akademis. Sejak ssemula Freud hanya bertujuan meringankan penderitaan pasien-pasiennya, tetapi karena pengaruh dari teori psikoanalitik ini nyatanya telah menembus psikologi sebagai ilmu, maka kita akan melihat teori ini sebagai salah satu teori di dalam psikologi.
Beberapa pandangan yang diyakini oleh pengikut Freud adalah sebagai berikut:
1.Psikolog sebaiknya mempelajari dengan tekun mengenai hukum dan faktor-faktor penentu di dalam kepribadian (baik yang normal ataupun yang tidak normal), dan menentukan metode penyembuhan bagi gangguan kepribadian.
2.Motivasi yang tidak disadari, ingatan-ingatan, ketakutan-ketakutan, pertentangan-pertentangan batin, serta kekecewaan adalah aspek-aspek yang sangat penting di dalam kepribadian. Dengan membawa gejala-gejala tersebut ke alam sadarnya sudah merupakan satu bentuk terapi bagi penderita kelainan/gangguan kepribadian.
3.Kepribadian seseorang terbentuk selama masa kanak-kanak dini. Dengan meneliti ingatan-ingatan yang dimiliki seseorang ketika ia berusia 5 tahun, akan sangat besar perannya bagi penyembuhan.
4.Kepribadian akan lebih tepat bila dipelajari di dalam konteks hubungan pribadi yang sudah berlangsung lama antara terapis dan pasien. Selama terjadinya hubungan yang seperti itu, maka pasien dapat menceritakan segala pikiran, perasaan, harapan, khayalan, ketakutan, kecemasa, mimpi kepada terapis (introspeksi informal), dan tugas terapis ialah mengobservasi serta menginterpretasikan perilaku pasien.
Tidak diragukan, pendekatan psikoanalitik telah menyumbangkan beberapa kontribusi penting dalam psikologi, yaitu :
a. Mengenalkan pentingnya pikiran bawah sadar. Cabang-cabang lain dalam psikologi belum berhasil menerangkan pengaruh bawah sadar terhadap perilaku dan perasaan. Pengaruh bawah sadar sangat penting terutama dalam perilaku yang tidak masuk akal.
b. Mengenalkan pentingnya pengalaman masa kecil dan hubungan dengan orang lain. Beberapa ahli psikologi akan menyangkal bahwa trauma masa kanak-kanak dan hubungan keluarga berdampak kuat pada anak yang sedang berkembang.
c. Menerangkan masalah-masalah yang sulit dan penting. Masalah-masalah yang ditangani psikologi psikoanalitik sangat penting bagi manusia.
d. Pendekatan yang berguna dalam memahami kesehatan mental, kendati tidak lengkap. Tak banyak ahli psikologi yang percaya bahwa masalah kesehatan mental dapat dijelaskan dengan faktor-faktor psikoanalitik, tetapi perspektif psikoanalitik memang bermanfaat dalam memahami kesehatan mental yang dipengaruhi oleh gaya pola asuhan orangtua, trauma masa kecil dan lain-lain.
e. Seperangkat terapi dan teknik terapeutik yang sangat berguna bagi mereka yang sedang mengalami derita psikologis.
Landasan Filosofik (Filsafat Ilmu).
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme ilmu pengetahuan abad XIX. Analisa terhadap pandangan psikoanalisis tersebut, terutama yang berkaitan dengan tugas terapis yaitu observasi dan interpretasi perilaku, sejalan dengan metodologi positivisme Auguste Comte. Alat penelitian yang pertama menurut Comte adalah observasi. Kita mengobservasi fakta; dan kalimat yang penuh tautology hanyalah pekerjaan sia-sia. Tindak mengamati sekaligus menghubungkan dengan sesuatu hukum yang hipotetik, diperbolehkan oleh Comte. Itu merupakan kreasi simultan observasi dengan hukum, dan merupakan lingkaran tak berujung.
Selain itu, pandangan-pandangan psikoanalisis tentang aspek-aspek penting kepribadian juga sejalan dengan epistemology positivisme kritis dari Mach dan Avenarius, yang lebih dikenal dengan empiriocritisisme. Menurutnya, fakta menjadi satu-satunya jenis unsur untuk membangun realitas. Realitas bagi keduanya adalah sejumlah rangkaian hubungan beragam hal indrawi yang relatif stabil. Unsur hal yang indrawi itu dapat fisik, dapat pula psikis. Menurut Popper, filsafat deterministic mencermati keteraturan biologik. Pooper dipengaruhi oleh Kant, dimana ia menampilkan hipotesa besar imajinatifnya berupa teori keteraturan deterministic. Alam semesta ini teratur. Ilmuwan berupaya membaca keteraturan tersebut. Dalam hal ini, uji falsifikasi diharapkan diketemukan kawasan benar dan kawasan salah dari teori itu. Popper menguji teorinya secara deduktif dengan uji falsifikasi, dan kesimpulan yang hendak dicapai adalah kebenaran probabilistic. Teori relatifitas Einstein merupakan salah satu teori yang tepat diuji validitasnya dengan uji falsifikasi Popper.
Sejalan dengan filsafat determinisme dari Popper tersebut, Freud menganggap organisme manusia sebagai suatu energi kompleks, yang memperoleh energinya dari makanan yang dimakannya dan menggunakannya untuk bermacam-macam hal, seperti sirkulasi, pernapasan, gerakan otot, mengamati, berpikir, dan mengingat. Freud tidak melihat alasan untuk menganggap bahwa energi yang dikeluarkan untuk bernapas atau pencernaan adalah berbeda dari energi yang dikeluarkan untuk berpikir dan mengingat, kecuali dalam hal bentuknya. Sebagaimana sangat didengungkan oleh ahli-ahli ilmu alam abad XIX, energi harus didefinisikan berdasarkan sejenis pekerjaan yang dilakukannya. Apabila pekerjaannya merupakan kegiatan psikologis, seperti berpikir, maka Freud yakin bahwa adalah sangat sah menyebut bentuk energi ini energi psikis. Menurut doktrin penyimpanan energi, energi dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat hilang dari seluruh system kosmis; berdasarkan pemikiran ini maka energi psikis dapat diubah menjadi energi fisiologis dan demikian sebaliknya. Titik hubungan atau jembatan antara energi tubuh dan energi kepribadian adalah id beserta insting-instingnya.
Telaah aksiologi terhadap aliran psikoanalisa ini akan tepat jika didekati dengan teori moral tentang keutamaan dan jalan tengah yang baik dari Aristoteles. Aristoteles mengetengahkan tendensi memilih jalan tengah yang baik antara terlalu banyak (ekses) dengan terlalu sedikit (defisiensi). Keberanian merupakan jalan tengah antara kenekatan dengan kepengecutan. Kejujuran merupakan jalan tengah antara membukakan segala yang menghancurkan dengan menyembunyikan segala sesuatu. Pada dataran rasional, Aristoteles juga mengetengahkan teori keutamaan intelektual, dalam tampilan seperti : efisiensi dan kreatif. Teori moral ini sangat realistic, dimana dalam mengatasi konflik dilakukan dengan mencari jalan tengah yang terbaik.
F. Abraham Maslow dan Aliran Humanistik
Sebagai suatu gerakan formal, psikologi humanistik dimulai di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1950-an, dan terus-menerus tumbuh, baik dalam jumlah pengikut maupun dalam lingkup pengaruhnya. Psikologi humanistik lahir dari ketidakpuasan terhadap jalan yang ditempuh oleh psikologi pada awal abad ke-20 Ketidakpuasan itu terutama tertuju pada gambaran manusia yang dibentuk oleh psikologi modern, suatu gambaran yang partial, tidak lengkap dan satu sisi. Para tokohnya merasa bahwa psikologi, terutama psikologi behavioristik menjadi ”mendehumanisasi” yakni meskipun menunjukkan keberhasilan yang spektakuler dalam area-area tertentu, gagal untuk memberikan sumbangan yang besar kepada pemahaman manusia dan kondisi eksistensialnya. Dalam kenyataannya, psikologi behavioristik itu telah merampok esensi manusia.
Pada tahun 1958, Abraham H. Maslow memberikan nama ”kekuatan ketiga” kepada psikologi humanistik. Maslow disebut sebagai pendiri psikologi humanistik, meskipun ia sendiri mengatakan bahwa psikologi humanistik adalah ”hasil karya banyak orang” dan ”tidak ada nama besar seseorang yang bisa digunakan untuk mengkarakterisasinya”.
Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908 dan wafat pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Untuk menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang Hukum tetapi kemudian tidak dilanjutkannya. Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi di University of Wisconsin, dimana ia memperoleh gelar Bachelor tahun 1930, Master tahun 1931, dan Ph.D pada tahun 1934. Di sana pulalah ia bertemu J.B Watson dan tertarik pada behaviorisme. Pada waktu itu, ia menjadi salah satu pengikut setia J.B Watson. Pandangannya terhadap behaviorisme menjadi berubah semenjak kelahiran anak pertamanya. Ia merasa kecewa karena behaviorisme tidak mampu menjelaskan “misteri” lahirnya seorang anak ke dunia. Maslow kembali ke New York dan menjadi professor psikologi di Brooklyn College.Karya Maslow bukanlah penolakan secara mentah-mentah terhadap karya Freud, Watson maupun behavioris lainnya. Karyanya lebih merupakan suatu usaha menelaah segi-segi yang bermanfaat yang dapat diterapkan bagi kemanusiaan pada kedua psikologis tersebut,lantas dari sanalah ia bertolak. Ia keberatan terhadap teori Freud yang menitikberatkan pada penyelidikan tentang orang-orang neurosis dan psikosis, juga kepada anggapan bahwa semua bentuk tingkah laku luhur adalah hasil belajar, bukan sesuatu yang kodrati pada manusia. Maslow berpendapat bahwa manusia memiliki karakteristik yang unik yang memiliki kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan yang sifat dasarnya genetik. Personaliti yang dibincangkan oleh Maslow lebih kepada keperluan individu. Maslow sering mengaitkan perkembangan personaliti dengan motivasi. Motivasi lahir dari keperluan yang diperolehi oleh setiap individu. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan).
Pendekatan humanistik berfokus pada manusia yang sehat, kreatif, dan mampu mengaktualisasikan dirinya. Apa yang baik adalah semua yang memajukan aktualisasi diri, dan yang buruk/abnormal adalah segala hal yang menggagalkan, menghambat, atau menolak kemanusiaan sebagai hakekat alami. Humanisme memandang kepribadian sebagai suatu kesatuan (holisme) yang utuh, bukan sebagai sesuatu yang terpisahkan. Jiwa dan tubuh bukan suatu komponen/bagian yang terpisahkan. Keduanya merupakan satu kesatuan-apa yang terjadi pada satu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain.
Psikologi humanistik adalah suatu gerakan perlawanan terhadap psikologi yang dominan yang mekanistik, reduksionistik, atau ’psikologi robot” yang mereduksi manusia. Psikologi humanistik juga menentang metodologi yang restriktif yang menyisihkan pengalaman batin. Psikologi humanistik menghimpun para ahli psikologi yang merepresentasikan pandangan-pandangan dan kecenderungan yang berbeda, juga para ahli psikologi yang hanya menyetujui penolakan terhadap psikologi yang mekanomorfik dan yang menyetujui penamaan humanistik berdasarkan pemilihan konsep tentang manusia sebagai makhluk yang kreatif yang dikendalikan bukan oleh kekuatan dari luar maupun oleh kekuatan tak sadar, melainkan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri.
Psikolog yang berorientasi humanistic mempunyai satu tujuan, mereka ini memanusiakan psikologi. Mereka ingin membuat psikologi sebagai studi tentang “apa makna hidup sebagai seorang manusia”. Mereka berasal dari berbagai latar belakang dan keyakinan yang beragam. Sebagian besar psikolog yang berorientasi humanistic mempunyai sikap yang sama, yaitu :
1.Para ilmuwan seharusnya tidak melupakan bahwa tugas utama mereka ialah melayani sesama, sekalipun mereka memang mempunyai tugas mengumpulkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Psikolog seharusnya dapat menolong orang lain sedemikian rupa sehingga orang tersebut mampu lebih mengenal dirinya secara baik serta mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya secara maksimal. Psikolog harus mengarahkan tugasnya untuk memperkaya kehidupan seseorang.
2.Ilmuwan perilaku seharusnya mempelajari makhluk hidup sebagai satu keseluruhan yang utuh, tanpa mengkotak-kotakkan ke dalam penggolongan fungsi seperti misalnya persepsi, belajar, dan kepribadian (lihat adanya pengaruh psikologi Gestalt).
3.Tugas psikolog adalah mempelajari tujuan hidup, keterkaitan diri, pemenuhan kebutuhan, kreativitas, spontanitas, dan nilai-nilai yang dianutnya. Ini semua adalah persoalan manusia yang sepenuhnya menjadi tanggungjawabnya pribadi.
4.Ilmuwan perilaku seharusnya memusatkan perhatiannya pada kesadaran subyektif (bagaimana seseorang memandang pengalaman pribadinya) karena interpretasi yang dia lakukan mempunyai arti yang amat penting dan mendasar bagi semua kegiatan manusia (pemikiran ini juga mencerminkan pengaruh psikologi Gestalt).
5.Ilmuwan perilaku harus belajar untuk memahami manusia sebagai individu yang mempunyai perkecualian serta tidak dapat diramalkan sebelumnya, namun tetap sebagai makhluk yang umum dan universal. Kebalikannya, justru psikologi psikoanalitik, neobehavioristik, dan kognitif lebih memusatkan perhatiannya untuk mempelajari sifat umum.
6.Metode-metode ilmiah khusus yang hendak dipakai oleh ilmuwan perilaku seyogyanya bersifat sekunder. Hal ini karena persoalan yang mereka pilih untuk dipelajari adalah yang utama. Oleh karena itu, psikologi humanistic menggunakan bermacam-macam strategi penelitian ilmiah : metode obyektif, studi kasus individual, teknik-teknik introspeksi informal, bahkan menganalisis karya tulisnya. Hal ini karena para psikolog humanistic yakin bahwa kesadaran naluriah merupakan sumber informasi yang amat penting, maka mereka tidak ragu-ragu untuk mengandalkan dan percaya sepenuhnya pada perasaan subyektif mereka, serta kesan-kesan mereka secara pribadi .
Landasan Filosofik (Filsafat Ilmu)
Martin Heidegger, yang semula dikenal sebagai filosof eksistensialis, sejak 1947, dengan bukunya ”Letter of Humanism” mulai dikenal perubahannya, dan selanjutnya dikenal sebagai tokoh yang memberi landasan ontology modern yang phenomenologist. Dalam pandangan Heidegger, ilmu tentang yang ada pilah dari ilmu positif. Ilmu tentang yang ada merupakan transcendental temporal science, ilmu transenden yang temporal. Makna transenden pada pustaka Barat umumnya diartikan dunia obyektif universal. Demikian pula makna metafisik, sebagai dataran obyektif universal. Berbeda dengan makna transenden dan metaphisik dalam pustaka keagamaan.
Menurut Heidegger, humanisme dapat berakar pada dataran metafisik atau setidaknya pada sesuatu yang lebih tinggi dan berakar pada konsep human being sebagai animal rasional. Being sebagai being momot commonality (ontology) dan momot dasar mutlak dari being, yaitu a supreme Being (teologi), sehingga Heidegger mengenalkan konsep Being atau Da-Sein (da artinya disini; dan Sein artinya Being). Telaah aksiologi terhadap aliran Humanisme dapat didekati dengan teori etika hak asasi manusia dari John Locke (1632-1704). Menurut John Locke, hak asasi ditafsirkan sangat individualistic. Hak kebebasan individual, pada hak negatifnya menjadi tidak mencampuri kehidupan orang lain. Melden (1977) berpendapat bahwa hak moral kebebasan individu mempunyai saling keterkaitan antarindividu.
G. Aliran Kognitif
Pada awal 1960-an, banyak psikolog kognitif mulai memberontak terhadap pandangan behavioral yang kuna. Psikologi kognitif adalah pendekatan yang sangat berhasil terhadap psikologi dan telah mendominasi psikologi dalam beberapa waktu. Psikologi kognitif menekankan proses-proses mental dan pengaruhnya pada perilaku kita. Psikologi kognitif merupakan suatu bidang studi yang berdiri sendiri, sekaligus sebuah pendekatan untuk semua bidang psikologi. Ingatan (memory) merupakan bidang studi yang penting dalam psikologi kognitif itu sendiri. Pendekatan kognitif telah banyak diterapkan pada bidang psikologi seperti untuk memahami depresi dan atribusi.
Para psikolog dari pandangan kognitif yakin akan hal-hal di bawah ini :
1.Ilmuwan perilaku seharusnya mempelajari proses-proses mental seperti pikiran, persepsi, ingatan, perhatian, pemecahan persoalan, dan penggunaan bahasa.
2.Mereka ini seharusnya berusaha untuk memperoleh pengetahuan yang setepat-tepatnya mengenai cara kerja dari proses-proses tersebut, dan bagaimana proses-proses ini dapat dipergunakan di dalam kehidupan sehari-harinya.
3.Para ilmuwan perilaku seharusnya juga tetap memakai introspeksi informal, khususnya bila ingin mengembangkan dugaan-dugaan yang dibuat, sedangkan metode obyektif dapat dipergunakan untuk menguji kebenaran dugaan ini.
Psikologi kognitif ini berusaha menggabungkan aspek-aspek fungsionalisme, psikologi Gestalt, dan behaviorisme.
Pendekatan kognitif telah mendominasi ilmu psikologi sejak ”pengambilalihan dominasi” pada 1950-an dan 1960-an. Pendekatan kognitif memiliki sejumlah keunggulan, antara lain:
a. Seperti psikologi perilaku, pendekatan kognitif bersifat ilmiah. Teori-teorinya dapat diuji dan ditunjang dengan penelitian yang solid. Psikologi kognitif telah berhasil memberikan penjelasan yang baik tentang pengaruh proses mental terhadap perilaku kita.
b. Prinsip-prinsip kognitif telah berhasil diterapkan untuk memahami banyak bidang psikologi.
c. Psikologi kognitif memiliki banyak sekali penerapan praktis, misalnya untuk memahami pernyataan saksi mata dan memeriksa reabilitas ingatan pada anak.
Namun, ada keterbatasan dalam pendekatan kognitif terhadap psikologi dan adapula bahayanya menerapkan pendekatan kognitif secara murni untuk psikologi, yaitu :
a) Tidak semua proses mental mudah dipelajari dengan menggunakan metode psikologi kognitif. Ada risiko proses-proses penting terabaikan atau tersingkirkan karena terlalu sulit dipelajari secara ilmiah.
b) Dalam penerapan model kognitif untuk psikologi, sulit untuk menentukan sebab dan akibat. Contohnya pada model depresi dari Beck yang memandang pengolahan-informasi yang salah sebagai penyebab depresi. Padahal, kesalahan kognitif yang digambarkan oleh Beck mungkin hanyalah gejala yang sama dengan penyebab.
c) Beberapa ahli psikologi yang menerapkan pendekatan kognitif secara murni mengabaikan faktor-faktor psikologis lain yang penting diluar cara mengolah informasi. Ini disebut reduksionisme kognitif. Seperti pada pendekatan kognitif dalam mengelola stress yang bertujuan untuk membantu manusia memandang persitiwa-peristiwa dengan cara yang lebih positif . Namun, secara praktis, pendekatan seperti ini bisa berarti mengabaikan faktor-faktor penting lainnya.
Landasan Filosofik (Filsafat Ilmu)
Psikologi kognitif memiliki landasan filosofil Rasionalisme. Tokoh aliran filsafat rasionalisme ialah Descartes, Spinoza, dan Leibniz. Dalam rasionalisme, usaha manusia untuk memberi kepada akal suatu kedudukan yang berdiri sendiri. Abad ke- 17 adalah abad dimulainya pemikiran-pemikiran kefilsafatan dalam arti yang sebenarnya. Semakin lama manusia semakin menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuan akal, sehingga tampaklah adanya keyakinan bahwa dengan kemampuan akal pasti dapat diterangkan segala macam permasalahan dan dapat dipecahkannya segala macam masalah kemanusiaan. Dengan berkuasanya akal ini, orang mengharapkan akan lahirnya suatu dunia baru yang dipimpin oleh akal manusia yang sehat.Aliran filsafat rasionalisme ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang memadai dan dapat dipercaya adalah akal (rasio). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan harus mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah.
Secara ringkas dapat dikemukakan dua hal pokok yang merupakan ciri dari setiap bentuk rasionalisme, yaitu :
1.Adanya pendirian bahwa kebenaran-kebenaran yang hakiki itu secara langsung dapat diperoleh dengan menggunakan akal sebagai sarananya.
2.Adanya suatu penjabaran secara logis atau deduksi yang dimaksudkan untuk memberikan pembuktian seketat mungkin mengenai lain-lain segi dari seluruh sisa bidang pengetahuan berdasarkan atas apa yang dianggap sebagai kebenaran-kebenaran hakiki tersebut di atas.
Telaah aksiologi terhadap aliran psikologi kognitif dapat didekati melalui teori keadilan. Terdapat 2 prinsip teori keadilan, menurut Rawls, yaitu :
1) bahwa setiap orang memiliki persamaan hak atas kebebasan yang sangat luas hingga kompatibel dengan hak kebebasan orang lain;
2) ketidaksamaan sosial dan ekonomi ditata sedemikian sehingga keduanya (sosial dan ekonomi) : a) menjadi bermanfaat bagi setiap orang sesuai harapan yang patut, dan b) memberi peluang yang sama bagi semua untuk segala posisi dan jabatan.
Pada awal abad ke-20, dua gerakan filsafat baru dan orisinal muncul ; pertama, fenomenologi dan kedua Eksistensialisme. Setelah berkembang dan menyebar dengan cepat, kedua gerakan tersebut menjadi milik filsafat-filsafat yang paling berpengaruh pada abad ini. Pengaruhnya menembus ke luar filsafat dan memasuki lapangan-lapangan seperti antropologi, sosiologi, hukum, dan terutama psikologi dan psikiatri. Lambat laun pendekatan fenomeologi-eksistensial pada psikologi membangkitkan minat yang lebih luas, dan pada akhir tahun 1950-an memperoleh dukungan yang sangat kuat dari ’Kekuatan Ketiga dalam psikologi Amerika’ yang dibangun sebagai alternatif bagi behaviorisme dan psikoanalisis.
H. Filsafat Ilmu dalam Psikologi Fenomenologi
Psikologi fenomenologi adalah suatu pendekatan atau orientasi dalam psikologi yang terdiri dari eksplorasi tak berbias atas kesadaran dan pengalaman. Fenomena diintuisikan, dianalisis dan dideskripsikan sebagaimana fenomena itu hadir dalam kesadaran tanpa praduga-praduga. Fungsi psikologi fenomenologi bukanlah menggantikan gerakan-gerakan atau orientasi-orientasi psikologi lain, melainkan melengkapi. Karl Jaspers mendefenisikan psikologi fenomenologi sebagai ”deskripsi yang paling lengkap dan cermat mengenai apa yang dialami oleh orang sehat ataupun orang yang sakit. Psikologi fenomenologi berbeda dengan introspeksi klasik dari Wundt dan Tichener dalam banyak hal. Dalam kenyataannya, para fenomenolog menyerang introspeksi sebagai suatu eksplorasi yang berbias dan memecah-mecah kesadaran .
Contoh- contoh pendekatan fenomenologis bisa dijumpai pada segenao periode sejarah psikologi. Contoh awal yang terkenal dari pendekatan fenomenologis ini adalah otobiografi abad ke-4, Confessions, dimana penulisnya Uskup Hippo, menyajikan penyelidikan yang mendalam dan murni tentang pengalaman-pengalaman, emosi, ingatan, hasrat, perasaan dan pemikiran yang dialami sendiri.
Pada abad ke-17, Descartes memulai pertanyaan filosofisnya dengan kesangsian, menetapkan cogito ergo sum-nya yang terkenal sebagai basis bagi filsafatnya. Dualismenya yang radikal, dan psikologinya yang dibangun diatas anggapan dikhotomi pemikiran dan badan mekanis,menjadikan metode fenomenologis sebagagai metode yang baik bagi studi tentang wujud spiritual, pemikiran. Dalam wujud psikologi pemikiran, psikologi Descartes memelihara dan memperkuat pendekatan fenomenologis. Descartes telah menjadi titik acuan dimana para fenomenolog mempertentangkan dan atau membandingkan pandangan-pandangan mereka. Penggunaan deskripsi fenomenologis yang sistematis dan efektif yang pertama adalah dalam studi tentang fenomena visual. Meskipun pada pertengahan abad ke-19 penekanan pada penelitian penginderaan dan persepsi beralih pada aspek-aspek fisiologis dan psikofisika, studi-studi fenomenologis masih berlanjut.
Pada abad ke-20, lingkup penelitian fenomenologis telah meluas ke masalah-masalah lain. Para peneliti di Prancis menggunakan metode fenomenologis dalam studi mereka tentang kondisi afektif dan kondisi psikopatologis. Akhirnya, Katz dan Wertheimer mempersembahkan era baru dalam psikologi fenomenologi ketika mereka menampilkan eksperimentassi sistematik, khususnya tentang persepsi warna dan gerakan semu.Penelitian-penelitian mereka menggabungkan metode fenomenologis dengan teknik-teknik laboratorium, suatu gabungan yang kemudian disebut fenomenologi eksperimental. Penemuan-penemuan yang diperoleh melalui metodologi baru ini menjadi basis bagi aliran Gestalt. Keberhasilan aliran Gestalt dalam psikologi tentang persepsi sebagian besar dimungkinkan oleh penggunaan fenomenologi eksperimental. Filsafat Husserl memberikan identitas, nama, pembenaran filosofis, dan kerangkan kerja pada pendekatan fenomenologis dalam psikologi yang reseptif ini. Filsafat Husserl juga memperkuat fenomenologi eksperimental dan mengilhami area-area penyelidikan baru.
Pada abad ke-20, fenomenologi eksperimental menemukan wakilnya yang terkemuka pada diri Davis Katz (1884-1953). Sumbangan-sumbangan yang diberikan oleh Katz kepada fenomenologi eksperimental selama lebih dari setengah abad karir ilmiahnya telah mendorong eksperimen- eksperimen fenomenologis ke tingkat yang paling baik. Terdapat tiga pengaruh yang berintraksi dalam membentuk Daviv Katz sebagai fenomenolog dan sebagai ahli psikologi : tradisi fenomenologi yang direpresentasikan oleh Hering, fenomenologi Husserl dan semangat eksperimen dari Laboratorium Gottingen. Tentang Husserl, Kazt mengungkapkan bahwa fenomenologi merupakan koneksi yang paling penting antara filsafat dan psikologi. Selama 14 tahun, Husserl dan Katz berada di universitas yang sama. Katz yang bergabung dengan Laboratorium Gottingen yang dikenal memiliki orientasi eksperimental yang kuat, belajar di Gottingen, meraih doktor pada tahun 1906 dan dari tahun 1907 hingga tahun 1919 menjadi asisten Muller.
Dengan latar belakang fenomenologi – yang lama (Hering) dan yang baru (Husserl)- serta dengan latihan yang baik dalam metode eksperimental, Katz menjadi tokoh dan promotor terbaik bagi psikologi fenomenologi. Faktor lain dalam keterlibatan Katz yang serius dalam psikologi fenomenologi itu adalah minatnya pada aliran Gestalt dan ”hubungannya yang ramah”. Buku Katz yang sangat berhasil yang berjudul Gestalt Psychology (1943) mengungkapkan pandangannya yang jelas tentang aliran Gestalt. Katz dianggap sebagai eksperimental pertama yang secara sistematis dan konsisten menerapkan metode fenomenologis pada jajaran masalah psikologi yang luas. Ia mampu mengumpulkan data-data eksperimental yang kaya yang menantang titik pandang-titik pandang yang atomistik dan asosianistik. Katz juga mampu menunjukkan nilai pendekatan holistik dalam penyelidikan psikologi dan ia menekankan perlunya memperhitungkan keadaan saling pengaruh yang dinamis antara lingkungan dan variabel-variabel subjektif dalam memahami persepsi dan respon-respon adaptif.
Psikologi fenomenologi menampakkan perbedaan-perbedaan yang besar dalam konseptualisasi-konseptualisasi, minat-minta dan komitmen filsafat. Namun disamping itu menurut Spiegelberg (1972) seorang filsuf fenomenolog profesional dan sejarawan gerakan fenomenologi mengingatkan bahwa psikologi fenomenologi memiliki keterbatasan-keterbatasan dan fungsinya bukan menggantikan ”psikologi ilmiah”, melainkan membantu memperkaya dan memperkuat ”psikologi ilmiah”, baik dalam landasan-landasanya maupun dalam kekuatan-kekuatan memahami dan membimbingnya.
Terdapat konsepsi-konsepsi yang berbeda dan konsepsi-konsepsi yang keliru tentang psikologi fenomenologi. Dalam arti yang paling luas, suatu psikologi yang membahas pengalaman personal dalam buah pemikirannya dan yang menerima dan menggunakan deskrispi fenomenologis, baik secar eksplisit maupun secara implisit, bisa disebut psikologi fenomenologi. Psikologi ini berlawanan dengan psikologi yang hanya mengakui observasi objektif atas tingkah laku, dan menyisihkan introspeksi dan deskripsi fenomenologis dalam metodologinya.
Dalam arti yang paling sempit, psikologi fenomenologi adalah psikologi Husserl yang berdiri terpisah dari psikologi empiris dan berfungsi sebagai batu loncatan kepada bentuk fenomenologi yang lebih radikal : fenomenologi transendental.Dinatara psikologi Husserl dan fenomenologi transendental itu adalah konsep tentang psikologi yang :
1) Mengikuti motto Husserl,”kembali kepada berbagai hal itu sendiri (Zu den Sachen selbst), yang artinya membiarkan berbagai hal (fenomena) memperlihatkan dirinya dalam kesadaran ;
2) Melandaskan pembenaran filosofisnya pada filsafat fenomenologi, dan secara luas dikonsepsikan sebagai studi tentang data dari kesadaran yang hadir segera atau langsung, yang validitasnya dibangun diatas konsep, intensionalitas;
3) Secara konsisten menerapkan metode fenomenologis, yakni mendeskrispikan fenomena secara tak berbias, dan
4) Menempuh pengeksplorasian pengalaman manusia dalam segenap fasenya tanpa praduga-praduga filosofis.
Jadi menurut konsepsi semacam itu, psikologi fenomenologi bukanlah suatu aliran atau sistem teoretis seperti asosianisme, psikologi Gestalt atau psiko-analisis. Psikologi fenomenologi adalah suatu pendekatan, orientasi, dan metodologi dalam eksplorasi-eksplorasi psikologis.
Yang vital bagi psikologi fenomenologi adalah asumsi bahwa ”segenap observasi dan teori ilmiah pada akhirnya berlandaskan pada pengalaman hidup sehari-hari yang langsung, segera, spontan, yang oleh fenomenologi disingkap” .
Ciri-ciri berikut ini menunjukkan sifat psikologi fenomenologi berikut relasinya dengan pendekatan-pendekatan lain dalam psikologi :
1.Metode dasarnya adalah metode fenomenologis yang telah dikemukakan sebelumnya. Metode-metode tambahan dan teknik-teknik yang baik bagi studi tentang pengalaman manusia dan relasinya dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, serta dengan dunia, secara sinambung dicari dan dikembangkan.
2.Tujuannya adalah memahami manusia dengan segenap aspeknya.
3.Minat utamanya terletak pad pengalaman manusia dan eksplorasi kualitatifnya. Psikologi fenomenologi juga mempelajari tingkah laku, tetapi menentang pembatasan yang eksklusif yang menganggap psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang hanya mempelajari tingkah laku dan pengendaliannya.
4.Psikologi fenomenologi menolak segenap asumsi tentang sifat-sifat kesadaran, kecuali asumsi bahwa kesadaran itu intensional. Psikologi fenomenologi sangat menentang konsep ”tabula rasa” tentang kesadaran , pandangan yang asosianistik dan seluruh kecenderungan reduksionis.
5.Psikologi fenomenologi menyukai dan menekankan pendekatan holistik dalam mempelajari masalah-masalah psikologis.
Ciri-ciri tersebut diatas tidak semua ada pada setiap ahli psikologi fenomenologi. Kalaupun ada, ciri-ciri tersebut tidak menampakkan diri dalam pemikiran setiap ahli psikologi fenomenologi dalam derajat yang sama. Bagaimanapun, ciri-ciri tersebut cenderung melandasi, paling tidak secara implisit, pandangan-pandangan dan penyelidikan-penyelidikan para ahli psikologi fenomenologi. Pendekatan fenomenologis yang dewasa ini sering bercampur dengan orientasi eksistensial, telah diterapkan pada berbagai area psikologi-secara teoritis, eksperimental dan klinis. Para ahli psikologi fenomenologi menekankan bahwa psikologi mereka bukanlah suatu sistem yang tertutup. Melainkan suatu gerakan yang selalu tumbuh dan meluad dalam dialetika yang berkesinambungan dengan orientasi-orientasi lain.
Landasan Filosofik (Filsafat Ilmu)
Lahirnya aliran psikologi Fenomeologi sangat dipengaruhi oleh filsafat Fenomenologi. Tokoh filsafat fenomenologi yang terkenal adalah Edmund Husserl (1859-1938). Fenomenologi dalam arti luas adalah filsafat yang berpegang pada motto Husserl, ”kembali kepada berbagai hal itu sendiri”, yang dapat diartikan sebagai deskripsi yang bisa dipercaya dan tak menyimpang tentang kesegeraan kesadaran. Jadi, fenomenologi pada prinsipnya adalah suatu metode :
a) Intuisi langsung sebagai sumber utama pengetahuan
b) Studi intuitif atas esensi-esensi.
Metode ini dipungut oleh berbagai orientasi filosofis yang secara bersama disebut gerakan fenomenologi.
Pendekatan fenomenologis memusatkan perhatian pada pengalaman subyektif. Pendekatan ini berhubungan dengan pandangan pribadi mengenai dunai dan penafsiran mengenai berbagai kejadian yang dihadapinya. Pendekatan tersebut mencoba memahami kejadian fenomenal yang dialami individu tanpa adanya beban prakonsepsi. Pendekatan fenomenologis meliputi yaitu :
1) Pengamatan , yaitu suatu replika dari benda di luar manusia yang intrapsikis, dibentuk berdasar rangsang-rangsang dari obyek.
2) Imajinasi , yaitu suatu perbuatan (act) yang melihat suatu obyek yang absen atau sama sekali tidak ada melalui suatu isi psikis atau fisik yang tidak memberikan dirinya sebagai diri melainkan sebagai representasi dari hal yang lain. Dunia imajinasi berdasa aktivitas suatu kesadaran.
3) Berpikir secara abstrak. Bidang yang sangat penting dalam hidup psikis manusia ialah pikiran abstrak. Aristoteles berpendapat bahwa pikiran abstrak berdasarkan pengamataan ; tak ada hal yang dapat dipikirkan yang tidak dulu menjadi bahan pengamatan). Dengan menghilangkan ciri-ciri khas (abstraksi) terjadi kumpulan ciri-ciri umum, yaitu suatu ide yang dapat dirumuskan dalam suatu defenisi.
4) Merasa/menghayati. Merasa ialah gejala lain dari kesadaran mengalami. Pengalaman tidak disadari dengan langsung, sedangkan perasaan biasanya disadari. Merasa ialah gejala yang lebih dekat pada diri manusia daripada pengamatan atau imajinasi .
I. Filsafat Ilmu dalam Psikologi Eksistensial
Eksistensial menurut Camus, Sartre dan Kierkegaard berarti suatu kepedulian terhadap eksistensi manusia. Eksistensi berarti sebuah minat yang menggebu-gebu terhadap persoalan hidup manusia, sebuah minat yang menuntut agar semua aktifitas manusia lainnya dihilangkan atau dipindahkan kepada posisi sekunder.
Psikologi eksistensial modern berawal dari tulisan yang dibuat oleh Kierkegaard (1813-1855). Ia menentang usaha yang menganggap manusia sebagai objek, namun ia juga menentang pandangan bahwa persepsi subjektif merupakan satu-satunya yang ada pada seseorang. Tokoh psikologi eksistensial yang terkenal adalah Ludwig Binswanger (1881) dan Medard Boss (1903). Psikologi eksistensial menolak konsep tentang kausalitas, dualisme antara jiwa dan badan, serta pemisahan orang dari lingkungannya. Ludwig, yang pada mulanya seorang Freudian, sepenuhnya memisahkan diri dari Freud sejak ia memasukkan unsur-unsur yang berasal dari para fenomenologi dan eksistensial, terutama dari Heidegger, ke dalam konsepnya. Analisis eksistensial bukan suatu sistem atau teknik baru, melainkan suatu konsep baru (Ludwig menyebutnya metode penelitian psikiatris-fenomenologi) yang memperlakukan manusia sebagai ada-dalam-dunia.
Psikologi eksistensial tidak mengkonsepsikan perilaku sebagai akibat dari perangsangan dari luar dan kondisi-kondisi badaniah dalam manusia. Seorang individu bukanlah mangsa lingkungan dan juga bukanlah makhluk yang terdiri dari insting-insting, kebutuhan-kebutuhan, dan dorongan-dorongan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, dan hanya ia sendiri yang bertanggungjawab terhadap eksistensinya. Manusia dapat mengatasi baik lingkungan maupun badan fisiknya apabila ia memang memilih begitu. Apa saja yang dilakukannya adalah pilihannya sendiri. Orang sendirilah yang menentukan akan menjadi apa doa dan apa yang akan dilakukannya.
Beberapa elemen umum yang terdapat pada pemikir eksistensial, yaitu :
a) Eksistensi mengawali timbulnya esensi , eksistensial menegaskan bahwa esensi manusia adalah kekuatannya untuk secara berkelanjutan menetapkan ulang dirinya melalui pilihan yang mereka buat
b) Eksistensial menentang pemisahan antara subjek dan objek
c) Eksistensial berpandangan bahwa masing-masing individu bertanggungjawab tentang siapa kita dan akan menjadi apa kita nanti.
d) Eksistensial pada dasarnya adalah anti teori
Psikologi eksistensial berhubungan dengan perjuangan individu untuk berusaha melalui pengalaman hidupnya dan untuk tumbuh menuju manusia seutuhnya. Menurut konsep eksistensial, manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi pilihannya. Ia dapat menentukan sendiri akan jadi apa dan apa yang akan dilakukannya.
Landasan Filosofik (Filsafat Ilmu)
Martin Heidegger (1889-1976) seorang filsuf Jerman dan Karl Jaspers (1883-1969) merupakan pencipta filsafat eksistensial dalam abad ini. Hal yang lebih penting adalah bahwa Heidegger merupakan jembatan ke arah psikolog dan psikiater.
Ada dua konsep dasar eksistensial,yaitu :
a) Being-in-the world
Kesatuan dasar seseorang dan lingkungan diekspresikan dalam bahasa Jerman Dasein yang berarti ”berada di sana”. Kebanyakan orang merasakan kegelisahan dan keputusasaan yang akan membawa mereka pada pengasingan diri dari dunianya.
b) Nonbeing
Being-in-the world membutuhkan sebuah kesadaran diri sebagai makhluk hidup. Kesadaran ini akhirnya mengarah pada ketakutan pada not being atau ketiadaan. Untuk mengatasinya yaitu dengan menghadapi kematian yang tidak dapat dihindari dan menyadari bahwa nonbeing (ketidakberadaan) tak dapat dipisahkan dari being (keberadaan).
Ide pokok dalam ontology Heidegger (ontology adalah cabang filsafat yang berbicara tentang ada atau eksistensi) ialah bahwa individu adalah sesuatu yang ada-di dunia. Ia tidak ada sebagai diri atau sebagai subyek yang berhubungan dengan dunia luar; seorang pribadi juga bukan merupakan benda atau obyek atau badan yang berinteraksi dengan benda-benda lain yang membentuk dunia. Manusia memiliki eksistensi dengan mengada-di-dunia, dan dunia memiliki eksistensinya karena terdapat suatu Ada yang menyingkapnya. Ada dan dunia adalah satu. Barret (1962) menyebut ontology Heidegger dengan teori Medan tentang Ada.
Telaah aksiologi terhadap Psikologi eksistensial dapat didekati dengan teori etika hak asasi manusia dari John Locke (1632-1704). Menurut John Locke, hak asasi ditafsirkan sangat individualistic. Hak kebebasan individual, pada hak negatifnya menjadi tidak mencampuri kehidupan orang lain. Melden (1977) berpendapat bahwa hak moral kebebasan individu mempunyai saling keterkaitan antar individu.
Meskipun kita mengenal berbagai variasi ekstrem dan pembatasan diri kita untuk memenuhi reduksionisme yang sederhana, konsep-konsep ekonomi sebagai bentuk khusus dari sosiologi sangat tidak memuaskan. Pada satu sisi, argumentasi-argumentasi menentang norma-norma sosial-scientific tidak dapat diperdebatkan (dipertentangkan), tetapi pada sisi yang lain penggabungan (incorporation) dari konsep-konsep ekonomi kepada ilmu sosial ortodok tidak berhubungan dengan tujuan dari teori ekonomi. Tujuan yang terakhir (teori ekonomi) jelas untuk memberikan bentuk informasi yang berbeda dari sesuatu yang diberikan oleh sosiologi atau psikologi sosial. Lebih jelas lagi, kritik dari model-model ekonomi berdasarkan keterbatasan subtansi kenyataan-kenyataan empiris yang mengarah pada suatu kesalahan pemahaman, bukan pada latihan (kebiasaan, praktek) riset-riset ekonomi. Kritik-kritik menjadi lebih dari cukup setelah teori-teori ekonomi rasional melepaskan dari kesalahan-kesalahan klaim iformasi yang mereka berikan mengenai keseragaman empiris. Interpretasi dari Von Kempski mengenai ekonomi murni dengan menambahkan skema dari tindakan-tindakan di bawah ungkapan murni sudah dapat dilihat sebagai suatu upaya untuk menginterpretasikan teori-teori ekonomi dalam terminologi ekonomi yang logis. Tetapi dia mempertanyakan apakah sesuatu dapat menyamai analisis normatif dan analisis empiris dari tindakan sosial. Ilmu-ilmu yang menggabungkan teori-teori asumsi-asumsi dasar memberi perhatian pada tindakan-tindakan mengidealkan analisis normatif. Asumsi-asumsi tersebut mengenai tindakan ungkapan-uangkapan murni yang mempunyai karakter tidak kondisional, dengan demikian secara empiris dapat dibuktikan (diuji), hipotesis: vadilitas mereka adalah hipotesis yang tidak kondisional, dengan demikian mereka menetapkan/memapankan makna-makna dari kemungkinan validitas pengetahuan analisis normatif. Pengetahuan yang demikian tidak mengandung hal keseragaman empris. Secara teknologi pengetahuan dapat dieksploitasi dari pesan yang pertama, tetapi hanya informasi mengenai suatu pilihan purposive-rational (tujuan rasional) diantara strategi-strategi yang mengisyaratkan penggunaan pesan pertama teknologi pengetahuan. Kita dapat mempertimbangkan informasi pesan kedua dari teknologi pengetahuan seperti itu.
Gagfen telah mempresentasikan pentingnya logika ekonomi dari tindakan yang masuk akal tersebut berdasarkan teori mathematical game yang dikembangkan oleh von Neumann dan Morgenstern, secara sistematis menggabungkan teori ekonomi ke dalam teori umum dari strategi tindakan. Teori pengambil keputusan tidak memperhatikan adaptasi perilaku. Untuk meyakinkan, hal itu memungkinkan untuk memahami suatu perilaku dalam term adaptasi yang disebabkan oleh suatu situasi. Akan tetapi, untuk meniadakan analisa sudut pandang dari mana perilaku dievaluasi sebagai strategi perilaku, seperti, dalam term apapun pergerakan untuk memastikan adaptasi suatu kondisi optimal dari kepuasan untuk tindakan (penetapan/keputusan) subjek. Adaptasi perilaku, bagaimanapun, termasuk dalam data base dari keputusan kalkulus sebagai suatu kondisi external, sepanjang memungkinkan secara teknik (cara). Kakulus hanya memperhatikan strategi perilaku yang pasti dari suatu situasi, terdiri dari perilaku subjek dengan lingkungan yang relevan, menuju situasi baru, melalui penggunaan dari penetapan ungkapan dari keputusan dan suatu sistem nilai. Sistem nilai mengandung kebiasaan dari pilihan yang mengindikasikan bagaimana dapat meramalkan kemungkinan-kemungkinan dari berbagai keputusan alternatif dapat dievaluasi oleh perilaku subjek. Keputusan-keputusan ungkapan mengindikasikan bahwa pilihan di antara berbagai strategi yang berbeda akan dibuat berdasarkan basis data dari akibat evaluasi. Untuk semua evaluasi berhubungan dengan ungkapan. Rasionalitas dari perilaku dimana teori pengambil keputusan memberikan status normatif adalah suatu rasionalitas dari suatu pilihan antara alternatif kepada pernyataan akhir. Hal itu adalah formal sebab tidak merujuk kepada teknologi dengan makna yang tepat. Hal itu juga subjektif, karena hanya diukur dalam term sistem ungkapan dan kebiasaan (aturan) untuk mengevaluasi yang terikat untuk tingkah laku subjek sendiri.
Ketertinggalan fondasi psikologi untuk tingkah laku ekonomi, seperti yang dinyatakan Pareto, adalah suatu hal terpenting bagi prekondisi untuk suatu interpretasi teori ekonomi dalam hal logika pengambilan keputusan. Interpretasi seperti itu menguntungkan relativitas asumsi klasik dari pengungkapan sebagai kasus-kasus terbatas dalam suatu sprektum kemungkinan pilihan-pilihan ungkapan. Dalam penjumlahan, seseorang dapat memperhitungkan pilihan-pilihan dari perilaku dalam situasi subjek ekonomi tidak memagari dengan informasi yang lengkap, dengan demikian hanya menyiapkan variabel-variabell yang dapat dikontrol. Teori umum dari pilihan rasional atau strategi tingkah laku mengcover semua situasi dari pilihan yang mana memberikan sejumlah sumber yang membolehkan suatu jumlah pilihan makna-makna yang dapat digunakan, dengan cara setiap pilihan diatur dalam tingkatan-tingkatan spesifik dari pemenuhan berbagai kebutuhan/tujuan. Teori ekonomi dapat dipandang sebagai teori pengambilan keputusan yang khusus berhubungan dengan situasi dari pilihan-pilihan ekonomi. Hal itu dengan memperhitungkan market (pasar) yang relevan dengan perlikau individu dan rumah tangga, dari perusahaan perdagangan, dan asosiasi-asosiasi perdagangan.
Interpretasi-interpretasi dari ekonomi murni dalam term logika pengambilan keputusan mengorbankan klaim analisis empiris sebagai teori umum dari strategi perilaku ekonomi. Gafgen menilai penggunaan deskripsi analisis dari model pengambil keputusan dan menjadi kesimpulan negarif bahwa teori pengambil keputusan dapat memperlemah statemen empiris mengenai perilaku ekonomi individu, meskipun suatu pernyataan lemah ini dapat membuat batasan hanya pada validitas empiris. Teori pengambilan keputusan bukan pesan pertama yang secara teknologi dapat mengeksploitasi pengetahuan. Meskipun demikian, teori ekonomi, seperti semua teori-teori dari strategi perilaku dapat digunakan sebagai petunjuk-petunjuk tujuan. Dalam berbagai kasus hal itu menyiapkan norma-norma tambahan dalam pengambilan keputusan dan menyiapkan pesan kedua yang secara teknologi dapat mengeksploitasi pengetahuan. Informasi tersebut tidak menyiapkan keharusan verivikasi empiris, karena tidak dapat “benar” atau “salah” dalam pengertian ketepatan empiris. Lebih, tidak boleh tidak status kondisional (pernyataan perintah, pelarangan, dan izin), dapat saja secara deduktif “valid” atau “invalid”. Meskipun satu di antaranya untuk alasan ini harus membatalkan suatu penggunaan teori deskriptif, “seseorang masih dapat menggunakan model untuk merekomendasikan tindakan untuk beberapa pelaku yang khusus sesuai dengan model; dengan mengklaim untuk ungkapan-ungkapan dari perilaku yang mengisyaratkan kevaliditasan dalam model etikal (sosial) sebagai norma untuk bertingkah laku baik/benar, seseorang dapat memperoleh pernyataan ‘seharusnya/semestinya’ daripada ‘sesuatu’ pernyataan dari mereka”. Memahami teori ekonomi Gafgen sebagai sebuah sistem praktek formal yang menyiapkan suatu dasar axiomatic (yang sudah jelas kebenarannya)-deductive untuk formulasi kebijakan ekonomi. Seperti lawlike pengetahuan analisis empiris dapat diterjemahkan kepada rekomendasi teknologi dan digunakan sebagai produksi dari teknologi, begitu juga pernyataan analisis normatif mengambil bentuk strategi dari rekomendasi yang memberikan teknologi khusus, nilai-nilai, dan tujuan-tujuan, menentukan pilihan dari kemungkinan strategi-strategi.
Teori pengambil keputusan adalah teori umum (general theory) dari social action; yang memperhatikan dirinya sendiri, dengan sejumlah variasi ekstrim dari perilaku- dengan perilaku dan interaksi dari perilaku subjek-subjek dalam suatu cara purposive-rational. Untuk alasan tersebut, hal itu merupakan suatu ketidakgunaan untuk analisis empiris. Apakah berdasarkan hal tersebut bahwa yang berguna bagi analisis empiris, teori-teori sosial perilaku harus tidak dianggap maksud dari tindakan dan membatasi dirinya pada sitmulus-response perilaku? Dari persfektif positif, suatu teori empiris tindakan ilmu sosial adalah mungkin hanya dalam kondisi bahwa hubungan lawlike diterapkan secara eksklusif kepada varibel-variabel tingkah laku yang dapat diamati. Hal itu mesti dipisahkan dari tujuan subjektivitas makna yang menjadi orientasi tindakan subjek. Dalam cara ini generalisasi ilmu perilaku akan memerlukan sejumlah kritik dari historical school dari teori-teori murni yang kekurangan subtansi empiris, tetapi hal itu merupakan suatu harga dari kebutuhan bahwa teori interpretatif dari strategi tindakan berupaya untuk bertemu, yaitu harga dari suatu pembentukan akses/jaringan kepada kenyataan-kenyataan (facts) sosial melalui suatu pemahaman.
Akan tetapi, apakah dasar-dasar dari methode reduksionisme ilmu sosial cukup memadai secara deskriptif untuk digunakan dalam teori-teori ilmu sosial yang tidak dapat direkontruksi dalam dasar normatif ilmu sosial?
Pada saat ini ada dua titik teori yang berupaya untuk mengnalisis setepat-tepatnya scientis-empiric dari proses sosial; ilmu perilaku secara umum, yang menyerap ethology dan psikologi sosial, dan suatu teori dari tindakan, yang dominan dalam antropologi budaya dan sosiologi. Pendekatan perilaku membatasi pilihan dasar-dasar teori asumsi dalam sebuah cara yang berdasarkan hipotesis lawlike merujuk kepada suatu hubungan antara stimulus dan reaksi perilaku, pendekatan tindakan memapankan suatu kerangka pandangan/kerja dimana dinyatakan mengenai perilaku yang disengaja. Hipotesis teori pembelajaran (Skinner, Miller, Dollard) memperhatikan aspek ketidaksesuaian cognitive (Festinger), dan teori dari dokumen perilaku kelompok kecil (Lippit) merupakan yang berupaya keberhasilan untuk merekontruksi teori umum dari suatu tipe behavioral-scientific. Teori dari tindakan, pada sisi lain, adalah sebuah kategori kerangka kerja (Parson, Merton, Shils dan rekan-rekannya) yang membentuk orientasi umum dalam riset sosial dan telah memudahkan bagi generalisasi emperis tetapi tidak bagi teori-teori sesungguhnya, meskipun bukan pada teori yang general.
Pendekatan term teori tindakan diformulasikan oleh Max Weber. Dia merumuskan social action sebagai perilaku yang mengandung makna subjektif, yang berorientasi kepada tujuan makna subjektif dan juga mengandung suatu motivasi tertentu. Hal itu dapat dimengerti hanya dengan mengacu kepada tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang dituju oleh tindakan subjek. Metodologi yang berasal dari hal tersebut dibangun oleh W.I Thompson sebagai prinsip dari interpretasi subjektif dari fakta-fakta sosial; hanya makna yang dimaksudkan oleh tindakan subjek yang mempunyai akses yang cukup kepada perilaku yang diperlihatkan dalam suatu situasi yang telah diinterpretasikan oleh dirinya sendiri. Perilaku sosial tidak terlepas dari definisi suatu ikatan sosial. Untuk alasan seperti itu, perilaku sosial yang harus dipahami dari persvektif tindakan subjek sendiri, suatu persvektif yang dihapuskan dari pengamatan langsung; yaitu yang harus “dimengerti”. Prinsip interpretasi subjektif atau versthende (pemahaman) interpretasi, memperhatikan akses pada fakta-fakta sosial, dan pengumpulan data. Pemahaman simbol untuk tujuan makna subjektivitas hanya diberikan dalam konteks simbolik. Jadi, prinsip menetapkan pengalaman dasar dari science of action. Pengalaman di sini tidak dikaitkan dengan sensor persepsi pribadi, intersubjektivitas hanya dijamin melalui pengawasan hasil akhir dari instrumen tindakan.
LAPORAN BACAAN 3
Psikologi eksistensial tumbuh dari dua gerakan filsafat yaitu fenomenologi dan eksistensialisme. Istilah eksistensi berasal dari Kierkegaard yang dijukannya sebagai penolakannya pada idealisme Hegel yang menempatkan manusia (individu) tenggelam dalam sistem. Dalam pandangan Kierkegaard, individu yang tampil dengan keterlemparannya, dengan kecemasan , kesedihan dan kesepian serta kesia-siaan justru sungguh-sungguh bereksistensi secara istimewa. Eksistensialisme, adalah gerakan filsafat yang merefleksikan keberadaan dan kesadaran subyektif manusia di dunia. Psikologi eksistensial merupakan pendekatan baru dalam psikologi yang perkembangannya di pengaruhi oleh eksistensialisme itu.
Untuk memahami eksistensi manusia tokoh psikologi eksistensial melihat metode fenomenologi sebagai metode yang dianggap cukup tepat untuk memahami eksistensi manusia. Psikologi eksistensi mulai berkembang di Eropa tahun 1940-an dan mulai dibahas di Amerika tahun 1950an dan berkembang pesat di tahun 1960an. Psikologi eksistensial yang kemudian lebih dikenal dengan psikologi humanistik, berkembang sebagai reaksi dan ketidakpuasan pada pendekatan behaviorisme dan Psikoanalisa yang berkembang sebelumnya.Kedua aliran ini dianggap mereduksi dan mendehumanisasi manusia, karena menghilangkan dimensi kesadaran dan kebebasan, tujuan dan makna hidup manusia.
Pendekatan behaviorisme lebih melihat manusia sebagai organisme hidup yang hanya dapat memberi response jika ada stimulus, sedangkan pendekatan psikoanalisa menganggap manusia digerakan oleh mekanisme naluriah (libido). Psikologi humanistik tidak menerima metode empiris –eksperimental yang menghilangkan dimensi batiniah dan nilai. Psikologi humanistik adalah suatu pendekatan dalam psikologi yang berupaya memahami manusia secara utuh dengan meneliti keberadaanya yang multidimensional, dan eksistensialisme memberi sumbangan pemikiran untuk ini.
Pendekatan humanistik melihat manusia adalah mahluk yang memiliki kebebasan yang lebih kuat dari determinisme: mekanisme naluriah (Freud), atau determinisme lingkungan (behaviorisme). Manusia juga adalah mahluk yang rasional lebih kuat dari irrasional; pada Freud irrasionalitas yang dominan. Manusia merupakan mahluk yang utuh, berada antara menentukan diri dan pengaruh lingkungan, mahluk yang mengalami perubahan, subyektivitas lebih dominan dari objektivitas ( jadi, subyek: tujuan, makna hidup, nilai-nilai lebih menetukan tindakan/tingkah laku), dan tidak dapat diketahui sepenuhnya.
Adapun ciri-ciri pendekatan psikologi humanistik yaitu; memusatkan perhatian pada person yang mengalami, jadi fenomena kehidupan individu merupakan fokus dalam mempelajari manusia; memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusiawi, seperti kesadaran, kebebasan memilih, kreatifitas, realisasi diri sebagai lawan dari manusia yang mekanis dan deterministik; menempatkan nilai kemanusiaan pada tempat yang tinggi..
Hubungan antara metode fenomenologi dengan ilmu-ilmu tentang manusia (humaniora), dan sosial budaya sejak lama telah menjadi perhatian banyak ahli. Jika dikaitkan dengan ciri-ciri pendekatan psikologi humanistik yang menggunakan metode fenomenologi , karya manusia yang patut dikaji adalah kesenian.. Seni adalah perbuatan dari wujud –wujud sensoring yang mengekspresikan nilai-nilai manusia. Seni merupakan salah satu bagian dari proses kreatifitas manusia selain ilmu. Menurut Marvin Rider, ada tiga tahapan dalam seni yaitu proses kreatif, karya seni, dan respon.
Menurut Dilthey (1986)) ekspresi adalah sumber pengetahuan tentang manusia, yang mempunyai enam ciri: (1) suatu ekspresi yang mempunyai tertentu; (2) ada hubungan antara ekspresi dan apa yang diekspresikan; (3) ekspresi adalah ciri fisik yang yang menunjukan pada kandungan mental; (4) ekspresi muncul dalam konteks atau merupakan bagian dari konfigurasi; (5) mempunyai aturan tertentu, baik tertulis (seperti bahasa), maupun tidak; (6) ekspresi mempunyai dua sifat yang bertentangan di satu pihak bersifat purposif (dapat muncul berupa tulisan, suara dan gerak yang disengaja), di lain pihak ia sering pula muncul sebagai tindakan yang tidak disengaja, tetapi tetap dianggap mempunyai makna.
Ada dua dasar terjadinya ekspresi, yaitu pikiran dan (suasana) kehidupan. Ekspresi yang timbul dari intensi pikiran, misalnya konsep dan struktur pikiran. Keduanya adalah unsur pokok dalam ilmu pengetahuan dan berurusan dengan logika. Oleh karena itu, ekspresi yang dimaksudkan dalam kategori ini ada dalam bidang-bidang keilmuan yang menuntut adanya validitas yang lepas dari situasi yang dimunculkannya.
Dasar kedua bagi lahirnya suatu ekspresi adalah suasana pengalaman hidup (life ekspressions). Dalam kategori ini ekspresi bukan intensi pikiran, tetapi dikondisikan oleh pikiran. Berbeda dari ekspresi yang lahir dari pikiran, maka life ekspressions lebih banyak menampilkan segi-segi kehidupan , dengan sifat emosi dan psikologis yang cukup menonjol.
Berangkat dari ciri-ciri tersebut , apakah hal itu berarti bahwa dengan mengkaji suatu karya (seni), maka dengan sendirinya kita dapat mencapai aspek mental senimannya? Dalam hal ini Dilthey membedakan dua bentuk karya seni yang disebutnya otentik karya yang tidak otentik. Suatu karya yang tidak otentik , tidak dapat berbicara tentang kandungan mental senimannya, karena karya semacam itu hanya merupakan ilusi. Karya ini bisa dianggap lepas dari kandungan mental sang seniman, karena interes sang seniman sangat dipengaruhi oleh hal-hal praktis yang lebih kuat dari pengalaman hidup yang tersimpan dalam kandungan mentalnya. Dalam kondisi seperti ini tampaknya kita hanya dapat memasuki sisi interes seniman itu, dan tidak sampai merambah pada kandungan mentalnya. Sebagai contoh adalah interes seniman yang berkarya karena kebutuhan akan uang.
Karya otentik mempunyai bentuk pasti, dapat dilihat dan permanen
yang mempunyai enam ciri: (1) suatu ekspresi yang mempunyai tertentu; (2) ada hubungan antara ekspresi dan apa yang diekspresikan; (3) ekspresi adalah ciri fisik yang yang menunjukan pada kandungan mental
dengan pendekatSalah satu karya manusia
Munculnya Fenomenologi terkait dengan krisis yang dialami Ilmu Pengetahuan . Krisis itu berupa interpretasi berat sebelah (Empirisme dan idealisme) yang pada akhirnya mematikan makna eksistensi manusia.
Positivisme memandang ilmu sekedar “Ilmu tetang fakta-fakta”. Positivisme memandang Ilmu Pengetahuan pada gejala fisik saja, dan ini suatu reduksi yang menimbulkan dehumanisasi. Masalah yang berkaitan dengan eksistensi rasional , emosional, makna dan tujuan hidup manusia dilenyapkan dengan alasan bahwa hal itu tidak dapat diverifikasi melalui metode ilmiah. Masalah yang berkaitan dengan subjek semuanya di reduksi menjadi fakta-fakta biologis seperti dalam psikologi behaviorisme (Pavlov, Watson dan Skinner).
Fenomenologi menolak pandangan reduksionisme (melihat manusia sebagai fakta objektif) yang menyamakan manusia dengan alam. Pandangan yang demikian ini disebut Husserl dengan naturalisme. Naturalisme adalah pandangan filosofis yang menjadi sikap ilmiah positivisme yang melihat segala sesuatu sebagai alam yang diatur hukum-hukum alam secara universal. Paradigma positivisme tidak mampu melihat kesadaran, makna hidup, motivasi sebagai pemberi makna fakta fisis (tingkah laku).
Fenomenologi terbentuk dari kata Fenemenon + logos. Fenomenon berari sesuatu yang menggejala, yang menampakan diri, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi fenomenologi berarti ilmu tetantang fenomen atau pembahasan sesuatu yang menampakan diri. Dengan demikian fenomenologi dapat diterapkan pada semua wilayah fenomena (realitas) yang menampakan diri (manusia, gejala sosial budaya atau objek-objek lain)
Metodologi Hermenetika dan Fenomenologi adalah metode alternatif bagi paradigma positivisme yang banyak digunakan dalam melakukan penelitian khusunya masalah humaniora dan Sosial Budaya. Psikoanalisa adalah aliran/mazhab psikologi yang menggunakan metode hermeunetika untuk menyingkapkan hal-hal tidak sadar yang terdapat dalam mimpi (ketidaksadaran) tetapi dianggap sebagai satu teks.
Sigmund Freud (1856-1939) adalah tokoh yang memberikan sumbangan pemikiran bagi Filsafat manusia yang berbeda dengan pandangan ilmuwan sebelumnya yang lebih menekankan unsur rasionalitas (Descartes). Freud mengemukakan pandangan yang revolusioner dengan mengemukakan bahwa
METODOLOGI
Set reflections pada metodologi dan teknik yang digunakan dalam disiplin akademis tertentu untuk mempelajari objek yang sama
BAB 1: PSIKOLOGI DAN ILMU
Metode KNOWLEDGE OF BEHAVIOR:
1) non-empiris metode (tidak berdasarkan):
a) Kewenangan:
Hal ini diyakini dengan pernyataan seseorang atau suatu lembaga yang dihormati dan kita harus menghormati
It 'terbatas pengetahuan
Sering yang berwenang di kesempatan yang satu dengan yang lain
Penguasa sering silap
b) Logic:
It 'metode pengetahuan berguna tetapi terbatas
Dapat membuktikan keabsahan dari sebuah pernyataan, tetapi kebenaran
E 'sebenarnya terputus dari empiris
2) metode empiris (berdasarkan):
a) intuisi:
Metode pengetahuan berdasarkan punah dan reaksi spontan
E 'terputus dari logika dan pemikiran
Yaitu rincian yang menarik setiap hari dalam beberapa cara "
b) Common Sense:
Khususnya jenis intuisi
Adalah perjanjian antara dilihat dari seorang individu dan ide-ide dan pengalaman dari grup
Ia mempunyai dua keterbatasan fundamental: dengan variabilitas dari waktu ke waktu dan budaya dan mempunyai satu-satunya kriteria kebenaran, keberhasilan praktek (''bekerja jika memang ")
Tidak diharapkan dan tidak menimbulkan pengetahuan baru
Jika hasil ilmiah melanggar common sense mengatakan controintuitivo
c) Sains:
Tidak ada metode ilmiah, namun metode ilmiah
Proses yang biasanya dicirikan dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu:
Mendefinisikan masalah
Formulasi dari hipotesa
Pengumpulan data
Elaborasi dari hasil temuan
Ilmu dari perilaku, bahkan ketika berhadapan dengan peristiwa mental, ikuti aturan lain ilmu
KARAKTERISTIK DARI ILMU:
1) Empirica:
Ini didasarkan pada fakta, pengalaman
2) Objektif:
Orang biasa dengan persepsi yang sama dalam waktu dan tempat yang sama akan memiliki pengalaman yang sama
Jika seseorang melihat dari belakang bahu dari penyidik, akan melihat hal-hal yang sama
Objektivitas memungkinkan repicabilità ilmu dan membedakan dari non-ilmu
3) Autocorreggibile:
E 'terbuka untuk penemuan data baru yang bertentangan sebelumnya
4) Progressive:
Terus berubah karena koreksi
5) Kredit:
Tidak pernah mengatakan untuk mengetahui kebenaran mutlak
Penawaran yang ada
6) lokek:
Selalu yang lebih sederhana penjelasan dari fenomena
7) terpengaruh teori:
E 'untuk terus mencari teori untuk menjelaskan fakta-fakta (common sense VS)
Dia ingin memahami alasan pengoperasian sesuatu (VS Teknologi)
Bekerja hypotheses ilmu (yang dibuat untuk eksperimen):
Realisme (kenyataan di dunia):
Benda yang ada di dunia meskipun mereka dianggap oleh pengamat
VS realisme naif, yang menyatakan bahwa mereka sebagai sesuatu yang muncul ( "so why is it so")
2) rasionalitas:
Dunia dapat dipahami oleh alasan logis
3) keteraturan
Dunia berikut undang-undang yang sama di setiap waktu dan di mana-mana
4) Scopribilità:
E 'dapat mendeteksi pengoperasian aturan dunia
Dunia adalah puzzle dipecahkan oleh manusia
5) hubungan sebab dan akibat:
Setiap kegiatan yang telah menyebabkan
Dan 'prinsip determinisme, yang menyangkal bebas akan
Sains tidak menyangkal itu, mengambil prinsip determinisme bekerja sebagai hipotesa, untuk dapat memprediksi aktivitas dari penyebab
Sebab-musabab yang membuat asosiasi statistik dua peristiwa tidak selalu konstan
THE PSEUDOSCIENZA
It 'sebuah disiplin yang mencoba untuk menjadi ilmu tdk berhasil (misalnya, astrology dan parapsikologi)
E 'yang ditandai oleh beberapa faktor:
a) Kurangnya objektivitas atau kepentingan dalam pengukuran
b) konsep tidak dapat dipalsukan
c) Kurangnya formal atau logika matematika
d) isolasi dari sisa dari ilmu
e) Kurangnya kemajuan
f) Usaha-usaha untuk menjawab pertanyaan metafisik
g) Kurangnya tepat definisi istilah
h) Kurangnya undang-undang
i) Kurangnya kesepakatan teorico
l) Pentingnya beberapa orang terlalu
TUJUAN DARI ILMU:
Dengan penemuan keteraturan:
Hal ini dapat dipahami dalam 2 cara:
1) Keterangan:
Akurat keterangan istilah
Akurat deskripsi fenomena
2) menemukan baca:
Hukum: penegasan bahwa peristiwa tertentu yang berhubungan secara teratur
Statistik Hukum: yang keteraturan itu tidak sempurna (crf hukum perilaku)
3) Mencari penyebab:
Mill metode untuk membuat klaim berlaku pada keserampangan:
Metode: satu upacara untuk semua situasi di mana sebuah event terjadi
Metode yang berbeda: satu-satunya perbedaan antara kasus dengan karakteristik atau kasus yang tidak memiliki
Metode variasi seiring (korelasi): Kondisi yang berbeda-beda dengan tingkat yang ada acara
Kesalahan:
Membingungkan kasus dengan kebetulan
Kelalaian kausal faktor yang umum (yang sebenarnya adalah sebuah event yang berhubungan dengan dugaan)
Perkembangan teori:
Teori:
legge Dalam arti luas: sebuah penegasan atau sejumlah tuduhan mengenai hubungan antara variabel, jika laporan yang berkaitan dengan satu variabel, kita berbicara tentang hukum
Dalam arti ketat: pernyataan atau serangkaian dugaan tentang hubungan antara variabel dan yang mencakup setidaknya tidak diamati secara langsung, namun perlu untuk menjelaskan hubungan
Konsep teori, tidak diamati atau diukur secara langsung, namun yang ditetapkan berdasarkan pengamatan dan terukur, merupakan penemuan dari ilmuwan untuk menjelaskan fenomena hukum
Teori harus melancungkan
Popper menyatakan bahwa sebuah teori tidak pernah dapat dibuktikan benar sebagai
Semakin banyak yang mencoba untuk teori survives palsu semakin anda lebih dekat dengan kebenaran
Anda mencoba untuk meniru hipotesa yang "tidak" untuk mendukung hipotesa noun
Peran teori:
Organisasi pengetahuan
Penjelasan tentang hukum: Teorinya menghubungkan pengetahuan dan hukum dalam konteks dan dalam unified
Forecast undang-undang yang baru: teori menjelaskan dalam undang-undang yang menunjukkan arah kita harus mencari yang baru, meskipun controintuitive
Panduan untuk melakukan riset terhadap teori dan menyarankan percobaan baru dengan cara-cara alternatif untuk melaksanakannya
Penjelasan teoretis yang merupakan tujuan akhir dari ilmu
Tujuan dari psikologi sebagai ilmu pengetahuan:
Deskripsi: hati-hati melalui deskripsi mengidentifikasi hukum-hukum perilaku
Forecast: pengetahuan tentang hukum-hukum perilaku yang diharapkan
Kontrol: Jika Anda merencanakan perilaku yang dapat mengendalikan
Hypotheses dalam sains:
J hipotesa yang dirumuskan dalam form''if (A is true) ... kemudian (memang B) ... "Pernyataan yang mungkin benar atau palsu
Memerlukan satu hukum tertentu diberikan teori hukum itu sendiri di belakang
Jika kasus yang melibatkan kedua teori bahwa hukum adalah palsu, mungkin palsu adalah teori bahwa hukum
Hipotesa ilmiah harus diuji empirically harus overturned
Seluruh ilmu dirancang untuk memeriksa setidaknya hipotesa
Definisi teori konsep (operazionismo):
Anda bisa mulai dengan teori untuk mencari sebuah fenomena atau gejala untuk mencari teori
J konsep teoritis harus terhubung ke operasi diamati oleh siapapun (Bridgman)
L 'operazionismo adalah tempat untuk membatasi konsep sains yang dapat menggunakan
Konsep ilmiah yang sudah ditetapkan melalui operasi di mana mereka diukur
Yg bertemu di suatu tempat memiliki operasi (hasil yang sama dari berbagai definisi operasional) mengukuhkan teori yang
Sifat dari proses ilmiah:
Paradigma: semua teori dibuat dan diterima sebagai benar oleh sekelompok ilmuwan, masing-masing cabang ilmu pengetahuan yang dilakukan dengan mereka (Kuhn)
Evolution of Science:
Normal ilmu (penerimaan dari paradigma)
Masalah dan krisis dalam paradigma
Paradigma baru dalam persaingan dengan yang sekarang
Penerimaan dari paradigma baru yang dapat menjelaskan data empiris yang lebih baik dengan cara
"Serendipity" (luck):
Temukan sesuatu yang tidak terduga dan tidak berusaha mencari seperti yang lain
"Ketika kepala pada sesuatu yang menarik, dan semua mata air yang dedicatevi" (Skinner)
Sains sebagai solusi untuk masalah:
Banyak teori yang lahir dari kebutuhan untuk memecahkan masalah-masalah spesifik
Batasan Sains:
Keterbatasan:
Ilmu adalah agnostic pada masalah rohani dan nilai
Yang berlaku adalah sangat dipengaruhi oleh budaya
E 'tidak lengkap
E 'correctable
Praktis batas:
Ilmu adalah oportunis, selalu mencari cara mudah
Biaya penelitian sering sangat tinggi
Seringkali masalah yang sangat kompleks hal
BAB 4: VARIABLES
Variabel:
It 'properti dari peristiwa nyata yang belajar
It 'atribut dari sebuah fenomena nyata, sehingga milik kenyataan
E 'terhubung ke teori konsep melalui definisi operasional
Jenis variabel:
Independen:
Dan menyebabkan
E 'dimanipulasi oleh penyidik
Memiliki sedikitnya 2 tingkat (nilai-nilai yang diberikan oleh X)
Karyawan:
Dan 'efek
It 'perubahan respon
Tidak dapat dimanipulasi
Independen alam (atau "subyek")
It 'alam detail
Tidak dapat dimanipulasi
Confused:
Berbeda dengan variabel independen
Kuantitatif:
Bervariasi dalam ukuran
Dapat membaca: ia dapat mengambil nilai dalam satu set off, tidak terhubung dengan nilai-nilai atau kategori
Hypothetically keakuratan pengukuran mereka adalah tak terbatas, namun dalam prakteknya tergantung pada keakuratan pengukuran instrumen
Seringkali sebuah variabel diukur dalam bit, namun tidak membuatnya discontinua
Jumlah undang-undang di bidang kuantitatif adalah indeks kemajuan dalam disiplin
Harus dinyatakan dalam istilah kuantitatif, hukum harus memenuhi persyaratan 2: keteraturan dan kesederhanaan
Kualitatif:
Berbeda jenis kelamin
Anda mungkin terputus-putus: jatuh ke dalam kategori tertentu atau nilai-nilai; dichotomous adalah jika hanya ada 2 kategori berlawanan
Skala pengukuran:
Pengukuran: menetapkan sebuah nomor ke objek atau peristiwa menurut aturan yang akan mewakili mereka properti dengan sistem nomor
Aturan-aturan pengukuran pilihan menentukan hasil
Ada 4 jenis skala pengukuran:
Nominal skala:
Peringkat objek ke dalam kategori dan acara
Objek atau peristiwa yang sama jenis yang sama menerima nilai numerik
Objek atau peristiwa menerima berbagai nilai numerik
E 'skala lebih mudah, tetapi hanya pada informasi atau peristiwa atau perbedaan antara objek
Ordinal skala:
Peringkat objek dan kegiatan dalam rangka
Setiap lokasi aktivitas atau objek dalam harus sesuai dengan nilai (numerik, psikologis, dll) ke
Hanya menginformasikan tentang peristiwa atau benda, tetapi tidak tentang perbedaan antara keduanya
Ex: 1, 2, 3, 4, 5, ...
Skala berkisar:
Pemimpin juga peristiwa atau obyek dalam suatu urutan, tetapi quantifies perbedaan antara mereka
Perbedaan antara nilai-nilai yang harus mencerminkan skala perbedaan dalam peristiwa atau benda
Ex: 1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5, ...
Skala laporan:
Menurut urutan peringkat, untuk mengukur dan memberikan perbedaan yang signifikan (tidak sewenang-wenang), yang dalam hal ini mutlak nol
Mengukur perbedaan antara nilai-nilai numerik
Hubungan antara nilai-nilai numerik harus cocok dengan hubungan antara benda atau peristiwa
Ex: ..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...
Perbandingan skala (dalam urutan potensi):
Permissibili transformasi:
Modifikasi menempatkan nilai-nilai numerik untuk acara atau benda yang tidak melanggar aturan yang diterapkan skala
Jumlah transformasi permissibili berkurang dengan meningkatkan daya skala
Kehandalan dan validitas dari pengukuran:
Mengapa pengukuran yang berguna untuk ilmu harus handal, yang berlaku
Terdapat 2 jenis jaminan:
Test-retest:
Adalah untuk menilai apakah instrumen pengukuran memberikan hasil yang sama pada kesempatan yang berbeda
Internal konsistensi:
Untuk memastikan bahwa item tes mengukur hal yang sama
Ada banyak cara untuk mengukur konsistensi internal dari VI
Salah satunya adalah 'split-setengah keandalan: item yang dibagi menjadi 2 kelompok uji (seolah-olah mereka terpisah tes) dan kemudian ada tanggapan dari korelasi antara keduanya
Jenis kesalahan:
Random (atau kesalahan berbeda):
E 'kadang-kadang
Hal ini tidak terhubung ke diketahui variabel independen
Variabilitas adalah alat dalam mengukur
Sistematis:
E 'terus
Hal ini tidak dikehendaki dalam penelitian
Jika tetap konstan sepanjang pencarian adalah sepele
Menyebabkan masalah bila terhubung ke satu tingkat yang VI
BAB 5: PENJELASAN DATA DENGAN TABEL dan grafik
Tabel:
Representasi data dalam bentuk angka dalam baris dan kolom dari matriks
Grafik:
Representasi data spasial melalui hubungan dalam diagram
TABEL DARI frekuensi dan grafik:
Tabel frekuensi:
Anda memasukkan data pada kolom di berikut referensi informasi
Ex:
Distribusi frekuensi:
Jumlah kasus untuk setiap data
Hanya menampilkan frekuensi dan VD
Ada beberapa grafik untuk mewakili:
Histogram
Dirancang dengan grafik yang menunjukkan frekuensi yang diberikan
Ex:
Poligon frekuensi
Lagu yang frekuensi setiap data yang diwakili oleh satu titik
Poin yang kemudian dihubungkan oleh garis lurus
Ex:
Normal curve:
Fungsi matematika tertentu yang menjelaskan sejumlah frekuensi distribusi di alam
Media yang di pusat
Antrian adalah akhir
Selain normal (dan simetris) kurfa mungkin benyot negatif (bila ekor lagi adalah di bagian kiri x) positif atau asimetrik (saat ekor lagi adalah pada sisi kanan x)
Distribusi frekuensi kumulatif:
Menunjukkan grafik jumlah data yang jatuh di bawah angka tertentu
Biasanya kami menggunakan polygons, tapi Anda juga dapat menggunakan histograms
Grafik adalah sama: baik naik atau terjadi horizontal dari kiri ke kanan
Melengkung yang umumnya sigmoidale, yaitu dalam bentuk S
Anda mungkin biasa, asymmetrical positif dan negatif benyot
Ex:
Percentiles:
Quantile persentase
TABEL DAN GAMBAR SHOW BAHWA LAPORAN DARI variabel:
Menunjukkan hubungan antara dua variabel
Ada beberapa data individu, kelompok lain
Menebari grafik:
Menunjukkan hubungan antara 2 variabel untuk sejumlah kasus
Menunjukkan nilai dari 2 variabel untuk masing-masing
E 'seringkali digunakan untuk menampilkan data correlazionali
BAB 6: berlaku '
Ketersediaan:
Akurasi dari kesimpulan dari peneliti dan korespondensi dengan kenyataan
It 'disebut menjadi pertanyaan ketika mereka diletakkan dalam keraguan:
a) Keberadaan menyebabkan - efek hubungan antara variabel
b) teori penjelasan tentang hasil yang diperoleh
Jenis validitas:
Internal:
Mengenai logika dari proses - efek hubungan antara VI dan VD
J exp ini berlaku hanya jika ada kepastian bahwa internal dengan laporan
Harus ada variabel lain karena tidak covariant (membaurkan)
Jika efek dari perubahan tidak bisa dianggap terpisah, variabel bingung
Oleh karena itu kita harus menghapuskan semua kemungkinan efek lain yang tidak diketahui VI
Untuk membangun:
Mengenai konsistensi antara hasil dan teori di belakang Expo
Anda harus mengeluarkan teori alternatif penjelasan untuk hasil
Kami harus memastikan bahwa penolong hipotesa: jika salah satu diantaranya adalah palsu, tetapi hasilnya dapat
Eksternal:
Nell'applicabilità terdiri dari hasil dalam situasi
Statistik:
Dan 'yang statistik bukti (dalam hal probabilistic) untuk yang satu keajaiban jika hubungan antara VD VI dan benar-benar terjadi - atau apakah efek yang acak
Ekologi:
Konsistensi data yang dikumpulkan dengan perilaku normal dari mata pelajaran di lingkungan mereka
Validitas tes dan kuesioner:
Untuk membangun:
Harus mempertimbangkan teori dalam membangun dan tidak ada pertanyaan lain yang terkait ke teori
Harus dapat memprediksi hasil yang terkait dengan teori membangun tes
Gambar (atau depan):
Ujian akan muncul sebagai subyek-studi khusus dalam proses
It 'lebih dari masalah hubungan masyarakat dan berlaku
Isi:
Harus memeriksa berbagai baik dari konsep teori
Kriteria:
Ujian harus erat dengan langkah-langkah yang sama membangun teori:
a) yg berbarengan Validitas: korelasi dengan ukuran yang sama variabel
b) input Validitas: kemampuan untuk meramal masa depan kinerja variabel
NB Tidak ada cara untuk memastikan semua jenis berlaku, kami berusaha untuk memastikan tertinggi mungkin untuk meningkatkan kehandalan hasil
Ancaman terhadap validitas'
Ancaman internal berlaku:
Untuk melindungi Validitas internal harus memperhatikan kemungkinan pengaruh asing potensi variabel ke / VI dan subjek penelitian
Peristiwa di luar laboratorium:
Dalam persidangan longitudinal (di mana mata pelajaran yang diuji berulang-ulang dari waktu ke waktu) kegiatan eksternal dapat mempengaruhi hasil
Aging:
Alam proses (seperti pematangan anak-anak tetapi juga orang dewasa) dapat mengubah hasil pencarian
Efek ujian (pengulangan ujian dari):
Untuk orang hanya karena dia sudah didukung tes mempengaruhi hasil yang kedua kalinya dia terkena
It 'yang belajar
Perubahan ditentukan oleh proses pengujian sama
Dampak yang berarti terhadap regresi:
Itu terjadi ketika Anda mengelola 2 bukti mengenai variabel yang sama
It 'efek yang pertama orang-orang yang telah memberikan jawaban cenderung ekstrim pendekatan media di kedua tes
E 'yang disebabkan oleh kesalahan dalam mengukur variabel, yaitu tes yang tidak sempurna ukuran variabel
Pilihan:
It 'sebuah ketimpangan dalam pemilihan kelompok
Terselesaikan adalah melalui randomization
Jika grup latar belakang Anda harus menerapkan menimbal
Kematian:
Sebagian orang-orang yang ditinggalkan dan percobaan tersebut akan memberikan hasil yang berbeda dari mereka yang menyelesaikan
Ancaman untuk membangun Validitas:
Validitas yang membangun lebih sulit untuk mendapatkan karena banyak teori yang menjelaskan hasil yang sama
Lemah hubungan antara teori dan percobaan:
Kepalsuan dari asumsi atau buruk penolong definisi operasional dari konsep teori
Dwimakna efek independen variabel:
Individu menanggapi situasi berbeda oleh penyidik
Sering cenderung menyama baik pemain, orang-orang yang beriman favoring perilaku yang diperlukan oleh penyidik
Sosial yang berarti bahwa keinginan para pemain, suspecting bahwa percobaan akan menilai intelijen, yang diambil dari 'evaluasi oleh penangkapan mencoba untuk bersikap seperti biasa dalam kenyataan mengubah perilaku mereka spontan
Kecenderungan yang tepat untuk penilaian subjek el'apprensione mengembangkan perilaku antithetical
Ancaman eksternal berlaku:
Topik lain:
Setiap orang harus wakil dari populasi yang bersangkutan
Lain:
Banyak perubahan sosial dan budaya dari waktu ke waktu dan dapat mempengaruhi hasil penelitian jangka panjang
Situasi lainnya:
Kesulitan berhubungan dengan fenomena yang diamati di laboratorium ke laboratorium atau bidang lain (lihat ekologis berlaku)
Ancaman berlaku untuk statistik:
Kelangkaan observasi atau mata pelajaran
Penyalahgunaan statistik untuk menganalisis data
Masalah interaksi antara subjek dan penyidik:
Kedua pemain penyidik bahwa ada harapan tentang perilaku dalam percobaan
Aktor:
Harapan permintaan dari orang-orang yang tunduk pada peran dan karakteristik dari aplikasi
Kemungkinan solusi:
a) Deception: kadang-kadang berguna, tetapi sering, selain masalah etika, menyebabkan orang untuk melakukan yang dapat mempengaruhi hasil
b) Tindakan buruk perubahan: penggunaan alterabili sulit sebagai tindakan non-bahasa lisan
c) Inconsapevolezza tidak mengungkapkan fakta kepada orang untuk berpartisipasi dalam percobaan
Penyelidik:
Seringkali, penyidik yang juga telah mengalami efek
Kemungkinan solusi:
a) Membuat penyidik "buta" seringkali metode yang digunakan, selalu tidak berlaku dan tidak mencegah penyidik untuk melakukan hal
b) standar pada percobaan: petunjuk tertulis atau direkam signifikan mengurangi gangguan faktor
BAB 7: PEMANTAUAN
KONSEP OF CONTROL:
Semua metode yang bertujuan untuk menghapus ancaman terhadap validitas
Kami membedakan 2 arti:
Percobaan Kontrol:
Fixed point perbandingan untuk perbandingan antara efek dari VI
Ijinkan saya untuk mengatakan bahwa VD dikaitkan dengan VI dan tidak lain
Untuk memastikan anda dapat menggunakan:
a) kelompok kontrol: untuk percobaan antara otoritas, menggunakan perbandingan grup (yang undergoes perlakuan yang berbeda) dengan kelompok eksperimental
b) Kondisi untuk kontrol: untuk para pemain dalam percobaan, diberi perlakuan berbeda dibandingkan dengan kondisi eksperimental
Eksperimental kontrol:
Kemampuan untuk membatasi atau panduan sumber variabilitas hingga menjadi sangat predictable perilaku
Memfasilitasi pencapaian kesimpulan dari inspeksi
Setelah variasi dibatasi hingga maksimum dan perilaku yang sangat predictable, dapat dikatakan telah mencapai eksperimental
Arti dari kontrol sehubungan dengan statistik:
Menggunakan statistik untuk menilai keputusan probabilitas bahwa perbedaan antara kelompok-kelompok atau bahwa kondisi dan kontrol harus karena kesempatan
Ada komentar atau cukup cukup pemain digunakan untuk mengurangi variabilitas pengukuran dalam persidangan dan membuat penilaian lebih akurat statistik
UMUM strategi:
Kontrol di laboratorium:
Penelitian laboratorium sangat ideal karena laboratorium memungkinkan kontrol lebih besar atas variabel
Penelitian lapangan adalah dibenarkan jika ada masalah (atau etika praktis) yang mencegah kontrol dari variabel, karena akan berada di laboratorium
Kualitas hasil tergantung pada tingkat kontrol yang dapat melaksanakan
Keadaan penelitian sebagai persiapan:
Persiapan: situasi eksperimental yang dibuat dalam laboratorium untuk berhubungan variabel kepentingan
Hubungan yang lebih kuat, semakin besar persiapan
Instrumental pengukuran respon:
Dan 'yang mana yang melakukan tersebut dan meningkatkan sensitivitas penelitian
VD yang harus diukur dengan menggunakan instrumen yang mampu melakukan transformasi dalam bentuk angka atau cocok untuk data
Alat yang bagus untuk membagikan respon dari semua acak melakukan observasi diandalkan mengukur
Ukuran dari perilaku atau subyektif dan obyektif adalah pengukuran instrumentasi dari respon yang sesuai
Mengukur akurasi yang baik, dan objektivitas repeatability
KHUSUS strategi:
Pelajaran sebagai kontrol mereka sendiri:
Setiap orang yang tunduk kepada kondisi yang sama untuk mengurangi variabilitas karena perbedaan antara subjektif
Sering digunakan dalam studi dari sensasi dan persepsi
Berlaku saat ini:
a) 'mungkin penggunaan subjek yang sama
b) tujuan tidak mudah intuitable
c) Kondisi-kondisi yang tidak saling mempengaruhi
Randomisation:
Random tugas mata pelajaran untuk kondisi eksperimental
Jika tugas adalah acak, kebingungan di antara variabel-variabel yang berkaitan dengan subjek eksperimental dan hanya dapat acak
Metode statistik yang dapat memprediksi kemungkinan kebingungan karena kesempatan
Mereka sering digunakan tabel nomor acak
Hal menyamakan (imbangan):
Saldo mata pelajaran dibandingkan dengan tes awal
Dapat meningkatkan akurasi dalam hal perbedaan antara mata pelajaran yang sesuai dengan ke VI yang dapat mempengaruhi VD
Jika tidak ada korelasi antara variabel yang cocok dan hal menyamakan VD tidak hanya melemahkan tetapi juga tak perlu percobaan
Hal menyamakan yang perlu dilakukan sebelum alokasi mata pelajaran di bawah kondisi dan fitur yang akan diimbangi untuk setiap mata pelajaran harus memiliki ukuran
Ia berusaha untuk menyeimbangkan para pemain sehubungan dengan variabel biasanya berkorelasi dengan VD
Setelah hal menyamakan randomized adalah mata pelajaran
Kerocetan variabel:
Untuk mengontrol kebisingan variabel yang tidak mudah dihapus, Anda dapat membuat percobaan pada mereka
Mereka menjadi begitu VI
Tidak boleh dengan VC (bingung) yang bervariasi secara independen dari VI (sebaliknya, dengan variabel bervariasi kerocetan VI)
Statistik:
Dalam arti luas:
E 'inferential statistik (yang merujuk kepada keputusan yang akan diambil dalam kasus ketidakpastian)
Ketat dalam arti:
It 'semua metode yang digunakan untuk memprediksi kemungkinan sebuah event yang telah terjadi oleh chance
MORE TIPS:
Ulangi:
B sata pada prinsip replicability
Jika percobaan, karena sampai saat ini dapat berhasil, tidak memberikan hasil yang sama jika direplikasi, akan batal
Terdapat 2 jenis pengulangan:
Langsung:
Mere pengulangan yang sama percobaan
Sistematis:
Percobaan dilakukan dengan cara yang berbeda, namun berdasarkan sebelumnya
Jika yang benar, seharusnya juga menjadi yang kedua
Dan yang paling sering digunakan untuk mengulang langsung
Hati-hati desain percobaan:
Kita harus menyesuaikan desain untuk masalah sperimentale
Harus potensi masalah berlaku dan menerapkan kontrol solusi di muka
Akhirnya menemukan bahwa data dapat dianalisis secara statistik
Situasi dan eksperimental telah mengadopsi alat panduan dari desain
Percobaan "elegan":
Percobaan harus sederhana
Melalui kesederhanaan ada demonstrasi yang elegan
BAB 8: Eksperimental PENELITIAN TIDAK
Eksperimental dan penelitian eksperimental berbeda menurut penyidik yang dilakukan atas mereka kontrol
Penelitian correlazionale, daripada mencari penyebab, alasan untuk mencari perilaku, interpreting (hermeneutics)
JENIS NON-Eksperimental PENELITIAN:
Pengamatan:
Adalah mengenai pengawasan perilaku daripada mengubahnya
Hal ini dibagi menjadi 2 jenis:
Alam:
Juga disebut "Non-membosankan" atau "tidak responsif"
Seharusnya mengganggu sebagai sedikit mungkin
It has 3 aturan dasar:
a) entri data akurat
b) Menggunakan berbagai jenis tindakan
c) menjaga privasi subyek
Pengamat peserta:
Para peneliti dicampur kelompok kondisi alam di bawah untuk membuat komentar
Para pengamat adalah bagian dari kelompok dicatat
E 'berguna dalam kegiatan kelompok-kelompok kecil yang tidak umum (kriminal, dll ..)
Namun banyak masalah dan kesulitan:
a) Kesulitan dalam obyektif mengambil tampilan grup
b) Kesulitan untuk diterima ke dalam grup
c) Kesulitan dalam mempertahankan objektivitas
d) Para pengamat grup modifikasi
e) adalah pengamat invading privasi subjek (etika)
Cari Arsip:
Pencarian dilakukan pada data yang dikumpulkan oleh peneliti tidak
Berguna ketika kumpulan data baru akan sulit atau tidak etis (bunuh diri, incidentim etc ...)
Namun menyajikan keterbatasan:
a) data dalam arsip tidak ilmiah, mungkin penuh kesalahan
b) Penyalahgunaan 'sulit diinterpretasikan tertentu correlations diamati sejak data sebelum cari
Masing-masing kasus:
Terletak di antara pengamatan dan penelitian penelitian arsip
E 'penyelidikan empiris yang investigates sebuah fenomena alam yang ada di lingkungan
Menggunakan beberapa sumber data empiris
Sering perhatian masalah yang berkaitan dengan situasi yang tidak dipulihkan, yang harus segera dianalisis untuk menghindari yang hilang
Teori DARI PEMBANGUNAN DAN VERIFIKASI EMPIRICA DI CARI OSSERVAZIONALE ED'ARCHIVIO:
Sejak tidak ada penelitian eksperimental tidak spesifik asumsi, perkembangan teori harus sangat fleksibel
ipotesi, predizione, verifica, modificazione dell’ipotesi, predizione, verifica ecc… Dia menggunakan proses induktif, sementara dan berhubung dgn putaran: hipotesa, prediksi, verifikasi, perubahan asumsi, prediksi, testing etc ...
Anda berjalan sampai Anda menemukan kasus yang mencakup seluruh kasus yang ditemukan (yang tidak terlalu sering)
Metode PENDAFTARAN DARI NON-Eksperimental PENELITIAN:
Bidang catatan:
Harus sistematis, menulis setiap observasi dan interpretasi
Sering menggunakan daftar perilaku yang disiapkan di muka
Harus rinci mungkin
Sering kita gunakan singkatan atau kode
Harus selektif, kita tidak dapat mengamati semua
Kita seringkali menggunakan alat-alat untuk registrasi, namun mereka cenderung kehilangan lebih banyak waktu untuk meninjau
Analisis konten:
Kita perlu menerapkan pilihan bahan dikumpulkan
Terdapat 2 pendekatan dasar:
Encode konten nyata: menghitung frekuensi mengukur tujuan tertentu (misalnya arti kata-kata)
Encode yang latent konten: interpretasi dari nyata konten (misalnya kontekstual makna kata), merupakan proses subyektif, dan kurang dapat diandalkan
Analisis konten yang selalu menjadi masalah keandalan
Encoding itu yang harus selalu dilakukan minimal 2 atau 3 orang berbeda
Keandalan dapat quantified oleh statistik
BAB 9: THE INQUIRY
Investigasi:
It 'yang banyak digunakan, terutama untuk mengumpulkan dilihat
Hal ini sering digunakan untuk mengusir mitos yang
A partire dalle risposte dei soggetti si individuano possibili correlazioni causa – effetto
Richiede particolare attenzione nelle fasi di:
Preparazione: quali domande e in che forma?
Somministrazione: faccia a faccia, al telefono, per posta, ecc
Campionamento: a quali soggetti?
Spesso si utilizzano questionari standardizzati
PREPARAZIONE DI UN QUESTIONARIO:
Determinare lo scopo:
Si deve decidere cosa ci si aspetta di stabilire
Va fatto per ogni ricercatore
Evita lavoro inutile
Si devono prevedere possibili domande durante l’interpretazione dei dati o possibili differenze di veduta da parte dei soggetti
Determinare i tipi di domanda:
Aperte:
(+) Permette all’interlocutore di rispondere con le proprie parole
(+) Più complete
(+) Rivelano il ragionamento dell’interlocutore
(+) Più utili nelle ricerche su piccola scala
(-) Più difficili da rispondere per l’interlocutore
(-) Più difficili da codificare (organizzare i dati in categorie)
Chiuse:
(+) Più facili da codificare
(+) Diminuiscono la percentuale di risposte fuori luogo
(+) Più facili da rispondere per l’interlocutore
(+) Più utili nelle ricerche su larga scala
(-) Comportano un maggiore rischio di errori e di rendere l’argomento limitativo
(-) Limitano l’espressione delle idee dell’interlocutore
(-) Potrebbero non coprire tutte le possibilità di risposta
Spesso si mescolano i 2 tipi di domande data la loro complementarietà
Costruire gli item :
Regole:
Affrontare un solo argomento per item : elimina l’ambiguità e aumenta la chiarezza
Evitare di influenzare i soggetti
Rendere chiare le alternative: le domande chiuse devono escludersi a vicenda (nessun caso individuale può appartenere a più di una categoria) ed essere esaustive (tutti i casi devono cadere in una o nell’altra alternativa)
Prestare attenzione alla desiderabilità sociale: si devono creare domande con pari desiderabilità sociale
Determinare il formato degli item: vero/falso, a scelta multipla, a valutazione (es. scala Likert)
Determinare la sequenza degli item: evitare sequenze che possono influenzare le risposte; solitamente si usa la sequenza ”dati anagrafici ? domanda aperta ? domande specifiche”
Determinare l’analisi dei dati:
Si deve decidere il metodo d’attribuzione dei punteggi e quali analisi statistiche si debbano usare
SOMMINISTRAZIONE DI UN QUESTIONARIO:
Faccia a faccia:
(+) Rapporto personale con l’interlocutore
(+) Si dirige l’attenzione del soggetto permettendo risposte più accurate
(+) Si può spiegare una domanda fraintesa
(-) L’intervistatore può influenzare l’interlocutore
(-) E’ costoso
(-) E’ difficile supervisionare gli intervistatori
Risposte scritte:
(+) Può essere effettuata in gruppo ei questionari possono essere spediti o lasciati da qualche parte
(+) Facile da somministrare
(+) E’ anonimo
(+) Si risparmiano tempo e denaro
(-) Pochi lo compilano
(-) Non si possono chiarire domande fraintese
(-) Non si può determinare la serietà delle risposte
Via computer:
(+) Impersonalità, meno rischio di desiderabilità sociale
(+) Certezza sulla sequenza delle domande
(+) Controllo su risposte non valide e conseguente sollecitazione
(-) Non sempre applicabile
Via telefono:
(+) Facile e rapido
(+) Costa poco
(-) E’ meno anonimo di altri metodi
(-) L’intervistatore può influenzare l’interlocutore
(-) Difficoltà con le domande lunghe o complicate
(-) Difficoltà a creare rapporti oa capire il grado di serietà delle risposte
Problema della percentuale di risposte:
Una bassa percentuale di risposte abbassa la validità della ricerca
Solitamente è richiesto il 50%
La percentuale dipende dal metodo di somministrazione
Le inchieste delle riviste e della tv sono spesso inaffidabili dal momento che sono basate sulle risposte del proprio pubblico
Si devono annotare i possibili effetti di disturbo alla risposta
CAMPIONAMENTO:
Campionamento arbitrario:
Le persone vengono reclutate in modo arbitrario
E’ un campionamento invalido
Campionamento finalizzato ad uno scopo
Scelto per motivi particolari
A volte è meglio del campionamento casuale
Conduce spesso ad errori di giudizio da parte del ricercatore
Campionamento ”di convenienza”:
Accettabile
Simile al campionamento finalizzato
Seleziona un gruppo accettabile quando non è accessibile tutta la popolazione
Il campione deve essere rappresentativo
Campionamento probabilistico:
Sono note le probabilità che ogni soggetto ha di comparire nel campione
E’ il metodo che offre garanzie migliori e ha la migliore applicazione statistica
Gli altri 3 permettono solo valutazione oggettive sulla validità dei dati
Bisogna definire esattamente il quadro di riferimento del campione (la popolazione per gli scopi dell’inchiesta)
Gli individui del quadro sono detti elementi
L’insieme degli elementi si chiama campione
Il campionamento probabilistico si basa sulle regole della selezione casuale :
Uguale probabilità di scelta: ogni soggetto ha la stessa probabilità di esser scelto
Indipendenza della selezione: la selezione di un individuo non influenza o è influenzata dalla selezione di un altro
TIPI DI CAMPIONAMENTO PROBABILISTICO
Campionamento sistematico:
Consiste nell’estrarre da una lista ogni ennesimo individuo
NON è un campione casuale perchè viola l’uguale probabilità di scelta (alcuni hanno il 100%, altri lo 0%)
Ha lo stesso valore di un campionamento casuale se la lista è disposta in ordine casuale
Si usa nelle inchieste
Campionamento casuale semplice:
E’ una scelta casuale
Viene usato quando si ritiene che la popolazione sia relativamente omogenea
Si assegna un numero ad ogni soggetto e con una tabella dei numeri casuali si estrae il campione
Campionamento casuale stratificato:
Viene usato quando la popolazione non è omogenea
La popolazione viene trattata come 2 o più sottopopolazioni
Si determina la proporzione di elementi dalle sottopopolazioni e poi, per ognuna, si applica il campionamento casuale semplice
Campionamento a gruppi:
Viene usato quando la popolazione è troppo grande per essere numerata
Si suddivide la popolazione in sottopopolazioni (gruppi)
Si sceglie casualmente un certo numero di gruppi
Dai gruppi si estrae casualmente il campione
CAPITOLO 10: VERI ESPERIMENTI (1) DISEGNI AD UN SOLO FATTORE
VERI ESPERIMENTI & QUASI-ESPERIMENTI
Veri esperimento:
Lo sperimentatore ha sufficiente controllo sulle minacce alla validità
C’è il campionamento (preferibilmente casuale)
Controllo su cosa, quando, dove e come
Quasi-esperimento:
Lo sperimentatore non ha sufficiente controllo sulle minacce alla validità
Manca il campionamento (i soggetti sono scelti per le condizioni di raggruppamento già esistenti, ad es. il sesso)
E’ comunque preferibile ad un metodo non sperimentale
FATTORI, LIVELLI, CONDIZIONI, TRATTAMENTI
Sono tutti termini che riguardano la VI
Fattori:
Sinonimo di VI
Ogni esperimento ne ha almeno uno per definizione
Livelli:
Particolare valore di una VI
Ogni VI ne ha almeno 2 per definizione
Condizioni:
Trattamento particolare che ricevono i soggetti:
TRA i soggetti: le condizioni coincidono coi gruppi
ENTRO i soggetti: un solo gruppo viene sottoposto a tutte le condizioni
Trattamenti:
Sinonimo di condizione
In statistica è un test sull’effetto delle varie condizioni dell’esperimento
DISEGNI SPERIMENTALI DA EVITARE:
Un solo gruppo ed una sola prova:
Procedimento: Un soggetto subisce un trattamento e viene poi esaminato riguardo a qualche variabile indipendente
Problemi: Non si misura la situazione precedente, non c’è prova di influenze di altri fattori, NON si può attribuire il cambiamento al trattamento
Gruppi non equivalenti ed una sola prova:
Procedimento: Un gruppo riceve un trattamento, un altro di controllo no; entrambi ricevono la prova
Problemi: Il gruppo di controllo non è preso dalla popolazione del primo gruppo; è quindi un quasi-esperimento, perchè viola l’assegnazione casuale dei soggetti alle condizioni
Un solo gruppo e 2 prove:
Procedimento: Si fa una prova prima e una dopo il trattamento
Problemi: Manca il gruppo di controllo, non si sa se il cambiamento è causato dal trattamento o da altro, e se anche fosse causato dal trattamento, non si saprebbe a quale aspetto di esso è dovuto (effetto Hawthorne)
Possibile miglioramento: l’introduzione di un gruppo di controllo non equivalente aumenterebbe sensibilmente il controllo e lo renderebbe un quasi-esperimento
ELEMENTI FONDAMENTALI PER IL CONTROLLO DELLE MINACCE ALLA VALIDITA’:
Esistenza di un gruppo o di una condizione di controllo
Assegnazione casuale dei soggetti alle condizioni
DISEGNI ENTRO I SOGGETTI:
Tutti i soggetti sono sottoposti alle medesime condizioni
Il comportamento di un soggetto viene osservato e confrontato in più situazioni
In caso di uguaglianza iniziale tra soggetti, le eventuali differenze saranno dovute alle differenze tra condizioni
Si devono controllare:
Effetti dell’ordine:
Derivano dalla posizione ordinale delle condizioni
Ogni condizione applicata prima si associa ad una prestazione diversa rispetto alle condizioni successive
Si controllano facendo coincidere la frequenza di ogni condizione in ogni posizione ordinale
Effetti della sequenza:
Dipendono da interazioni tra le condizioni
Si controllano facendo coincidere la frequenza di successione delle condizioni
Controllo degli effetti di ordine e sequenza nei disegni ENTRO i SOGGETTI:
Se non si riescono a controllare gli effetti, si passa ad un disegno TRA i soggetti
Randomizzazione
Randomizzazione a blocchi:
Si randomizza l’ ordine delle condizioni
Permette di evitare anche gli effetti della sequenza
Controbilanciamento inverso:
Si controlla l’ ordine quando ci sono molti soggetti e molte condizioni da applicare poche volte
Funziona bene quando si ha il sospetto che le variabili confuse agiscano linearmente
Il controllo della sequenza è incompleto
Se l’effetto della variabile risulta minore nella seconda parte dell’esperimento ( effetto di riscaldamento o pratica ) si attua l’ addestramento prima dell’esperimento
Controllo degli effetti di ordine e sequenza nei disegni ENTRO i GRUPPI:
Se non si può presentare ciascuna condizione un numero sufficiente di volte per randomizzare l’ordine o il controbilanciamento non è appropriato, si lascia che ordine e sequenza si confondano entro i soggetti e li si controlla entro i gruppi
Si controbilanciano ordine e sequenza entro il gruppo e poi li si controlla all’interno del gruppo
Il numero dei soggetti aumenta però geometricamente col numero delle condizioni
Per il controllo entro i gruppi si possono usare:
Quadrato latino:
Controlla solo l’ordine
Usa meno soggetti
Se ci fossero contrasti tra le condizioni, il disegno non li controllerebbe
Quadrato latino bilanciato:
Permette di controllare gli effetti della sequenza della condizione immediatamente precedente
Ogni condizione è preceduta immediatamente per una sola volta da un’altra condizione
E’ efficace se si ritiene che i contrasti riguardino in particolare le coppie di condizioni
ESEMPI DI DISEGNO ENTRO I SOGGETTI:
Disegno sperimentale a 2 condizioni:
E’ il disegno più semplice
Ogni soggetto è sottoposto ad entrambe le condizioni in ordine controbilanciato
Il soggetto funge da controllo per sé stesso
In genere però gli esperimenti hanno più condizioni
Si possono inoltre verificare effetti di trasferimento da una condizione all’altra
Disegno sperimentale a condizioni multiple:
Determina la forma della funzione che lega VI e VD
Elimina ipotesi alternative
La maggior parte degli esperimenti a più condizioni sono TRA i soggetti, dato che spesso è impossibile o scorretto esporre tutti i soggetti alle stesse condizioni
DISEGNI TRA I SOGGETTI:
Spesso i soggetti non possono essere usati come controllo di loro stessi per via dei possibili effetti di ordine e sequenza
Disegno sperimentale a 2 condizioni:
Disegno sperimentale a condizioni multiple:
CAPITOLO 11: VERI ESPERIMENTI 2: DISEGNI SPERIMENTALI FATTORIALI
DISEGNO FATTORIALE:
2 o più variabili sono utilizzate in modo che siano utilizzate tutte le possibili combinazioni dei valori selezionati di ciascuna variabile
Disegno fattoriale semplice:
Disegno (2×2)
Effetti principali:
Effetto medio di una variabile in tutti i valori di un’altra variabile (o altre variabili)
Si trovano effettuando la media delle righe e delle colonne (media degli effetti delle VI)
Se i risultati delle medie sono uguali, non vi sono effetti principali
Non ci si può basare solo sugli effetti principali per tirare delle conclusioni
Interazioni:
Due variabili interagiscono se l’effetto di una variabile dipende dal livello di un’altra
Graficamente sono rappresentate da curve NON parallele, quindi INCIDENTI
Possono essere di vari tipi:
Interazione antagonista: le VI tendono ad annullare gli effetti l’una dell’altra (grafico ad X)
Interazione sinergica: il livello più alto di B potenzia l’effetto di A e viceversa
Interazione con ”effetto tetto”: il livello più elevato di B riduce l’effetto differenziale di A sulla VD quando è associata al livello più elevato di B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar